Jumat, Maret 13, 2009
Sri Sopirah
St Thomas Aquinas, adalah pengikut Ordo St Dominikus. Ordo ini dikenal sebagai ordo pengkotbah. Di Inggris, mereka mendirikan kedai-kedai kopi. Kedai itu untuk apa. Untuk cakap-cakap. Untuk rileks, duduk-duduk sambil minum kopi, ngobrol sana-sini. Di situ diharapkan unsur-unsur Sabda Allah menjadi bahan diskusi.
Di Indonesia, atau Purwokerto persisnya, kedai-kedai itu bisa digambarkan semacam warung kopi. Atau cafe. Tempat banyak orang ketemu, ngobrol sambil minum kopi. Demikian pula bisa digambarkan seperti warung angkringan, tempat mangkal para koboi.
Sebuah malam, di sebuah warung koboi, ada seorang perempuan membeli segelas kopi. Wajahnya lugu, polos, dan rendah hati. Dari obrolan dengan beberapa orang, sempat dia cerita pengalaman hidupnya. Aslinya, Banjarsari, sebuah desa dekat Cikakak, 'Lor' Wangon.
Antara tahun 80-an hingga 90-an, dia merantau ke 'Jekate', kota besar, kota metropolitan. Karena minimnya pendidikan, dia kerja sebagai PRT, pembantu rumah tangga. Di sana dia rajin dan setia pada sebuah keluarga, majikannya.
Tapi sayang, kerajinan & kesetiaannya, tak bikin hidup tambah mulus. Malah menjadi seperti air madu dibalas dengan air tuba. Pada suatu hari, ketika dia sedang beristirahat di kamar belakang, didatangi oleh sang majikan pria-nya. Kedatangannya untuk apa. Ternyata untuk 'ngruda-peksa'. Majikan pria, tergoda terprovokasi roh jahat, lalu hari itu meng-gagah-i, memperkosa. Suasana rumah kala itu memang sedang sepi. Karena majikan wanita ketika itu sedang pergi. Pergi ke mana. Sri Sopirah bilang, katanya, 'sedang pergi ke gereja'.
Weladalah. Dunia betul tak imbang. Inikah ulah manusia. Yang satu pergi berdoa ke Bait Suci, gereja. Yang satu malah 'nguja' hawa-nafsu, menggagahi, menggauli pembantu, bikin dosa.
Sri Sopirah nama wanita itu. Karena hawa nafsu, dia jadi hamil. Maka lalu kembali ke desanya. Tak dibunuh atau dibuang janin bayi yang dilahirkan, meski itu tak dikehendakinya. Diasuhnya. Lalu diikutkan ke 'lelek'nya. Kini bayi itu sudah besar, hidup di tepi hutan bagian pulau Sumatra.
Bait Allah & hawa nafsu.
Maka bisa dimaklumi, jika Injil hari ini, menceritakan Yesus yang marah-besar di bait Allah. Karena apa. Karena Bait suci, -ibarat gereja di masa kini- yang sebenarnya untuk persembahkan korban pada Allah, malah dipakai untuk jual-beli. Jual valas, tukar-menukar uang. Dan jual beli hewan korban. Doa & persembahan korban dilalaikan. Yang jadi penting malah komersialisasi sarana korban. Ambil kesempatan, dalam kesempitan.
Mendengar cerita Sri Sopirah-pun, Yesus sebenarnya juga marah. Ketika sebenarnya orang waktunya menghaturkan persembahan kepada Tuhan, di bait Allah, di gereja, malah saat itu ada umat yang, ambil kesempatan berbuat dosa. Menghamili pembantu rumah tangga.
Tak hanya dulu jaman Yesus, kini bait-allah kerap kali, tercemari pula oleh ketidakseimbangan perilaku manusia. Dengan dosa-dosa. Bait Allah, keberadaannya tak jauh di awang-awang. Karena tubuh kita ini sebenarnya adalah juga bait allah(1 Kor 3:16). Sudah saatnya kita membersihkan bait-allah, yang adalah tubuh kita ini. Dengan bertobat, pantang & puasa.
Mari kita membersihkan bait Allah. Dengan semangat tobat, pantang & puasa.
Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar