Jumat, Maret 06, 2009

Pasar & Altar


Dalam berbagai ceramah, & bukunya, alm Rm Mangunwijaya kerap mengangkat konsep hidup ber-iman, berpolakan 'antara iman & pasar'. Demikian pula, Budayawan, Rm Mudjisutrisno SJ. Kerap menyebut tema yang sama.

Dalam buku yang berjudul, ' Beriman Katolik, dr Altar sampai Pasar', Rm Didik Bagiyowinadi, juga mem-bahas perihal ber-iman yang real, yang mendarat di hidup harian.


Memang, iman musti di-ungkap-kan. Tapi juga harus di-wujud-kan. Diungkapkan dalam kegiatan liturgi sekitar altar. Diwujudkan dalam dunia real. Dunia nyata. Dunia yang berkaitan dengan soal-soal IPOLESOSBUDHANKAM( Idiologi, Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya, Pertahanan & keamanan ).

Demikian juga, maka iman juga dihayati dan diperjuangkan dalam kegiatan-kegiatan sekitar PEMILU. Baik Pemilu Legislatif, DPD, maupun Presiden.

1. Di Purwokerto, pernah terjadi, seorang gadis dibawa pergi oleh seorang pria yang sudah ber-istri. Ternyata, gadis itu di-perkosa, digagahi. Sebelumnya, dicekoki minuman bersuplemen-ber-energi, agar setengah sadar, namun tak mati. Dalam alam mulai seratus persen sadar, si gadis di bawa pulang setelah mendapat perlakuan tak manusiawi--'digagahi'. Katanya, menurut si gadis dalam investigasi, dalam perjalanan pulang, si pria 'peng-gagah' sempat berhenti di sebuah tempat sembahyang. Di sana si-'penggagah' sempat melaksanakan doa salah satu dari doa lima waktu. Altar, tak gathuk dengan pasar.

2. Di tepian selokan, anak Sungai Serayu, dibangun sebuah tempat ibadah megah. Dengar dari tetangga sana-sini, salah satu sponsor penyumbangnya, seorang pengusaha obat ramuan tradisional 'illegal', yang membahayakan kesehatan. Altar, tak gathuk dengan pasar.

3. Dalam saresehan tentang doa-hening, awal Maret lalu, Rm Than Thian Sing MSF, meng-ingatkan, 'doa baru bermakna jika diimbangi dengan perbuatan nyata'. Dia ambil contoh, 'Banyak orang berduyun-duyun pergi ziarah ke tanah suci. Baik lokal, maupun luar-negri. Tapi, itu tak ada bobotnya, jika hidup dengan sesama tidak adil. Dengan pembantu semena-mena. Nggosip tetap jalan terus. Bertingkahlaku tak menghargai Hak asasi sesama, hakasasi manusia. Hidup harian tak selaras dengan 'cinta Kristus'.' Altar, mesthi gathuk dengan pasar.

Bacaan Minggu ini, Mrk 2:9-10, menceritakan, Yesus mengajak tiga muridnya naik ke atas gunung. Masuk dalam suasana kemuliaan. Dalam suasana itu mereka melihat gambaran siapa Yesus itu sebenarnya. Ternyata, dia adalah Sang Mesias. Sungguh Allah. Inilah salah satu bentuk perwahyuan. Sesudah merasakan mulia, mereka tak mau turun. Ini sebuah peristiwa altar.

Altar musti gathuk dengan pasar. Maka Yesus mengajak ketiga murid itu, untuk turun gunung. Turun ke dunia nyata, pasar. Untuk apa. Untuk mewartakan, sebenarnya siapa to Yesus itu. Sebagaimana mereka alami.
Tak hanya itu, di dunia nyata, pasar, warta akan yesus dimaknai. Ajaran Yesus, diwartakan untuk kemudian diharapkan 'dihayati'. Menjadi semangat hidup. Hidup real yang digarami, disemangati dengan ajaran-ajaran Yesus. Di sinilah terjadi 'spiritualitas'. Spirit=semangat. Spiritualitas=Yang menyemangati. Hidup ber-spiritualitas=hidup riil yang disemangati ajaran Yesus.

Altar, memang harus gathuk dengan pasar.
Iman tanpa perbuatan adalah mati.

Dunia spiritual, mesti konek dengan dunia real, dunia nyata(Ipoleksosbudhankam)


Selamat hidup ber-spiritual.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Tidak ada komentar: