Jumat, Januari 30, 2009

Musik Hidup


Dalam sebuah perjalanan, pergi-pulang, pulang pergi, meng-urus suatu keperluan, berjumpalah Trail-mot-nas dengan kendaraan-kendaraan. Di antaranya, kendaraan-kendaraan itu ber-tuliskan:

1. 'She do urip'.
(
Dlm sebuah mikrobus. )
2. 'She do klakon'.
( Idem di atas. )
3. 'Korban fitnah'.
(
Dlm sebuah mobil di Kota Keboemen)
4. 'SMS terkirim - SMS diterima'.
( Dlm truk pasir. )

5. 'Berkah ilahi',
( Dlm truk semen. )
6. 'Perfectly'.
(
Dlm bus kecil. )
7. 'Sing sabar Mas' ---->Kendalikan emosimu.
( Dlm truk besar. )
8.
'Entoet loe............!'.
( Dlm truk amat besar. Beroda 24 biji. )


Hidup bagaikan, musik. Musik-orkestra. Terdiri berbagai instrumen, alat musik.
Bunyinya ber-macem-macem. Cem-macem, bunyinya. Bisa terasa indah, jika dinikmati. Bisa juga tak terasa indah, tergantung suasana hati.
Selamat menikmati, orkestra-kehidupan.


Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.

Wasalam:
-agt agung pypm-


Rabu, Januari 28, 2009

Sok - 'T' - hu.

Suatu siang Trial-mot-nas berhenti di sebuah warung pecel tepian sawah. Disebut warung pecel karena menu utamanya, memang pecel. Minumannya aneka macam: Teh panas, teh dingin, kopi ireng, Es-teh, dan es-es yang lain. Yang tak ada, Es-panas.

Pesanlah seporsi pecel. Bukan karena ingin makannya, tapi demi sosialitas. Sebagai media srawung. Demikianpun kopi ireng.

Habis berpecel dan ber-kopi-ria, omong ngalor dan ngidul, dengan pemilik warung. Dan dengan pula pembeli-pembeli yang lain. Tema-nya, tentang perampokan warung-warung ndesa. Yang lagi hangat, perampokan seorang bakul krupuk asli Ciamis, oleh preman lokal.

Ketika tengah asyik ber-omong-ria, datanglah seorang Bapak, berpenampilan wibawa. Ternyata dia pemilik toko kelonthong di pojok desa. Dan tak ternyana pula ber-semi profesi sebagai 'Ustadz'. Kerap memberi ceramah agama di berbagai tempat. Pakai kaos singlet. Basah karena cucuran keringat. Memang udara siang itu tengah terasa panas terik. Apalagi, baru saja njerengi gabah, di tepian jalan. Hasil panen kemarin.

Karena 'panas', sapaan, say hello, yang disampaikan adalah, 'Kepanasan Pak.......!?'
- 'Ya', Jawabnya. 'Inilah, garagara efek rumah kaca', terusnya dengan 'Pe-De' bin wibawa.
* Seorang pembeli kopi lain menyambung tanya, 'rumah kaca' niku kados napa pak ?'
+ Pak berkaos singlet, menjawab, 'Sing dimaksud efek rumah kaca itu, udara, utawa hawa panas,--kayak awan kiyi--. Disebabna akehing uwong sing mbangun omah nganggo kaca...!'
-'Oooo...., Lha pripun, napa yen gawe omah terus boten entuk nganggo kaca..? Tanyanya, lagi.
+ 'Lha mesthine ya ngono..... Nyong ta uwis ngomong bola-bali bab kuwi, ana ing peng-ngaji-an-pengaji-an. Yen bangun omah, aja akeh-akeh nganggo kaca'.

Kebetulan saat itu, di tas-cangklong-hitam, membawa koran Kompas edisi kemarin. Tema-nya, tentang 'global warming', pemanasan global. Diuraikan artikel tentang pemanasan global.
Ada pula bagan-bagan-nya. Koran itu saya keluarkan, lalu disodorkan pada Pad Ustadz. Sambil berkata:

- 'Nyuwun sewu, kadose 'Efek rumah kaca' tegese mboten ngaten lho pak !. Kebetulan niki onten artikele, niki...!'
- Pak Ustadz lalu baca artikel singkat. 'Efek rumah kaca', adalah situasi bumi yang naik suhunya, menjadi semakin panas, akibat energi panas matahari yang masuk ke bumi, mestinya terpantul lepas ke angkasa luar, terhambat atau terhalang oleh sebuah lapisan ozone yang makin menebal. Lapisan itu terbentuk sebagai akibat polusi, semakin banyak pembakaran yang menghasilkan gas CO2.
+ Bapak berkaos oblong, lalu bilang, 'O....., Dados pengertian kula boten tepat nggh dhik...!!?'
+ 'Kadose ngaten lho pak.'

Orang bijak, adalah orang yang terbuka
atas pengertian baru,
atas ajaran baru,
atas data baru,
atas kebenaran baru,
kebenaran yang o-ten-tik.

Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.

Wasalam:
-agt agung pypm-

Selasa, Januari 27, 2009

Se - 'p'-le

Menjelang Kota Yogyakarta, ada sebuah alat pemantau & penuntun kapal terbang, untuk dapat mendarat tepat di bandara Adisucipta. Orang menamainya, Radar. Pernah, salah satu pengurusnya seorang katolik. Rajin menggereja. Rajin pula berkegiatan-lingkungan ria.

Suatu hari, dari rumah dinas, dia mau mengecek alat vital itu. Kegiatan yang rutin. Naik sepedamotor jenis bebek. Berhubung, jarak rumah dinas dengan pusat alat hanya beberapa ratus meter, tak perlu pakai peralatan bepergian secara lengkap. Cukup sandal jepit. Distart-ter-nya, sepeda motor, lalu cengklek, putar gas, 'ndhrennn...., ndhrennn, ndhrennnnn'. Tapi kemudian tiba-tiba, terdengar suara 'Sreeeek.... Athooo......!'. Apa pasal ? Dari halaman rumah, jalanan agak naik ke arah jalan aspal. Dan ketika motor naik ke aspal, standart-nya lupa dinaikkan. Tak dikembalikan ke posisi off. Dan besi standart itu menghimpit jempol-kakinya dengan aspal. Kaki jempolnya, jadi terluka.

Agar tak berlanjut, jempol kaki diperiksakan ke dokter. Oleh dokter dirujuk ke rumahsakit. Namun, tak terduga, jempol kaki perkembangannya tak sembuh-sembuh. Tak berapa lama kemudian, bapak si penjaga radar meninggal dunia. Istri, anak, & warga lingkungan menyesali dan meratapi, hanya kejadian sepele, nyawa harus ter-renggut.

Adalah juga seorang warga umat. Guru agama profesinya. Pro-diakon, juga salah satu kegiatan pelayanan-nya. Sebuah sore menjelang malam, pergi ke kawan lingkungan, seorang peng-usaha bengkel ganti olie. Dia bermaksud mengganti olie mesin sepeda-motor operasional kerjanya. Jarak antara rumah dengan bengkel olie kawan, tak seberapa jauh. Dalam perjalanan yang tak seberapa itu, suatu kejadian tak-terduga juga terjadi. Dia ber-tabrak-an dengan kendaraan lain. Tubuhnya, terpental. Helm-nya lepas. Kepalanya membentur aspal. Lalu dilarikan ke rumahsakit. Tak ternyana-tak terduga, beberapa waktu kemudian, ketahuan sungguh serius luka-lukanya. Dan lalu.... lalu kini lumpuh. Kakinya sulit untuk digerakkan. Tak bisa beraktivitas. Tak bisa ngajar, juga menggereja. Disayangkan pula, anak-anaknya belum cukup amat dewasa. Salah satunya menjadi seminaris. Seminaris sebuah seminari menengah. Masih butuh topangan seorang bapak keluarga sebenarnya. Dan itu terjadi, juga karena hal se-pe-le.

a/. Barang siapa memperhatikan perkara-perkara kecil, akan bermakna pula untuk perkara-perkara besar. Demikian, kurang-lebih pesan Injil.

b/. Dalam bhs jawa, ada istilah 'angon'. Sering untuk men-sebut, angon wayah, angon perkara, angon ...........

Selamat menuju sembuh, Pak Guru Bambang.
Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.

Wasalam:
-agt agung pypm-

Manager Paroki

Tambah GambarAdalah Mgr. Leopoldo Girelli, duta besar Vatikan untuk Indonesia. Dia diundang pada misa penutupan retret para imam, yang diselenggarakan oleh Lumen_2000, 19-23/Jan/'09, sebagai selebran utama.

Dalam kotbahnya, dia meng-ungkap-kan beberapa hal. Antara lain:
1. Selamat memaknai lagi hidup imamat. Imam adalah rohaniwan. Maka hidupnya harus disemangati oleh hidup kerohaniannya. Hidup rohani seorang imam tak bisa dilepaskan dengan dua kegiatan pokok. Pertama, misa-harian, Ekaristi. Kedua, ibadat-harian, offisi, brevir. Kedua hal itu, wajib sifatnya untuk dilakukan. Demi pelayanannya.

2. Perlu selalu disadari bagi para imam, bahwa hidup utama, status pokok adalah sebagai pastor. Status dan kegiatannya bersifat pastoral. Perannya lebih sebagai pastor, penggembala. Bukan sebagai manager paroki. Kemampuan managerialnya, adalah demi menunjang kegiatan pastoralnya.

3. Untuk menunjang hidup imamat, baiklah jika seorang imam meniru teladan Bunda Maria. Dalam pribadi itu, terdapat kepasrahan, kerendah-hati-an. Sebuah kalimat yang terkenal, 'Sesungguhnya, aku ini hamba Tuhan, terjadilah kepadaku menurut perkataanMu...'(Lk 1:38).

Terimakasih Mgr Girelli, atas per-ingatan-mu. Profesi pastor. Profesi manager.
Pastor yang manager. Atau manager yang pastor.

Selanjutnya, ................

Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.

Wasalam:
-agt agung pypm-

Senin, Januari 26, 2009

Rm Liem

Ada seorang imam. Biasa disebut Romo. Romo Liem, namanya. Anggota Sarikat Yesus. Dia seorang keturunan tiong-hoa. Pada sekitar akhir tahun '60-an, dan sekitar tahun '70-an, kerap bersepeda. Menyusuri jalan-jalan, antara gereja Kumetiran--dekat Malioboro-- sampai daerah kecamatan Gamping. Sepedanya, berjenis onthel. Merk-nya Fongres.

Memang dia bertugas melayani umat di wilayah Gamping dsk. Waktu itu Paroki Gamping belum ada. Masih merupakan stasi. Bagian dari Paroki Kumetiran. Maka pelayanan oleh pastor, dijalani dengan nglajo dari kota Yogya. Jaraknya, sekitar 15-san kilometer.

Tak hanya nglajo. Ketika itu imam bersepeda onthel, dengan tetap memakai jubah. Panas-panas lagi. Menyusuri kampung-kampung dan desa-desa. Termasuk Desa Nyamplung, desa saya. Aneka pertemuan lingkungan dan kunjungan keluarga, dilakoninya. Trail-mot-nas masih ingat, ketika itu masih balita. Di rumah dikunjungi Rm Liem SJ. Meskipun, tiong-hoa, bahasa-Jawanya halus mulus. Mlipis. Model jawa kromo-nan, yang amat menjunjung unggah-ungguh, sopan-santun.

Kini Rm Liem sudah tua. Entah sekarang tugas di mana. Yang jelas dia seorang keturunan tionghoa yang -njawani-. Mengingat umat yang dilayaninya, berada di daerah pedesaan. Misa basa jawapun, dia gandhes luwes. Sebuah inkulturasi. Sebuah dialog budaya dan dialog iman, yang lalu jadi.

Rm Sindhunata
Di tahun 1985-nan, bersama tiga kawan pergi ke daerah Malang dan Batu. Untuk, mengerti biara-biara: SVD, Karmel, CDD, CP, Pr-Malang, CM. Kebetulan, di Wisma Karmel Malang bertemu dengan serombongan imam Yesuit. Berkendaraan Toyota Hi-ace. Salah satu yang di mobil itu adalah Rm Sindhunata. Jadi tahu ketika itu, bahwa Rm Sindhu, ber-asal dari Kota Batu Jawa Timur. Dan dia ternyata, juga keturunan tionghoa. Ketika itu, mereka sedang merayakan Misa Perdananya, sebagai imam.

Sesudah ditahbiskan, Rm Sindhu ditugaskan di Paroki Pakem. Karena concern terhadap masalah keadilan, beberapa kali dia dioyak-oyak intel. Di Pakem pula, Rm Sindu mempopulerkan Sumur Kitiran Kencana. Didalaminya pula kebudayaan Jawa. Hasil karyanya aneka rupa, berkisar spiritualitas Jawa. Buku 'Aburing Kupu-kupu Kuning', a.l hasil buah pikirnya. Buah karya ter-kininya, berjudul 'Injil Papat'. Injil yang ditulis dalam bahasa Jawa, bergayakan tembang. Tembang macapat. Sebuah dialog budaya. Sebuah in-kultur-asi.

Theresia Ratih Sawitrijati
Adalah seorang wanita. Ibu dari tiga anak. Semula, terpersepsi, dia anak seorang dhalang wayang kulit. Mengingat namanya, nyrempet-nyrempet tokoh wayang. Tak ternyana, ternyata wanita itu, adalah blasteran. Bapak tionghoa, Ibu jawa-sunda-nan. Ber-profesi sebagi fisikawan. Membagi ilmunya di universitas. Juga mendalami ilmu ke-psokologian, spesifik bagi anak yang memerlukan pendampingan khusus. A.l, autis. Sebuah pelayanan. Diikutinya pula aktivitas berkatekese. Membantu penyelenggaraan katekese. Pengajaran iman bagi umat dan masyarakat. Masuk sbg pengurus komisi katekese Keuskupan Bogor. Sebuah proses in-kultur-asi. Dialog budaya.

Iman kristen menyebar ke seluruh antero dunia lewat proses, in-kultur-asi. Mungkin lebih tepat inter-kultur-asi. Dua budaya yang saling berdialog, lalu saling memurnikan. Dan saling memperkaya. Diawali oleh tokoh Rasul Paulus. Dia, membuka kekristenan dari hanya seputar Yudea, kalangan Yahudi. Meluas ke lingkup Yunani. Dan kemudian, meluas lagi ke Roma. Dan lalu men-dunia. Sampai Indonesia.

Tahun baru Imlek

Adalah sebuah upacara. Hari besar. Dirayakan sebuah peristiwa budaya pada awalnya. Umat yang bersyukur. Syukur atas hasil panen. Imlek, berasal dari dunia pertanian. Lalu meluas. Lewat dialog budaya. Melebar, tak hanya syukur atas panen saja. Melainkan lalu meliputi segala aspek kehidupan. Hidup manusia. Jadi perayaan imlek, adalah perayaan syukur. Syukur atas berkat kehidupan. Juga dimohon rahmat-berkat untuk periode tahun yang akan datang.

Dalam kehidupan, ada takdir. Ada kodrat. Berkulit putih, hitam, coklat, kuning adalah takdir. Khas, berbeda ini dan itu, lalu adalah juga takdir. Asalnya, memang dari Sana-Nya.
Lahir, tumbuh dewasa, mati, adalah kodrat. Semua orang, siapa saja, dari suku apa saja, di tempat mana saja, mengalami hal yang sama: Kodrat, sebagai manusia.
Maka, perbedaan bukanlah batu sandungan. Melainkan, adalah kekayaan. Kekayaan bersama. Itulah syukur & persembahan kehidupan kita. Kekayaan atas ke-aneka-ragaman.

Selamat Tahun Baru Imlek. Ghong Xi Fa Chai.

Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Minggu, Januari 25, 2009

Mendengarkan Suara Allah

Beberapa bulan yang lalu, di sebuah toko buku besar, dipajang buku berjudul, 'What is the point of being a Christian ? apa makna dan tujuan menjadi Kristen, Timothy Radcliffe OP'. Nampak menarik, maka lalu diambil dan diolak-alik. Pengantar & biografinya menantang untuk dibaca.

Tak lama kemudian di milis, juga ditawarkan sebuah program olah rohani, berupa retret oleh pembicara, pembimbing Timothy Radcliffe OP. Berangkat dari bayangan bahwa materi & pembicaranya bagus, maka dihubungilah Sdr Suditomo, pengurus Lumen-2000 Indonesia. Mendaftar diri ikut kegiatan rohani, retret masal.

Sabtu 17/1/'09 pesanlah 'Dragon Jaya Travel' tujuan Katedral Jkt. Pukul 09.00, turut bus pertama yang disediakan panitia, menuju Via Renata, Cipanas Puncak Bogor.

Acara dimulai sore hari, 17.30. Pada sesi awal, duduk jejer berdampingan dengan Rm Indrakusuma O.Carm. Omong-omong singkat. Cerita-cerita, asal-usul sampai bisa ikut kegiatan rohani berskala besar itu. Asal-muasalnya, berangkat dari informasi internet. Berangkat dari cerita ini, orang spiritual sekaliber Rm Indrakusuma, meng-iyakan, bahwa tehnologi informasi jaman sekarang, memang bisa amat mendukung, karya-karya pelayanan Gereja: Karya kerohanian, karya spiritual, karya pastoral & karya kerasulan.

Dalam pelaksanaannya, memang terasa:
a. Pesertanya cukup banyak. Sekitar 240-an imam. 120, diosesan. Selebihnya, dari berbagai ordo dan konggregasi.
b. Mata acara demi mata acara, lancar, mengalir, tak membosankan.
c. Koordinasi & informasi-informasi, tersampaikan dengan cukup jelas & rinci.
d. Bahan dasar juga dibagikan pada masing-masing peserta dalam bentuk CD.

Dan itusemua-itusemua, tak lepas dengan yang namanya tehnologi komunikasi. Banyak alat tehnologi informasi yang digunakan:
1. Tilpon kabel.
2. Ha-Pe
3. SMS
4. E-mail
5. Internet
6. Radio CB
7. Komputer
8. LCD
9. Wireless.
10. Sistem digital.

Satu.
Manusia diciptakan untuk memuji, menghormati serta mengabdi Allah Tuhan kita, dan dengan itu menyelamatkan jiwanya. Ciptaan lain di atas permukaan bumi diciptakan bagi manusia, untuk menolongnya dalam mengejar tujuan ia diciptakan( Lat. Roh. St. Ignatius. Art. 23, Asas Dasar).

Kebetulan ternyata, arah dari uraian Fr Timothy Radcliffe OP, --yang juga menjadi pesan-pesan retreat-- adalah mendengarkan Allah. Mendengarkan Suara Allah terjadi dalam Ekaristi. Di sana dalam keheningan. Di sana, dalam Sabda-sabdaNya. Di sana dalam kehadiran Roti & Anggur.

Dua.
Di dekat jembatan, Pasar Bumiayu, Trail-mot-nas pernah ditawari oleh seorang pedagang VCD keliling. Diperlihatkan olehnya, sekeping CD berjudul 'Selingkuh Itu Indah'. Setelah diputar, ternyata isinya betulllll......... Kumpulan kegiatan-kegiatan orang ber-selingkuh.

Pernah pula, Trail-mot-nas dikonsultasii, seseorang yang terlibat skandal perselingkuhan. Betulll..... ruwet ! Bundhet ! Marahi mumet ! Dan itu, terjadi karena bermula dari SMS=Sarana Menuju Selingkuh.

Tehnologi. Juga Tehnologi Informasi memang, ternyata:
I. Bisa membantu mendengarkan Suara Allah.
II. Bisa juga sebaliknya, justru menjerumuskan orang pada lingkaran dosa. Dus, menjadikan situasi jauh dari Allah.
Tiap manusia dihadapkan pada kedua pilihan itu.

Selanjutnya, terserah kita.
Selanjutnya, terserah annnnnnnda...........

Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.

Wasalam:
-agt agung pypm-

Jumat, Januari 16, 2009

Ber-seri-seri

Ber-serie-serie, Berboenga-boenga

Kerap diramaikan oleh orang-orang, pembicaraan, omong-omong, rasan-rasan, kesan-kesan, perihal ketertarikan pada sebuah agama. Mengapa orang tertarik pada sebuah agama. Mengapa agama A, bukan agama B. Mengapa tak C, atau D. !? HAM, jawabnya. Alias hak asazi manusia.

Orang tertarik, tentu karena ada sesuatu yang menarik. Apa sesuatu itu. Sesuatu adalah hal. Thing. 'Hal', bisa berupa gejala, simbol, tanda, tindakan, gerakan. Bisa pula omongan, atau kesaksian.

Satu.
Di sebuah kota besar di Prop. Sum-Sel, ada seseorang omong-rerasanan dengan sobatnya. Rerasanan-nya begini, 'Orang Katolik, kalau keluar dari gereja, kok kelihatannya berseri-seri, kenapa ya.....?

Dua.
Di sebuah stasi terpencil ada sekolah SMP, bernafaskan katolik. Ditawarkan di sekolah itu, pelajaran non-katollik. Yang terjadi, yang ikut pelajaran agama katolik, malah tambah banyak.

Tiga.
Ada sebuah keluarga di Jkt. Punya seorang pembantu rumah tangga. Agamanya lain, non-katolik. Karena agamanya lain, maka dipersilahkan padanya untuk berdoa menurut ajaran agamanya. Dibelikannya pula alat-alat sembahyang. Juga dipersilahkan menempati sebuah tempat khusus untuk sembahyang. Tapi apa yang terjadi, suatu saat, si Wanita pembantu rumah tangga itu malah minta untuk dibabtis.

Empat.
Seorang mahasiswa, yang inteligible, pinter intelek, pintar logika, menyatakan, bangga dengan ajaran kekatolikannya, karena...... Karena sifat ajarannya tak bersifat manusiawi belaka. Meta empiris, supra empiris, mengatasi empiris. Dus di atas penalaran manusia: Kapisan, Cintailah musuh-musuhmu. Kapindho, jika engkau engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu(Lk 6:3). Katelu, ........monggo K-IC piyambak-piyambak.

Itulah juga, mengapa,
ketika Andreas & Simon, melihat Yesus, Sang Anak Domba Allah,
i. Kemudian jadi ter-tarik,
ii. Dan lalu terpesona,
iii. Akhirnya, ikut Yesus.
iv. Tak di satu tempat. Melainkan kemana-mana. Hidup bersama Yesus(Yoh 1:39).
Sebuah proses dinamis seseorang menjadi ber-iman Katolik.

De.Ka.El, causa-causa, pen-'sebab' banyak orang jadi ikut Yesus, karena:
a. Kesaksian
b. Ajaran & Pribadi Yesus
c. Penalaran. Dus teologi. Akal sehat: bahwa ajaran yesus, bukan ajaran biasa. Melainkan ajaran yang 'l u a r - b i a s a'. Juga, tidak biasa.

Selamat meniru murid-murid: Andreas & Simon.

Syalom. Wilujeng enjing. Rahayu-rahayu-rahayu.

Wasalam:
-agt agung pypm-

www.lelakuku.blogspot.com

Sarapan

Sarapan adalah makan pagi-pagi. Pagi-pagi makan, adalah sarapan. Yang di makan adalah makanan, pengisi perut. Bisa apa saja. Yang biasa adalah nasi.

Tapi sarapan pagi kemaren bukan makanan. Bukan nasi atau roti. Melainkan tamu. Ya. Seorang tamu yang pagi-pagi sekali datang. Datang dengan membawa empat buah sakramentali, berupa salib. Ada yang besar. Ada yang kecil. Berbagai ukuran. Yang terkecil berbentuk rosario.

Benda-benda sakramentali itu dimintakan untuk diberkati. Intensi-maksudnya, untuk dipasang di rumah. Di segenap ruangan. Agar rumah itu terasa aman. Sejuk. Mengkrasani, alias membuat krasan. Selama ini rumah yang didiami pembawa sakramentali, dirasa oleh yang bersangkutan tak mengkrasani. Diyakini, tak membawa kedamian dan peruntungan. Karena. Karena menurut dia:

1. Rumah itu didiami oleh roh. Beberapa tahun lalu ada tetangga. Anaknya dihamili orang. Bapaknya, tidak setuju. Lalu diracunlah anaknya, dengan mencampuri ramuan mematikan dalam minumannya. Katanya, roh-nya bergentayangan di situ.
2. Rumah itu, didiami juga oleh enam anjing. Yang dua sudah mati. Masih empat. Tiap saat, gaduh. Anjing-anjing pada jegog, menggongggong.
3. Karena anjing empat ekor, suasana juga kotor. Telapak kaki anjing juga kotor. Mengkotori lantai. Belum lagi kotorannnya.
4. Tak hanya itu, beri makan untuk empat anjing juga tak sedikit. Ini problem tersendiri.

5. Si pemelihara anjing adalah kakak dari tamu yang datang membawa benda sakramentali. Dia mangkel sama sang kakak. Kecuali pelihara anjing banyak, juga kini dia pergi entah kemana. Tak bertanggungjawab, katanya.

6. Kakaknya ada sepuluh. Adiknya ada satu. Jadi dia --sang tamu-- adalah anak ke-sebelas. Susah hidup dalam keluarga amat besar.
7. Salah satu kakaknya, yang dulu serumah, baru saja bangkrut usahanya. Tadinya, usaha las besi, tralis, dll.
8. Salah satu kakak yang lain lagi, yang bermukim di Jkt, beberapa hari sebelumnya juga datang ke rumah. Membawa sepasang orang pintar dari Clc. Mereka mem-pyur-pyuri, menebar garam. Alasannya, agar rumah itu tak diganggu roh penunggu dan orang jahat.

9. Salah satu kakak lain lagi yang bermukim tak jauh dari Pwkt, ribut sama suaminya. Di-praduga, suaminya punya WIL. Wanita Idaman Lain. Juga sedang minta bantuan orang pintar untuk ngecek suaminya.

10. Sang tamu, mengeluh mengesah, berwarna nada gugatan. Gugatan atas situasi diri dan situasi keluarganya. Dia yang sampai terakhir kini merawat ibunya.

11. Ibunya, kini lumpuh. Kelumpuhannya, karena salah penanganan salah satu rumah sakit di Pwkt. Gimana dokter-dokternya, katanya.
12. Karena harus merawat ibunya, dia terpaksa keluar dari kerja di Bandung. Pada hal gelarnya sarjana. Kini harus nganggur. Malah ngurus rumah yang kotor, dan gaduh. Oleh anjing dan menthok tetangga.
13. Dan karena itu pula, lalu kini tak bisa nikah, berhubung umurnya sudah 48 tahun. Terpaksa, berstatus lajang begitu, karena harus merawat ortu, atau ibu. Kakak-kakak yang lain, gimana.

14. Ketika hidupnya kemrungsung, pernah ikut retret awal. Tapi apes, di tempat retret di terpeleset jatuh di tangga. Kakinya patah. Kini harus pakai pen. Jika jalan harus pelan-pelan dan hati-hati.

15. Punya kawan dekat ? Punya kawan dekat, tapi si kawan punya anak yang masih muda. Anak muda itu baru dalam penyembuhan kena Narkoba. Syarafnya sudah kena. Parah. Dan si pemuda, pecandu narkoba, kini menaksir dirinya.

Butir satu, hingga butir limabelas, adalah tumpukan masalah. Masalah yang bertumpuk-tumpuk. Dan itu masalah kehidupan. Kapan, Kamis Pon 15 Januari 2009, Suro 1942 JE, Muharam 1430 H. Cap Ji Gwee 2559 Ci/Tikus.

Kesimpulan,................!? M u m e t.

Syalom. Wilujeng Wengi. Rahayu.

Wasalam:
-agt agung pypm-

Kamis, Januari 15, 2009

Balada Se-orang Dokter Puskesmas.

Susan, Susan, Susan, kalau gedhe mau jadi apa...?
Susan, Susan, Susan, kalau gedhe mau jadi apa...?

Masih ingat lagu itu !"
Tahun '90-an ada lagu anak-anak, yang dinyanyikan oleh boneka Susan. Pembawa suaranya, seorang penyiar radio dari JaTim, Ernie Susan. Ada dialog dalam lagu itu. Susan kalau gedhe mau jadi apa ? Jawabannya, suatu saat, mau jadi pilot. Saat lain, mau jadi Inseigneur. Mau jadi Astronout. Dan dijawab pula oleh Susan, kalau gedhe mau jadi dokter.

Anak-anak kecil di Madrasah Ibtidaiyah & SD negeri-pun jika ditanyai, jawabannya seperti jawaban boneka susan. Salah satu cita-cita mereka adalah mau jadi dokter. Mengapa.

Bicara ttg profesi dokter, banyak anak memang mencita-citakannya. Itulah realita-fakta. Tetapi ternyata tak mudah untuk menjadi seorang dokter. Dibutuhkan banyak. Banyak modal. Banyak pawitan. Banyak sarana & pra-sarana.

Untuk jadi seorang dokter, sekurang-kurangnya dibutuhkan:
1. Pikiran.
Pikiran yang intelegible. Alias pandai. IQ. Otak yang encer. Kemampuan menyadap dan menyerap ilmu. Mengolah serta kemudian meng-aplikasikannya.
2. Dana.
Tak dipungkiri, dana atau uang SPP yang tak kecil nominalnya.
3. Rasa.
Tak setiap orang bisa dan tega, serta tahan. Tiap kali berhadapan dengan orang sakit. Dus berhadapan dengan penyakit. Tak hanya itu, berhadapan dengan mayat. Prakteknya-pun, harus latihan men-selidiki jazad, meng-iris-iris mayat.
4. Hoki.
Hoki. Atau per-untungan. Selesai studi kedokteran, tak tentu selalu mulus kariernya. Banyak persaingan. Sering pula ada akal bulus, yang menghambat kemajuannya. Bulus, bersifat alus. Tak kentara, tak kelihatan tapi bisa diraba. Bisa dirasa.

Adalah seorang dokter. Ditugaskan di sebuah Pus-Kes-Mas, tak jauh dari Kota Pwkt. Masih di seputar Kab. Banyumas. Integritas pribadinya, bagus. Kinerjanya, juga bagus. Prestasinya, tak jelek. Konduitenya, bisa menunjang untuk naik karier.

Beberapa kali dokter Pus-kes-mas itu dipromosikan untuk pindah tugas. Pertama, hendak dipindah ke Puskesmas, yang lebih dekat dengan kota. Tak jadi. Kedua, hendak dipindah ke pusat kota. Tak jadi. Ketiga, mau dipindah ke jabatan fungsional. Tak jadi pula. Beberapa kesempatan lain pun, juga tak jadi pula. Apa pasal. Selalu ada saja pihak yang tak senang atas ke-berhasil-annya.

Suatu saat Dokter-pun iseng. Sebagaimana yang dilakukan beberapa kawannya, pergi mohon tolong ke 'Seorang Pintar'. Entah mau apa diberi istilah, semacam dukun, begitulah. Di tempat orang pintar, berkonsultasi. Lalu dicari upaya solusi.

Sebagai upaya solusi, oleh Si-'Orang pintar', Pak dokter diberi kaca-cermin, pengilon. Di rumah, diminta untuk memandang kaca-cermin-pengilon, selama dua jam. Untuk apa. Untuk melihat siapa orang yang membuat kariernya selalu terhambat. Mandheg & mentok. Proses melihat cermin pengilon, harus di kamar tertutup.

Tips atau saran dari 'Si orang pintar', dicoba dijalankannya di rumah. Masuk kamar, melihat cermin. Setengah jam, tak ada bayangan muncul. Tiga-perempat-jam, tak muncul juga. Sesudah satu jam, .... yang muncul istrinya. Istrinya tho-thok-thok buka pintu. Mencari suaminya, kenapa lama di kamar tak muncul-muncul.

Dari rembug-ber-rembug, keluh-berkeluh, kesah-berkeluh-kesah, terketahuliah dinamika perjuangan si Pak Dokter, sampai tahab yang ter-akhir. Tak heran si istri tahu banyak perihal dinamik perjuangan itu, karena dia pernah mendampingi suaminya ketika mencari alamat si 'Orang pintar'.

Atas kegagalan bercermin-pengilon-ria, untuk melihat orang si penghambat karier, si istri berkata: 'Mau berapapun lamanya dilihat kaca pengilon itu, yang muncul di layar kaca, ya diri kita sendiri Pak....! Masak akan muncul wajah orang lain.?!. Yang bener saja.'
'Lalu...!?
Lalu kata Istrinya, 'Cermin itu mau menunjukkan kita, bahwa atas segala situasi kita, yang menentukan adalah diri kita sendiri. Itu yang utama & pertama. Kita harus bercermin diri. Melihat diri.........'
'Ooooooo.......!' Kata Si Pak Dokter.

Ada pepatah, 'Jika engkau menunjuk sesuatu dengan jari telunjuk, Tiga jari yang lain menunjuk diri kita sendiri.
Paparan bacaan Kitab Suci juga mem-pesankan, 'Mengapa engkau melihat Selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dlm matamu tidak engkatu ketahui(Luk 7:3-5).'

Ternyata, ex-pansi juga mesti disertai evaluasi.
Intervensi, juga mesti dilengkapi dengan in-trospeksi.

Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.

Wasalam:
-agung pypm-
www.lelakuku.blogspot.com

Senin, Januari 12, 2009

Bob-Tutup-Oli

Banyak untungnya kadang-kadang ikut yang namanya, seminar, pelatihan, kursus, Upgrading, ong-going-formation, dsb. Dapat ilmu, iya. Dapat pengalaman, iya. Dapat kenalan, juga iya. Menarik lagi, karena orang-orang yang dikenal kerap sudah ber-'jam-terbang' tinggi di dalam kehidupan.

Ada salah satu rekan kursus, yang lalu jadi kawan-kenalan. Kenalan-kawan. Dalam ilmu, dan dalam soal kehidupan. Namanya Pak Edy. Orangtuanya, dulu pengusaha kecap di Smg. Ketika muda, bermaksud ekspansi usaha, agar grafik hidupnya naik. Pergilah ke kota metropolitan. Dan akhirnya bermukim di Kota Tngrng. Usaha buat kecap tak diteruskannya. Yang digeluti adalah usaha bengkel rancang bangun las & mesin. Mengingat di sekitar kota itu banyak pabrik. Usaha bengkel rancang bangun ini amat berkembang. Sampailah dia pada usia pension.

Sesudah masuk masa pension, usaha bengkel diserahkannya kepada anaknya. Dia membebaskan diri untuk mengisi sisa hidupnya. Soal uang, sudah tak soal baginya. Tabungannya cukup. Usaha anaknya juga lancar. Maka banyak waktu digunakan untuk pengembangan diri, agar bisa berbuat sesuatu untuk sesama. Ya Gereja. Ya, masyarakat.

Dipelajarinyalah soal tanam-tanaman. Dari bibit, pupuk, obat pengusir hama, sampai penanganan pasca panen & pemasaran. Obsesi yang dia tekuni, adalah membuat pupuk cair. Ini dipilihnya, mengingat pupuk macam ini masih amat langka di pasaran. Sebagai perintisan dipilihnya, membeli lahan luas di Tjkrng.

Guna menunjang usaha itu, kerap berbagai pelatihan diikutinya. Pernah salah satu kursus pengembangan yang diikutinya, membahas tentang perjalanan karier pengusaha Bob Sadino.

Siapa tak kenal Bob Sadino. Seorang pengusaha nyentrik. Kemana-mana hanya bercelana-kan jeans pendek, dan baju lengan pendek yang tak dijahit. Dialah pemilik usaha makanan 'Kem chiks'. Kini usahanya melebar sampai ekspor sayur-sayuran ke mancanegara. Padahal, dia sendiri tak punya sawah. Juga tak punya ladang.

Pada awal kariernya, Bob Sadino adalah penjual telur di perumahan-perumahan daerah Kemang. Pelanggannya, para ibu-ibu rumah tangga. Aneka sifat-karakter yang dimiliki para wanita, ibu rumah tangga. Ada yang menyenangkan. Namun ada pula yang amat menyebalkan.

Salah satu pelanggannya adalah seorang ibu yang amat cerewet. Kerap ibu pelanggan telur ini bikin repot. Bob muda, berpikir, bagaimana si Ibu yang super cerewet bisa malah memajukan usaha dagangnya.

Suatu kali, secara sengaja, si Ibu super cerewet ketika beli telur, salah satu dicampuri oleh Bob, sebuah telur busuk. Respon apa yang muncul. Dia bilang kemana-mana. Dan ketika si Ibu ini complaint, Bob Sadino bilang dan lalu melakukan sungguhan, 'Jika ada telur dagangannya yang busuk, satu akan diganti tiga.....!'

Sesudah satu telur busuk, diganti dengan tiga telur, Si Ibu inipun lalu juga bilang ke mana-mana. Ke kawan-kawan & tetangga: 'Jika beli telur di tempat Bob, busuk satu akan diganti tiga....!'.

Memang betulan, pembeli telur semakin banyak. Padahal, yang busuk sebenarnya hanya satu. Ya untuk yang ibu super cerewet tadi. Dalam hati, Bob membatin, bukankah 'kecerewetan si Ibu tadi bisa untuk promosi...!'. Dus promosi gratis.

Di sebuah spanduk pinggir jalan ada tulisan,
'Krisis Keuangan Global. Sebuah tantangan menjadi peluang !'.
Ikutilah seminar sehari. Hari ...... Tgl...... Th.... di........
Jangan lewatkan. Dst-dst.

Dalam dunia managemen memang ada frase, 'Tantangan menjadi peluang.....'
Ternyata memang demikian,
untuk bisa maju, orang mesti bisa melihat peluang.
Di mana saja. Dan kapan saja.

Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu-rahayu-rahayu.

Wasalam:
-agt agung pypm-

Cak Yan

Siapakah Cak Yan. Cak Yan adalah -dulunya- warga Desa Karang-Lho. Kab. Banyumas. Profesi semula adalah seorang sopir, antar kota- antar propinsi non bis. Entah siang, entah malam, jika ada tugas dia berangkat. Tentu berangkat menyopir. Meng-hantar barang atau orang.

Suatu malam, Cak Yan dalam perjalanan antar kota. Tak begitu ingat penyebab apa, asal-muasal perkaranya, di sebuah jalan dia menabrak seseorang. Tak hanya luka, orang yang tertabrak tewas seketika. Peristiwanya, di tempat gelap dan sepi. Tak ada orang lain satupun. So tak ada yang jadi saksi. Habis men-tabrak, dia jadi bingung ling-lung. Mobil dihentikan. Mayat lalu ditutupi dengan daun pisang. Lalu di hidupkan mesin kendaraan lagi, meneruskan perjalanan.

Dalam meneruskan perjalanan, dia tak lapor polisi. Juga tak lapor sama juragannya. Alasaan sesaat yang dia pakai dasar logika, adalah tak ingin terlibat perkara. Dan juga karena tak ada dana. Lama sesudah peristiwa pen-tabrakan itu, tak ada kabar apa-apa. Cak Yan selamat, tak masuk penjara.

Tapi pasal-pasal masalah terjadi di dalam dinamika hidupnya. Tak lama sesudah itu, kadang-kadang dia di-nampaki gelagat bayang-bayang seseorang. Bayang-bayang itu tak lain, orang yang pernah tewas ditabraknya. Tak hanya sekali penampakan itu terjadi. Tapi ber-ulangkali.

Dari hari ke hari, makin tak tenang hidupnya. Maka lalu bertekadlah dia pindah haluan. Haluan profesi. Sebagai sopir ditinggalkannya. Beralih menjadi tukang becak. Maksud pikirnya, agar jadi lebih tenang, lebih tentram. Tapi itupun tak sedamai yang dibayangkannya. Gelagat bayangan kemunculan seseorang masih muncul. Juga pernah dapat penumpang becak. Seorang wanita. Ternyata itu penumpang misterius. Tawar becak. Diantar. Turun di suatu tempat. Tiba-tiba hilang misterius. Hidupnya, jadi kerap ketakutan. Pada salah seorang kawannya, dia cerita, bahwa 'Sedang dikejar arwah'. Arwah orang mati. Mati karena tewas tertabrak oleh mobil yang disopirinya.

Pada sebuah siang, Cak Yan duduk relaks di bawah sebuah pohon. Jagongan dengan kawannya. Menunggu penumpang becak. Cari nafkah, cari rezeki. Rezeki pengganti. Yang semula sopir. Lalu jadi pengayuh becak. Tak ada angin, tak ada halilintar. Ngobrol sama kawan. Berhenti omong sebentar. Tak ada gelagat, tak ada firasat. Cak Yan menghembuskan nafas ter-akhirnya secara tiba-tiba. Kawannya bilang, mati-ne ngalemi.

Seorang teolog pernah berkata, 'Kematian itu datangnya seperti orang ronda malam.'
Di sana sikap ber-jaga-jaga, ber-siaga. Di sana, ada peristiwa yang kerap tak terduga.

Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.

Wasalam:
-agt agung pypm-

Minggu, Januari 11, 2009

Mukamurung

Dalam masyarakat Batak, ada sistem marga-marga dalam keluarga. Ada Hutahuruk. Ada sirait, Sianipar. Hutagalung, Parlindungan. Sibutar-butar, Silaen. Manulang, Manurung. Dsb-dsb.

Dalam Bahasa Indonesia, ada rangkaian kata 'mukamurung'. Ya. Kata ini tak ada hubungannya dengan marga. Tak ada hubungannya dengan sistem keluarga. Apalagi keluarga Batak. Kata ini merupakan kata sifat. Bersifat universal. Berlaku di mana saja. Dan bagi siapa saja.

Muka murung = adalah muka yang murung. Muka yang masam. Muka yang muram. Maka ada istilah pula bermuram durja. Mungkin saya, atau anda pernah bermarga seperti ini, m u k a - m u r u n g.

Muka murung, adalah muka yang murung. Muka yang kelihatan mengandung kesedihan. Mengandung pikiran. Bisa jadi pikirannya sedang ruwet. Atau kepara bundhet. Maka, lalu kelihatan murung.

Orang bermukamurung, susah untuk tersenyum. Apalagi tertawa. Mengapa, karena kepalanya dibebani perkara. Perkara itu terasa berat, maka jadi tak ringan hatinya. Maka orang bermukamurung hatinya tak riang. Susah untuk bercandaria. Dan tak mudah untuk gembira. Muka murung kelihatan suram. Lalu jadi kelihatan tak ramah. Kenceng. Dan mudah marah. Frekwensinya tinggi, maka mudah emosi. So hati-hati dengan muka murung.

Yang jelas muka murung, banyak buang energi. Maka bagiamana meng-atasinya, agar hemat energi. Tak mudah dapat resep yang pasti. Tapi yang jelas, muka murung mesti karena ada perkara. Untuk itulah perkara harus diudari. Sampai tahu akar perkaranya.

Untuk tahu akar perkara dibutuhkan semangat dan kemauan. Kemauan untuk apa, untuk melihat diri. Dus mesti rendah hati. Mengapa mesti rendah hati. Karena melihat diri, mesti harus menyadari kekurangan diri. Itulah evaluasi. Evaluasi diri.

Dalam evaluasi kelihatanlah, perlu bantuan ilmu psikologi. Dalam psikologi, orang yang bermukamurung bisanya ada masalah. Masalah itu nandhes sampai di hati. Maka pasti punya luka hati. Hatinya yang luka. Inilah sakit psikologis.

Dus mukamurung adalah orang yang mengalami masalah psikologis. Persoalan psikologis muncul karena orang tidak atau kurang bisa ber-interaksi dengan lingkungannya. Lingkungan bisa orang, bisa keadaan. Jadi muka murung disebabkan oleh kekurangmampuan orang untuk menerima keadaan. Keadaan, bisa dirinya sendiri, bisa juga pihak lain.

Keadaan tak mudah diterima, karena pahit adanya. Pahit bisa karena kagol. Bisa juga karena perasaan yang serba kurang. Apa-apa dirasa kurang. Kurang beres, kurang rapi, kurang mutu, kurang bersih, kurang cantik, kurang legi, kurang pener, kurang......apalagi, kurang dhuit....! Dst.

Karena itulah, mukamurung tak mudah bisa bersyukur. Apa yang mau disyukuri, lha apa-apa kurang. Syarat orang bisa bersyukur adalah, jika orang merasa cukup. Merasa berkecukupan. Bojo siji cukup. Anak siji cukup. Pit siji cukup. Bayar semene, cukup.

Orang merasa cukup, jika bisa menerima keadaan. Keadaan apa adanya. Dus orang bisa bersyukur, syaratnya bisa menerima keadaan. Apa adanya. Dengan bisa menerima, maka orang lalu bisa mengucapkan terimakasih. Kepada siapa. Kepada Tuhan. Dengan bisa berterimakasih, orang lalu bisa bersyukur.

Malam ini adalah malam syukur. Doa ini adalah doa syukur. Korban ekaristi, adalah korban syukur.

Selamat bersyukur Pak Said, pensionan pegawai pastoran.
1. Syukur atas pernikahan anak-mu yang pertama.
2. Syukur atas pernikahan anak-mu yang kedua.
3. Syukur atas keluarga-mu, sebagai Karya Tuhan.

Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu-rahayu-rahayu.

Wasalam:
-agt. agung pypm-
www.lelakuku.blogspot.com


Jumat, Januari 09, 2009

Urik & Nakal

Hampir di tiap kota, kini sepedamotor demikian banyaknya. Hal itu tak lepas dengan semakin mudahnya orang memiliki sepedamotor. Ya. Berkat munculnya lembaga-lembaga pembiayaan, lembaga pengkreditan.

Suatu kali ban dalam sepedamotor gembos. Bag. pentilnya ucul. Lalu angin habis dengan cepatnya. Maka pergilah ke ITB. Di ITB, berbarengan pula dengan seorang bapak-guru SMU-N Pwkt. Kebetulan ban belakangnya, juga gembos. Dus sesama orang gembos, jadi saling bersaudara.

Sambil menunggu perbaikan ban-gembos, Pak Guru ber-ceritera. Motor yang gembos adalah yang ketiga, dia miliki. Semuanya, dimiliki lewat sistem kredit. Yang pertama, lancar. Yang ketiga, juga lancar. Yang kedua, yang ada masalah. Motornya terpaksa ditarik oleh leasing, gara-gara ada ganjelan di pembiayaan. Dari pengalamannya berkredit-ria, dia lalu sedikit banyak tahu liku-liku orang meng-kredit dan ber-kredit sepedamotor.

Mau punya motor baru, kini tanpa uang-muka-pun, orang bisa bawa pulang sepedamotor baru, dari toko. Kesulitan jaminan. Tak usah pakai jaminan. Banyak cara, banyak metoda yang ditawarkan. Ada sistem bayar bulanan. Ada pula sistem bayar harian. Per hari, bisa bayar sepuluh-ribuan, atau limabelas-ribuan. Praktis, simpel, tak berthele-thele. Tak ribet, tak ruwet.

Lalu....!
Lalu bagaimana jika kreditnya macet, atau gagal bayar. Tak usah bingung. Debt-colector, atau penagih motor siap mengambil motor setiap waktu. Untuk ditarik. Ditarik kemana ? Tak ke dealer, tapi ke lembaga-leasing, lembaga pembiayaan.

1. Yang kerap terjadi, kredit macet sesudah bayar ke sekian kali. Nunggak dua atau tiga kali, motor diambil petugas kredit. Selesai perkara.

2. Namun kadang pula, terjadi tarik ulur. Si pengkredit tak rela, jika motor ditarik dengan semena-mena. Bayar kreditnya, baru molor tak terlalu lama, tak seberapa, sudah diambil begitu saja.
2a. Di desa dekat Karangpucung, pernah terjadi, motor kreditan macet, akan ditarik debt kolektor. Karena tak rela, si debt-colector diteriaki maling. Lalu dipukuli oleh masa ber-ramai-ramai. Untung ada polisi segera datang. Nyawanya bisa diselamatkan.
2b. Di sebuah ujung Kampung laut. Pernah terjadi tarik ulur motor. Kredit macet beberapa bulan. Si debt-colector datang, mau ambil. Si pengkredit, tak rela. Terjadi rebutan. Ramai. Dua-duanya emosi. Tak terkontrol. Banyak tetangga datang. Ngompori, mem-provokasi. Nalar sehat, tak berfungsi. Motor-kreditan dibakar di tepian desa.

3. Pak Guru SMA-N juga cerita, pernah ada petugas lembaga biaya kredit. Menghubungi dirinya. Mohon tolong dicarikan pengkredit baru sepedamotor. Sebanyak-banyaknya. Siapa saja. Lantas, bagaimana jika macet ?!. Tak soal, kata si petugas kredit. Sesudah angsuran kesekian kali, bisa ditarik. Dan itu memang maksudnya. Why. Kenapa. Pak Guru SMA-N, lalu jadi tahu, dengan sistem begitu, lembaga biaya kredit sudah untung. Apalagi jika jumlah yang macet banyak. Wooow.... ternyata urik juga. Motor kreditan, dibeli dari dealer 'cash' sistem bayarnya. Kredit angsuran, adalah urusan lembaga biaya, alias perush. leasing. Begitu ternyata pola kerjanya.

3a. Di sebuah pangkalan ojek, terdapat sekumpulan tukang ojeg. Sambil menunggu penumpang, saling sharing, saling tanya. Cara mendapatkan motor selalu bagus untuk ngojeg. Ternyata, sistem cerdik mereka: Ambil kredit sepedamotor baru. Tanpa uang muka, tanpa jaminan. Dioperasikan sebagai motor ojek. Sesudah sekian kali angsur, dimacetkan bayar kreditnya. Biar saja ditarik oleh debt-colector. Gimana, nanti rugi. Tak usah kawatir. Sebelum dibuat gagal bayar, jeroan mesin diganti dengan parts motor buatan china. Untung, sama untung. Rugi, sama rugi.

Lalu gimana ngojeknya nanti. Tak usah kawatir pula. Ambil kredit lagi motor baru di lembaga lain. Masih untung dua kali, jeroan motor lama dan makai motor baru lagi.

3b. Di desa dekat Jeruklagi, ada seorang sopir truk tanki. Ambil kredit motor, baru kinyis-kinyis. Dipakai jalan-jalan. Diparkir di tepian desa. Untuk sesaat saja ditinggal pergi. Weladalah.... sekejap saja motor itu tak ada. Diembat pencuri.
Dicari-cari. Termasuk ke orang pintar. Sesumbar pada orang-orang, tak sampai 2 minggu, motor kembali. Tapi ternyata hampir 4 minggu juga kabar motor tak ditemui. Si Pak sopir lalu. Lalu ditemukan bunuh diri.

Licik dibalas licik. Urik dibalas urik.
Bagaimanapun adalah hukum perjanjian lama.
Balas membalas.

Syalom. Wilujeng ber-akhir pekan. Rahayu.

Wasalam:
-agt. agung pypm-

www.lelakuku.blogspot.com

Kamis, Januari 08, 2009

Ipuk Kejora

Di SMK, tepatnya SMEA Sumpiuh ada seorang siswi bernama 'Ipuk Kejora'. Agak asing nama ini dipakai untuk menamai seorang gadis. Gadis keturunan Jawa lagi. Kejora, biasanya dipakai untuk menyebut bintang. Bintang Kejora. Waktu operasi militer di Irian Barat, dipakai nama sandi Operasi Bintang Kejora.

Namun ternyata, setelah ditelusur-telusur, maknanya sungguh dalam di belakang frase, rangkaian kata, 'Ipuk Kejora'. Ibunya, seorang gadis gunung. Tinggi semampai. Anak seorang petani ladang pegunungan, yang levelnya dalam margin garis kemiskinan. Karena menariknya, seorang pemuda desa, mengejar dan lalu menyuntingnya sebagai istri setia. Tapi itu bukannya tanpa perjuangan. Or-tu si pemuda-desa sebenarnya tak setuju. Setujunya, jika pemuda-desa dapat anak orang kaya.

Tapi karena sudah tambatan hati, nekatlah si pemuda desa. Akibatnya, si gadis menantu tak boleh tinggal di desa. Harus hidup mandiri. Maka kembalilah ke gunung lagi.

Si pemuda desa, bekerja mencari nafkah. Profesinya sebagai sopir truk kobis, antar kota. Maka pulang ke rumah istrinya hanya sekali-sekali saja.

Berhubung sudah ber-keluarga, si gadis gunung harus berpisah rumah dengan orangtuanya. Dibuatkanlah dia sebuah rumah, di samping or-tu-nya. Tapi itu tak otomatis gratis. Yang terbuat, barulah rumah rangka kayu. Atapnya, rumbai. Itu saja baru separo. Karena si suami kerap pergi, si gadis meskipun sedang hamil, berusaha menyelesaikan atap rumahnya. Dia membuat dan lalu memasang atap rumah dari daun rumbai. Naik turun tangga-pun dilakoninya. Kendati dia seorang wanita. Sendirian. Swadaya.

Jika malam, sendirian dia merenung. Sepi, tak ada kawan. Suami pergi. Hanya ada suara jangkerik. Diterangi lampu teplok. Di bawah atap rumah rumbai, setiap kali dia mengelus-elus perutnya yang sedang membuncit, berisi jabang bayi. Sambil merasa-rasakan nasib, juga membayang-bayangkan situasi dirinya. Yang sudah-sudah. Juga yang belum-belum. Jika suaminya pulang, perut itu 'di-ipuk-ipuk' oleh suaminya. Tapi sesudah itu, 'di-jor-na'. Tak hanya sekali. Tapi ber-ulang kali. Setiap kali suami pulang, 'di-ipuk-ipuk'. Habis itu, 'di-jor-na'. Begitu dan begitu. Sampai si jabang bayi lahir.

Maka, atas dasar pengalaman, diipuk-ipuk, dan lalu dijorna itu, ketika si bayi lahir, si ibu memberi nama indah padanya: 'Ipuk Kejora'. Dari kata, diipuk-ipuk dan dijorna.

Kini si jabang bayi, sudah jadi remaja. Remaja seusia klas tiga SMEA. Di Sumpiuh, tepatnya. Tabiat & perilaku si remaja ternyata tak jauh dari watak ibunya. Jadi peka terhadap derita teman. Dan pula menghargai jerih payah orang tua. Tanpa diketahui oleh ibunya, tiap diberi uang saku, sebagian ditabungnya. Dan ketika, ibunya kebingungan mau ambil ijazah, yang harus disertai dengan lembaran-lembaran puluhan ribu, tiba-tiba si anak remaja, -Ipuk Kejora- menyerahkan segepok lembaran uang. Dan itu hasil dari tabungannya.

Simpati untuk Ibu yang pernah menderita. Dan selamat untuk 'Ipuk Kejora', atas watak & tabiatmu.

Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.

Wasalam:
-agt agung pypm-

www.lelakuku.blogspot.com

Selasa, Januari 06, 2009

ke - terlalu - an

Satu.
Di dekat Bendung Gerak Serayu, terdapat terowongan jalan kereta-api. Menembus bukit. Sebelum lorong-terowongan masuk bukit, terdapat jalan raya. Melintang di atas rel kereta api. Ber-bahan jembatan semen bata merah. Lintasan-nya berkelok-kelok. Tak bebas pandang. Dan sempit lagi. Jika tak hati-hati, lalu-lintas mudah tabrakan. Atau jika tak membunyikan klakson, orang mudah jegagik, alias kaget, karena obyek lain muncul tiba-tiba di tikungan. Memang di situ kerap terjadi kecelakaan.

Belum lama, sebuah truk tiga-perempatan. Jenis Colt-diesel enam roda. Membawa muatan, lewat di jalan yang ribet itu. Mak jegagik. Tanpa ada klakson, atau tanda-tanda, muncullah kendaraan lain dari lawan arah, yang tak kelihatan. Si sopir kaget. Karena kaget, kemudi jadi tak terkendali. Truk tigaperempatanpun oleng, dan lalu jatuh dari jalan aspal ke bawah. Tak lain jatuh di lintasan rel kereta-api. Untung bansekower segera tahu. Berhubung juga tempat itu tak terlalu jauh dari stasiun Kebasen. Kereta trayek Kroya - Prupuk-pun lalu dihentikan sementara. Untuk meng-angkat truk dari lintasan kereta.

Agar tak terjadi kecelakaan lagi, di tikungan itu dipasangi pembatas, berupa pagar-pagar, berderet-deret dari lembaran besi bekas drum. Di cat bernuansa rambu-rambu lalu-lintas, lorek-lorek. Sementara aman. Dan rajin di pandang mata. Tapi, itu tak berlangsung lama. Beberapa hari kemudian, itu semua tak ada. Ternyata, semua rambu pengaman itu di-embat maling. Alias digondhol pencuri. K e t e r l a l u a n.

Karena memang sungguh membahayakan, tak berapa lama kemudian, Instansi terkait membuat lagi pagar pengaman dari batangan besi bundar memanjang. Agar tak mudah digondhol maling, lalu di-las kuat-kuat. Waladalah kopyah, itupun juga tak lama. Dari hari ke hari, panjang batang besi berkurang. Ternyata, dipotongi-digergaji. Aktivitas pemotongan, dijalankan malam-malam. Jan. K e t e r l a l u a n.

Dua.
Di perbukitan hutan karet Krumput Banyumas,--masih bergandheg dengan bukit di dekat Bendung Gerak Serayu--, jalannya mendaki. Naik-turun. Turun-naik. Berkelok-kelok. Sempit lagi. Jika ada kendaraan besar & berat, seperti truk semen, atau truk BBM, kendaraan lain jadi ikut pelan. Antri, seperti konvoi. Harus sabar, agar selamat. Jalan sempit, tak mudah untuk menyalib. Kerap pengendara sepeda motor tak sabar. Di jalan bergaris tanpa putus-pun nekat menyalib. Di tikungan juga menyalib. Padahal tak bebas pandang. Menyalibnya, banter lagi.

Belum lama, seorang Bapak muda, memboncengkan seorang anak balita. Di tikungan, menyalib sebuah kendaraan berat. Tak terduga, dari arah lain muncul secara cepat mobil roda empat, berpas-pasan. Bisa ditebak. Tak terhindari. Pressssss, Gabrussss...... Sepeda motor si Bapak-muda terlindas mobil besar. Tubuhnya terbanting, jatuh terlentang. Kejet-kejet di aspalan. Ironis tragis, miris. Si anak balita selamat. Lalu duduk jongkok. Menggerak-gerakkan tubuh bapak-muda, berusaha menggugahnya. Sambil menangis meraung-raung. Tapi sayang, sekali lagi sayang, tubuh si Bapak muda tak ber-reaksi.

Ada jargon. Pernyataan, 'Urip elek bae angel, kepriwe bisane arep urip apik.....'. Hidup berdosa saja susah, apalagi mau hidup ber-model suci........'
Seolah-olah, lalu sah, jika orang berbuat dosa. Meng-halal-kan segala cara.

Hidup memang hari dilakoni. Gelem ra gelem. Urip-mati. Awan-bengi. Toh-pati. Keroyo-royo. Memeras keringat.
Tetapi suatu saat, hidup-fisik juga harus ber-henti. Kapan itu. Tak tahu pasti. Bisa juga hari ini.

Maka betul pesan orang-tua, 'Ngono ya ngono, ning aja ngono....'

Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

www.lelakuku.blogspot.com

Senin, Januari 05, 2009

Bal - bal - an

Ada kata 'terlalu' dalam Bahasa Indonesia. Kata itu untuk men-sifatkan sesuatu. Entah keadaan, entah tindakan. Atau yang lainnya. Maka ada lagu yang berjudul, 'Sedang-sedang Saja'. 'Terlalu ..... jangan! Terlalu......Jangan!. Yang sedang-sedang saja........' N. So. On.

Terlalu, mengandung makna pula, 'over'. Sesuatu yang berlebih. Sehingga berat-sebelah. Jadi tak normal. Jadi tak imbang. Jadi tak nyaman. Maka munculah kemudian, kata turunannya, 'keterlaluan'. So terkadang pula lalu ada pernyataan, 'Orang itu terlalu sekali kelakuannya. ' Atau, 'perlilaku-nya sudah keterlaluan'.

1. Di sebuah tepian sungai Serayu, pernah terjadi sebuah tebing besar longsor. Akibatnya, jalan raya terancam. Rumah-rumah juga terancam.
Untuk mencegahnya, pemerintah provinsi mengatasinya, dengan dibuat tanggul beton. Untuk itu didatangkanlah alat-berat, 'crane' jenisnya. Berat dan mahal tentu saja. Mestinya, penduduk menjadi senang, karena akan menyelamatkan rumah & kampungnya. Tapi apa yang terjadi, sore hari alat berat itu datang, esok harinya ditemukan, 'accunya'-nya sudah tak ada. Alias dicolong maling. Yang maling preman setempat. Akibatnya pula, proyek pembangunan tanggul desa, molor lama. K e t e r l a l u a n.

2. Pemerintah membangun banyak saluran irigasi untuk para petani. Demi tersedianya pasokan beras. Untuk distribusi air ke petani-petani, dibuatlah tingkat-tingkat, saluran. Ada selokan primer. Ada sekunder. Ada tersier. Orang desa kerap menyebut saluran air itu dengan sebutan 'sier'. Di tempat-tempat tertentu, dipasangi gejlig. Penutup air terbuat dari plat & batang ulir besi. Kerap terjadi, besi-besi itu hilang dicolong maling. Irigasi untuk ketersediaan beras-pun, jadi terganggu sekali. T e r l a l u.

3. Hampir tiap desa, kini punya lapangan sepak-bola. Kalurahan yang tak punya-pun berusaha membuatnya. Agar masyarakat berolahraga. Jadi sehat, itu maksudnya. Dalam lapangan sepakbola, ada gawang. Gawang-gawang, terbuat dari pipa besi besar. Beberapa lapangan sepakbola di kawasan Banyumas, palang gawangnya hilang, dicolong maling. Akibatnya, kalau 'bal-bal-an' kacau. Tanpa palang gawang atas. Gawang atasnya, langit. T e r l a l u.

Nyolong, maling, nyuri men-timbul-kan kekacauan. Inilah out-put dari dosa. K a c a u......
Yang kacau tak hanya satu orang, melainkan banyak orang.

Mari meng-usahakan, agar hidup tidak kacau.

Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.

Wasalam:
-agt agung pypm-

Jumat, Januari 02, 2009

Balada seorang penjual nasi goreng

Nasi goreng. Nasi yang digoreng. Jika bumbu tepat, enak rasanya. Nasi biasa, jadi istimewa. Penjual nasi goreng, adalah yang pintar meramu, dari yang biasa menjadi istimewa.

Ber-profesi sbg penjual nasi goreng-pun, ternyata tak sekali jadi. Butuh jam terbang. Butuh pengalaman. Di kawasan Purwokerto, Cilacap, penjual nasi goreng banyak yang berasal dari daerah selatan Slawi. Juga Margasari. Berbondong-bondong mereka pergi, untuk meng-komoditas-kan nasi. Menjadi komoditas ekonomi. Untuk hidup, untuk menafkahi anak-istri.

Seorang penjual nasi goreng, asli perbatasan Jateng-jabar. Daerah ber-gunung-gunung. Bapak sunda. Ibu, jawa-Tegal-an. Margasari, persisnya. Kadang ngetem di sebuah tempat, di pinggiran jalan Purwokerto. Kadang pula keliling, menyusuri jalan-jalan, menunggu si pemanggil. Memanggil pesanan nasi goreng. Banyak asam garam, sebagai peramu makanan pernah dialaminya.

Tiga tahun pertama, keliling daerah Cimande, Sukabumi. Tiap pagi keliling kampung, menjajakan bubur ayam. Bubur pagi, bisa menafkahi hidup harian. Agak kecewa, karena dulu tak sekalian belajar Silat Cimande. Memilih pindah dari Cimande, karena harus setiap kali di taksir seorang pemudi. Minta dinikahi.

Berkelana ke daerah Wangon, Banyumas. Merintis usaha, bakso goreng keliling. Bakso yang digoreng, lalu dijual keliling. Menginap model 'indekos' di sebuah rumah milik seorang preman. Si preman, jarang di rumah. Kerjanya, meng-kompas kapal yang hendak merapat di Cilacap. Istrinya, jadi TKI di Negeri Jiran. Ada efek bagus. Rumah yang dulu tiap kali jadi tempat mabuk-mabukan, jadi tempat kos-kosan. Sayang, prospek bakso goreng tak cerah. Mungkin masih produk baru.

Ganti lokasi. Dari kawasan Banyumas, ke Banjarnegara. Dicobanya pula jualan bakso goreng. Lahan pasaran di sekitar alun-alun Banjarnegara. Kuat tiga bulan. Memilih pergi, karena grafik penjualan statis. Namun yang lebih urgen, anak si pemilik rumah kontrakan, sekali lagi minta dijadikan istri.

Akhirnya, sampailah ke kota Satria. Purwokerto. Dari bubur ayam, bakso goreng, berganti ke menu 'Nasi goreng'.
'Nasi-goreng, nasi goreng. Theng....theng....theng......
'
Bareng mertua, tiap sore hingga dini hari, dua gerobak nasi goreng digelindingkannya. Menyusuri jalan-jalan kampung & kota.

Dari gerobak nasi goreng, anaknya bisa sekolah. Kini klas satu SD. Nafkah keluarga, juga jalan, meski kadang lancar, kadang agak seret.
Malam tahun baru, 5 kg nasi berhasil dijualnya, sebagai nasi goreng. Tapi jika hari hujan, ndomblong dua jam-pun hanya ada pembeli 4 piring.

Sebagai pemain komoditas nasi goreng, ia ingin maju. Maka di-iya-ni pula, ketika sang pemilik rumah kontrakan mengajak ke seorang 'pembantu-pelancar-rezeki'. Diminumnya, formula pelancar rezeki. Tiap malam kertas bertuliskan huruf arab dibakarnya. Dan lalu diminumnya, menghadap ke barat.

Tapi apa makna. Apa realita. Sebulan, dua bulan grafik penjualan nasi goreng tetap tak kacek, alias tak tambah laris. Maka akhir cerita, kapoklah dia minum formula pelancar rezeki. Tak mau lagi diajak ke 'pembantu pelancar rezeki'.

Kini, si peramu nasi goreng tetap menjual nasi goreng. Yang dia andalkan tak yang lain-tak yang lain, melainkan Tuhan yang maha Kuasa.
'Rezeki itu sudah ada yang ngatur...!', katanya.
Keseriuasan & ketekunan ber-usaha, itu yang kini dipegang. Tak lupa pula dengan berdoa. Serta hati yang bersih di hadapan Tuhan-nya. Maka, ketika kawan-kawan-nya dapat duit. Dan lalu ber-foya-foya dengan minum & wanita. Dia milih tak ikut, demi tanggung-jawabnya. Tanggung-jawab pada anak-istri di rumah, dan pada Tuhan-nya.

Kebetulan, Minggu 4 Januari '09 adalah Hari Raya Penampakan Tuhan. Bayi Yesus, dikunjungi oleh tiga Sarjana dari Timur. Bukan orang biasa, melainkan sarjana. Sarjana, adalah orang yang terbuka atas ilmu. Kecuali ilmu, juga info-info terbaru. Sikapnya ditentukan oleh ke-ilmuannya. Ilmu perbintangan. Ilmu kebijaksanaan. Maka perilakunyapun jadi bijak. Tuntunan malaikat diikutinya. Bisikan suara hati diperhatikannya. Dan lalu, profokasi raja Herodespun, ditinggalkannya. Sarjana, sikapnya bijaksana. Tahu, mana yang boleh, dan mana yang tak boleh. Mana yang baik, dan mana yang buruk. Mana yang sebaiknya dilakukan, dan mana yang tak seharusnya dilaksanakan. Yang baik dipilihnya, dilakukannya.

Selamat berjuang penjual nasi goreng. Selamat atas sikapmu yang bijak.
Bisa memilih, mana yang baik, mana yang buruk.
Selamat atas kezolehan hatimu.

Syalom. Wilujeng ndalu. Rahayu.

Wasalam:
-agt agung pypm-

Kamis, Januari 01, 2009

Pak Sapri

Ada pedagang nasi goreng berkunjung. Ada peng-usaha berkunjung. Ada pemilik toko kelontong berkunjung. Ada pula juragan roti berkunjung. Banyak orang pada berkunjung. Dari mana-mana. Ada yang dari jauh. Ada yang dari dekat. Kepada siapa. Kepada seseorang pemilik rumah. Pak Sapri namanya.
Ketika datang, bercerita, apa yang mau dimohon-tolong. Pulang, me-ninggali amplop, ber-isi honorarium, sak-lilanya. Diberi jamu. Berupa kertas kecil-kecil berhuruf arab. Ada yang tujuh amplop. Ada yang lebih dari tujuh amplop. Tergantung bobot permohonannya.

Sampai di rumah, kertas kecil diharap untuk dibakar. Abunya dimasukkan ke segelas air. Habis bercampur, diharap untuk diminum. Cara meminumnya, dengan menghadap ke arah barat. Tiap hari satu bungkus. Sampai habis.
Dengan itu, diharap dagangan laris. Rezeki lancar. Awet muda. Cepat dapat jodo. Kesampaian pula jadi orang-kaya. Pangkat naik terus. Dsb-dsb. Siapakah Pak Sapri ?! Kasuwun, katebak piyambak-piyambak.

Pak Sapri. Asli dari Banten. Buka praktek di Desa. Banyak yang datang padanya. Mohon sukses, mohon kaya. Pak Sapri kini. Ada di .....P a t i k - R a j a. Tak jauh dari pertigaan. Tak jauh dari kapel pula.

Dalam hidup, ana-ana wae.
Ana-ana wae, dalam hidup.
Aneh tapi nyata.
Itulah Masyarakat kita. Indonesia

Syalom. Wilujeng ndalu. Rahayu.

Wasalam:
-agt agung pypm-


Patikraja = sebuah desa di selatan sungai Serayu. Kawasan kabupaten Banyumas.

Kagol & Rahmat





Seorang pastor amat senior, pulang dari negeri seberang jauh. Menimba ilmu tentang teologi Kerajaan Allah. Ditugaskan di sebuah paroki pedesaan. Beberapa ilmu ttg ke-Kerajaan-Allah-an hendak diterapkan. Arahnya, teologi umat. Umat yang mampu berteologi. Artinya, bisa mempertanggung-jawabkan imannya. Bisa me-niteni-, mendeteksi rahmat Allah, ataukah kuasa jahat dalam peristiwa-peristiwa. Rahmat Allah yang terkandung dalam unsur-unsur budaya lokal hendak dikembangkannya pula.

Muncul ide-ide kreatif. Antara lain memodifikasi doa lingkungan, Misa lingkungan dengan sarasehan-sarasehan. Karena --saat itu-- pro diakon paroki masih terbatas jumlahnya. Dan kadang pro diakon terhambat adanya kepentingan personal, maka dibuat yang pimpin doa, atau sarasehan, tak harus pro diakon. Tiap anggota umat, yang mampu, diharapkan memimpin doa-doa keluarga lingkungan. Tak harus model per-ibadat-an.

Muncul pula gagasan pelayanan trans-parokial. Sebuah kerjasama dengan paroki-paroki tetangga. Untuk mencermati isu-isu kemasyarakatan, yang tak cocok dengan Kerajaan Allah.

Ketika ide-ide itu diaplikasikan, muncul reaksi. Sebagaimana biasa reaksi, ada yang plus, ada yang minus. Ada pro, ada kontra. Sebagaimana surat-surat Paulus pula, ada these, ada anti-these. Pastor amat senior itu, sudah hapal. Biasa. Dan lalu tak kaget. Jalan terus.

Seorang umat-A melapor: Romo, ada seorang umat, yang tak setuju dengan yang romo buat.
Seorang umat-B memberitahukan, ada seorang tokoh umat, yang tersinggung karena kok setiap umat dibolehkan pimpin doa.
Seorang umat-C menginformasikan, di lingkungan anu, pertemuan lingkungan tak jalan karena pengurusnya ngambeg. Beda pendapat dengan ide romo.
Seorang umat-D, menyampaikan kabar, tokoh bapak anu, tak setuju jika si pemuda giat, dipilih jadi anggota pemikir-pengurus.
Seorang umat-E, meragukan bagiamana mungkin, sebuah paroki dibuat menjadi ber-model trans-parokial.

Menerima hal-hal informatif tersebut di atas, Pastor amat senior berkata, "Pun, sing dirungok-ke, sing positif-positif mawon....! Sing sae-sae mawon. Sing mboten sae, sing menghambat kemajuan, ditinggal mawon. Nuruti sing kagol-kagol urip mboten maju-maju".

Setiap aksi, hampir selalu ada reaksi. Setiap these, muncul juga kemudian anti-these. Tata rahmat, selalu diganggu oleh tata-dosa. Tata-rahmat, adalah yang bikin maju. Bikin berkembang.

Kitab suci, selalu mem-pesan-kan, buah-buah roh. Kemajuan, damai-sejahtera, perkembangan, adalah buah-buah roh. Selamat berkembang.


Syalom. Wilujeng wengi, Rahayu.

Wasalam:
-agt agung pypm-


NB:
Paroki tsb, kini hampir setiap kali dikunjungi banyak orang. Dari mana-mana. Malah dari berbagai agama. Selamat utk Paroki Maju, di kawasan selatan DIY.