Rabu, Oktober 05, 2011

Hujan Buatan (yang) Haram

Orang memasuki usia tua, bisa memunculkan efek yang beraneka warna. Bisa positif, bisa negatif. Sudah banyak terjadi penurunan daya. Termasuk di antaranya daya pendengaran.

Dalam sebuah makan bersama, di acara silaturahmi dengan umat-umat, diangkat tema-tema kehidupan, dari soal wedus, tanaman padi, dan hujan yang tidak segera turun. Alias musim kering yang  berkepanjangan. Memang tiga hari sebelumnya, sempat hujan deras. Namun habis itu, tak ada hujan lagi.

Berkaitan dengan hal hujan, seorang umat, usia delapan puluhantahun, bercerita, dengan nada konfirmasi. Dia mengkonfirmasikan, bahwa 'hujan buatan itu haram.....?!' Peng-oedoed '76 jadi tertawa terbahak-bahak. Ketika ditanyai, sumber keterangan bahwa hujan buatan itu haram, dari mana, dia mengatakan melihat di Televisi.

'O, o, o, begitu, ha, ha, ha.'  Memang, berita-berita hari-hari itu di TV mengabarkan bahwa sedang diupayakan hujan buatan di Pulau Sumatra & Kalimantan. Dan sumber berita juga mengabarkan bahwa hujan buatan itu, dibuat dengan bantuan pesawat terbang. Dari ketinggian tertentu unsur garam ditaburkan, agar terbentuklah kumpulan awan buatan. Diharap, awan itu, lalu menjadi hujan. Jadilah hujan buatan, yang diusahakan dengan taburan garam. Namun, bagi seorang berusia delapanpuluhan, telinganya mendengar dan lalu menangkap dalam pikirannya, bahwa 'Hujan Buatan itu  haram !!!??'.

Jika pengertian Bapak Tua, itu diberitahukan pada cicitnya yang masih murni, bisa jadi si cicit, akan mempercayai, bahwa 'hujan buatan itu memang haram'. Jika si cicit punya cicit lagi, dan beri pengertian padanya, Cicit generasi ketiga, juga akan memahami, bahkan meyakini bahwa 'Hujan Buatan itu haram...' Dus, jika tak hati-hati dan tak cermat, akan muncul sebuah dogma, bahwa 'Hujan buatan itu haram..' Apalagi, jika tak ada Magisterium, dan Hirarki yang memberi pencerahan.

So,  bagaimanapun sebuah dogma, baik jika memahaminya, dengan memperhatikan konteks, dan asal-usulnya. Apalagi dogma sebuah agama. Karena, jika tidak,  orang beragama bisa membabi-buta dalam berpijak pada sebuah ajaran dogma. 


Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung ypm-

Sabtu, September 10, 2011

Efek Domino

Minggu yang lalu diadakan kunjungan ke sebuah keluarga. Salah satu angggota keluarga, bertugas sebagai aparat keamanan wilayah. Di rumah itu, ada seorang wanita, seorang perempuan tua, seorang nenek. Katakan Nenek Tua. Karena, kecuali dia, masih ada lagi seorang wanita lebih muda. Ternyata, dia juga sudah menjadi nenek. Maka sebut saja sebagai Nenek Muda

Nenek tua, ketika ditanyai cucunya sudah berapa,dia jawab, 'Boten namung putu, malah buyute empun nenem..' . Nenek Muda banyak bicaranya. Dikisahkan, di sekitar hari raya lebaran, banyak tamu bertandang-bersilahturahmi ke rumahnya.  Salah satunya, sekelompok ibu-ibu. . Dalam acara anjangsana, salah seorang ibu bertanya dan mengajak untuk meninggalkan iman akan Yesus Kristus. Alasannya, dengan meninggalkan Yesus Kristus, akan banyak kawan. Nenek muda juga berkisah, mendapat semacam pencerahan keagamaan dari cucunya. Cucu perempuannya, sekolah tingkat SMP. Sekitar bulan romadlon, ikut pesantren-katolik di Kapel Subah. Ketika pulang, dia tunjukkan kertas-fotokpinan yang dia dapat dari peng-oedoed '76. Kertas itu adalah makalah bahan rekoleksi.  Inti pokok makalah adalah iman para rasul terhadap Yesus Kristus. Iman itu yang lalu jadi warisan bagi orang katolik. Terdapat juga di sana, kisah-kisah penunjang. Dua hal yang diminta oleh cucunya agar dibaca oleh Nenek muda, adalah tentang Novel The Da Vinci Code dan Uraian Siapa yang sebenarnya disalibkan pada peristiwa Yesus Kristus.

1. Novel The Da Vinci Code, menceriterakan bahwa Yesus pernah menikah dengan Maria Magdalena. Lalu tinggal di Perancis.  Malah dari pernikahannya, sampai punya keturunan.  Menurut pengarang The Da Vinci Code, Dan Brown, ketika disalib, kaki Yesus tidak dihancurkan. Sehingga hanya mati suri. Lalu bisa lari. Melarikan diri. Pengarang Novel, memang bisa bikin cerita apa saja, agar tulisannya menarik. Dan lalu banyak orang beli.

Novel The Da Vinci Code, ditulis berdasarkan tulisan apokrif. Injil yang digunakan adalah injil apokrif. Artinya, tidak diterima oleh gereja. Injil yang dijadikan sumber penulisan novel itu berasal dari masa sekitar abad II -III. Masa di mana Hirarki Gereja dan Injil  Kanonik mantap.

2. Ada tradisi yang meyakini, bahwa 'Yang disalibkan' bukanlah Nabi Isa. Bukan Yesus. Melainkan diganti oleh orang lain, yakni salah satu murid yang diserupakan seperti Yesus. Tradisi ini, adalah dongeng yang muncul sekitar abad VI. Orang katolik,  beriman berdasarkan kesaksian para rasul. Bukan berdasarkan dongeng-dongeng, yang tak jelas asal-usul dan juntrungannya.

Pada doa penutup, sesudah makan, umat pemimpin doa mengucapkan sebuah kalimat, 'Ya Bapa, semoga kegembiraan dalam perjumpaan kami, memperteguh kami dalam menjalani hidup  ini......'
Kegembiraan yang diangkat dalam doa itu, adalah kegembiraan iman. Kegembiraan yang memperteguh semangat. Semangat menjalani kehidupan.

Selamat bergembira. Juga dalam ber-iman.

Syallom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung ypm-

Sabtu, September 03, 2011

Kegagalan (men)Cinta

Tiga hari yang lalu, dan juga hari ini, di TV Metro, ditayangkan sebuah acara, yang oleh redaksinya diberi judul Mereka yang 'dipilih'. Ditampilkan, dipertontonkan tiga orang yang menjadi mualaf. Oleh pewawancara, diberi pertanyaan-pertanyaan seputar perjalanan hidup ber-imannya. 

Dari kacamata sang konseptor acara,  judul yand ditulis, adalah  Yang 'dipilih'. Namun direfleksi dari kacamata kekristenan, mereka-mereka itu, adalah orang yang mengalami kegagalan. Kegagalan dalam mengikuti Tuhan Yesus Kristus. Salah satu yang menarik, adalah alasannya. Tidak ada alasan yang mengatakan, bahwa ajaran Yesus Kristus itu tidak bermutu, berkwaliltas rendah, menyesatkan. Tidak ada, dan tidak terdengar. 

Jika direfleksi, dianalisi, orang meninggalkan Yesus Kristus, kerap kali tidak karena soal ajaran. Melainkan soal-soal lain. Yakni soal kehidupan. Hal itu, a.l.: 
1. Jodoh yang cocok tak segera didapat.
2. Ekonomi, agar jalan lebih lancar.
3. Jabatan, agar bisa didapat, diduduki.
4. Soal keluarga yang tak harmonis. Cerai, atau ingin nikah lagi, atau selingkuh.
5. Ditambah pengetahuan yang minim tentang kekristenan-kekatolikan. 

Ada orang yang berbangga dengan hal tersebut. Namun bagi pengikut Kristus, apalagi yang katolik, hal seperti itu tidaklah mengagetkan, karena......, Karena Yesus Kristus sendiri sejak masih hidup di atas bumi ini secara fisik, sudah meng-antisipasi hal-hal tersebut. Dus tidak mengherankan dan tidak mengagetkan. Dalam Injil Yohanes( 9:25-71), sesudah Yesus mengutarakan ajaran tentang Dialah Roti Hidup, banyak muridnya yang meninggalkan Yesus. Bahkan, sempat mereka ribut dulu, bertengkar, bersungut-sungut. Mereka tak tahan, akan tegasnya ajaran Yesus. Bisa dilihat, Yoh 6:60, dikatakan: 'Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya ?'. 

Di bagian lain, dikisahkan banyak murid yang mengundurkan diri, dan tidak mengikuti Dia lagi. Dan sesudah rontognya pengikut-pengikut Yesus ini, Dia menanting keduabelas murid, dengan bertanya: 'Apakah kamu mau pergi juga ?'.

Ikut Tuhan Yesus Kristus, memang butuh daya. Daya tahan. Tahan banting. Juga ketika hidup serasa diontang-anting. 

Syalom. Wilujeng. Rahayu. 
Wasalam:
-agt agung pypm-

Jumat, Agustus 26, 2011

Komandan OMK

Pada bulan Romadon, di sekolah-sekolah negeri,diselenggarakan kegiatan Pesantren Kilat. Siswa-siswi non muslim, dalam hal kegiatan rohani, diserahkan kepada guru agama masing-masing. Untuk itulah  OMK se Paroki Batang, Rabu lalu mengadakan rekoleksi. Bertempat di kapel Subah. Peserta yang hadir 50 orang. Tema yang disodorkan oleh mereka, adalah "Hidup sebagai minoritas, di tengah-tengah mayoritas".  Diminta pastor Stasi Batang Timur untuk memberi materinya.

Pertemuan dengan orang-orang muda, kerap tidak mudah. Tidak mudahnya, a.l., karena ketika acara berlangsung, banyak yang omong sendiri, main hp-nan, SMS-an, atau tustel-tustelan. Guna meng-atasi hal-hal tersebut, maka di awal acara dibuatlah kesepakatan:
1. Semua HP, tustel harus wajib dikumpulkan pada panitia.
2. Ketika Narasumber bicara, peserta tidak diperbolehkan bicara.
3. Posisi 'Nara Sumber', sebagai pengisi materi, adalah  komandan. Punya hak menentukan, mengkomandani, agar suasana kondusif.

Di tahap awal, diinfentarisir beberapa tantangan hidup sebagai minoritas. Beberapa tantangan, a.l.: situasi dinomor-duakan, disulit-sulitkan. Ada juga yang oleh pacarnya diajak pindah agama. Demi 'cinta', katanya.  Bagaimana hal-hal demikian harus disikapi.

Rekoleksi mengajak peserta memahami inti ajaran Katolik. Tanpa pengertian dan pemahaman yang mendalam,orang mudah hanyut oleh tawaran-tawaran, rayuan kemudahan & kenikmatan.  Inti ajaran Katolik adalah, misteri peristiwa Tuhan Yesus Kristus. Disebut juga misteri iman. Isi misteri itu adalah, bahwa Tuhan Yesus sengsara, wafat disalib, dan lalu bangkit.

Orang katolik mesti mengimani misteri itu. Dari mana asal-muasal iman seperti itu. Tentu dari kesaksian para rasul. Karena itulah iman orang katolik disebut rasuli.

I. Rasul Petrus berkotbah tentang iman dan kesaksiannya: "Yesus inilah yang dibangkitkan Allah,dan tentang hal itu kami semua adalah saksi. Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kaum salibakitu menjadi Tuhan dan Kristus "(Kis 2:32.36)

II. St. Paulus menegaskan dalam suratnya: "Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami, dan sia-sialah juga kepercayaanmu"(I Kor 16:19 ).

III. Dus, iman akan sengsara, wafat dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus merupakan pokok pewartaan para tasul. Kepada orang yahudi dan Yunani, mereka mewartakan bahwa Yesus, Gurunya yang telah disalibkan itu telah bangkit, hidup dan sekarang duduk di sebelah kanan Allah Bapa(Mrk 16:19)

Iman para OMK, asalnya dan sumbernya, juga dari sana. Yaitu bersumberkan kesaksian para rasul. 
Ketika pulang para OMK melipat fotokopinan pemberian dari Nara Sumber. Dan memasukkannya kedalam tas, atau saku, untuk dibawa pulang. Isi dari fotokopian itu, adalah pokok iman para rasul. Yang adalah kesaksian para rasul. Yang adalah inti ajaran para rasul, bahwa Yesuslah Sang Mesias. Yang telah sengsara, wafat, dan kemudian bangkit. .

Bravo OMK...!
Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-


Selasa, Agustus 23, 2011

Kuburan Yang Lucu

Minggu lalu, Pak Carik, yang juga Pro-diakon meninggal dunia, dipanggil Tuhan. Waktunya, teramat singkat. Minggu masih makan bersama, dalam acara kunjungan, Jumat masuk Rumah-sakit, dan sabtu malam, langsung tiada. Mengagetkan & dan menrenyuhkan. Dialah yang dulu terceritakan sebagai tokoh,  dalam kisah Senjata makan tuan. Ketika sedang pimpin ibadat, Hp-nya berbunyi di sakunya, padahal alba terkunci dengan singel.

Sayang, orang rajin dan saleh, cepat tiada. Yah itulah hidup, salah satunya  harus menghadap Bapa dalam peristiwa  kematian. Jazadnya tentu dimakamkan di pemakaman, atau disebut juga kuburan.

Berbicara tentang kuburan, di kawasan Subah-Weleri, ada yang lucu-lucu. Lucunya, beberapa kuburan, diwarnai dengan warna-warna cat, yang biasa dipakai partai politik. Apakah para  saudara yang dikubur itu masih berpolitik, tentu tidak. Warna yang dipakai untuk mengecat batu nisan, adalah hijau, atau biru muda.

Sudah menjadi  rahasia umum, warna hijau, menjadi kekhasan  aliran NU. Dan warna  biru, merupakan kekhasan aliran Muhamadiyah. Dari cat yang dikenakan pada batu nisan, menunjukkan dia beragama aliran apa. Atau mungkin, ahli warisnya, yang menganut aliran agama itu. 
Jika dilihat dan direnungkan, rasanya kuburan itu terasa jadi lucu. Orang mati masih berkotak-kotak, atau dikotak-kotakkan dalam aliran-aliran agama tertentu. 

Orang hidup, terkotak-kotak dalam agama-agama, aliran-aliran, atau partai-partai. Ketika sudah di liang kuburpun masih juga dikotak-kotakkan. Dibeda-bedakan, a.l. dengan warna-warna. Dan itu semua yang melakukan adalah manusia. Apakah di sorga sana, juga akan dikotak-kotakkan ? Siapa yang akan meng-kotak-kan. Manusia, kadang-kadang berperilaku melebihi  Tuhan. Juga ketika sudah di alam kubur.

Sebaiknya, memang manusia tak usah melebihi wewenang Tuhan. 
Mari beragama, tanpa memaksa, atau melibihi wewenang Tuhan.

Syalom.  WIlujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung ypm_

Sahabat Pelajar

Di jalan lintas selatan, kawasan Gombong, pernah terbaca di sebuah Mikro bus, tulisan "Sahabat Pelajar". Di Kawasan Batang Timurpun, tulisan itu ditemukan. Juga tertulis di sebuah Mikro Bus, "Sahabat Pelajar'. Memang penumpangnya para pelajar-pelajar.

Jumat,  Minggu lalu, diadakan Ekaristi Pelajar di Kapel Subah. Yang ikut, para pelajar se kawasan Stasi-stasi Batang timur. Sayang salah satu stasi besar, Kedawung tak ada yang bisa datang. Maklum memang, karena jarak dan transport yang tak mudah.

Peserta Ekaristi, ada 35 siswa-siswi. Terdiri dari jenjang SD, SMP & SMA. Dari berbagai sekolah. Suasana, terasa semarak, dengan nuansa remaja semi anak-anak.  Untuk selanjutnya, akan dirutinkan acara ini, tiap bulan sekali. Beberapa guru dan moderator mendampingi mereka. Salah satu, mengiringi lagu-lagu sebagai organis.

Pengudud '76 melayani Misa pelajar ini. Biasanya, misa kaum muda, bahkan dewasa kerap sepi jawaban aklamasi. Seolah-olah perayaan liturgi, hanya semacam pertunjukan belaka. Untuk itu, diantisipasilah keadaan. Dibagikan kepada mereka, Buku TPE-umat merah kecil. Sebanyak empatpuluhlima eksemplar. Tiap siswa pegang satu. Dan ketika ekaristi, setiap kali diajak untuk membuka, halaman-halaman yang bersangkutan dengan tahap-tahap upacara. Buahnya terasa, jawaban-jawaban aklamasi, terdengar jelas. Dan menggairahkan. Untung, pengudud '76 baru saja beli buku merah kecil itu dari Kanisius, sebanyak seratus eksemplar. Dan maaf, belinya pakai uang stipendium.

Yang tak ter-anstisipasikan, buku-buku lagu. Di Kapel Subah, hanya tersedia 7 buku Puji Syukur. Semula, ada sepuluh. Dengan minimnya buku-buku lagu itu, siswa-siswi tak bisa ikut nyanyi.  Sehingga seperti nonton pertunjukan koor.  Betapa semaraknya, jika buku-buku lagu itu juga tersedia. 

Di masa datang, pengudud '76 usahakan buku-buku Madah Bakti dan Kidung Adi, agar liturgi semakin menggairahkan. Di kedua buku tersebut, bagian penuntun Ekaristi, ade. Dan bagian lagu-lagu, juga ade. Menurut bahasa Malaisya.

Liturgi, agar menggairahkan, memang harus disiapkan. Antara lain dengan sarana-sarana, termasuk buku-buku umat.

Selamat berdoa, dengan Liturgi yang semarak dan menggairahkan.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Rabu, Agustus 10, 2011

Pantura Undercover

Banyak orang bangga hati dengan julukan Indonesia sebagai bangsa yang agamis. Tempat-tempat ibadat bertebaran di mana-mana. Suara-suara doa menggema setiap kali, lewat pengeras-pengeras suara. Namun betulkah demikian hidup realnya. Nampaknya, hanya sedikit prosen yang selaras dengan penampakkan simbolisnya.

1. Di sebuah kampung, dekat stasiun kereta api Batang, beberapa bulan yang lalu terpasang di atas sebuah jalan, spanduk besar. Tulisannya kuranglebih demikian: "Lokalisasi ini ditutup ! ttd: Rt ...... Kalurahan ....... Kecamatan ......." Keadaan di sekitar tempat itu sepi. Ternyata memang, beberapa orang setempat di situ bilang, baru saja ada penggerebegan oleh masyarakat kampung. Tempat itu tadinya ramai, tempat para wanita pramunikmat menjajakan diri. Kini bubar. Termasuk para ibu-asramanya.

2. Hari-hari ini, adalah bulan puasa. Banyak orang di mana-mana berpuasa dan berdoa. Akhir dari masa itu disebut Lebaran, atau Iedul fitri. Diharap, output dari kegiatan keagamaan ini, orang menjadi suci hidupnya. Soleh perilakunya.

3. Di kawasan Batang, Alas Roban, Weleri, Pekalongan, banyak warung-warung kopi. Baik di tepi jalan, di tepi sawah, maupun di tepi hutan.  Suatu siang, dua orang perempuan minum teh panas dengan saling cerita. Cerita tambah ramai, dengan umpan balik sang penjual minuman yang sudah tua umurnya. Jadilah tiga orang bercerita tentang kisah-kisah hidupnya. Dan juga program yang akan dilakukannya. Cerita awal bermula, ketika salah seorang wanita, setengah baya, mengeluh  tentang ekonominya. Dia terkena imbas dari tulisan yang terpampang di spanduk di atas sebuah jalan di dekat stasiun kereta. Ternyata ibu itu, semula berprofesi sebagai Ibu Asrama. Dengan adanya serbuan masa, larilah dia. Dan bangkrut usahanya. Demikian juga anak-anak asuhnya. Bubar semuanya.

Siang itu, dalam rangka pelarian, ia ketemu bekas anak asuhnya, yang sudah lama pindah. Namun kegiatannya tetap sama, sebagai pramunikmat para pria, di lokasi lain. Menghadapi bekas ibu-asramanya, dia memberi tips,  resep usaha. Resepnya, adalah niteni waktu. Waktu banyak tamu, alias pria hidung belang berdatangan, adalah seminggu sebelum Hari-Raya-agama, dan seminggu sesudahnya. Saat-saati itu banyak pemudik pada pulang, dengan membawa uang. Banyak pula orang-orang yang sedang mendapatkan uang THR.

Mendengar kisah & program mereka, pengudud '76 mengisap rokok dalam-dalam berulang kali, sambil ber-ujar dalam hati: "Saat hari-raya-agama, sehabis orang berpuasa & intensif berdoa, tak bikin laku tobat, malah bikin dosa...." Jika demikian, apa artinya, berbangga diri, sebagai bangsa-agamis, namun hidup real demikian, demikian, demikian..........  Mendingan jadi negara sekuler saja.

Selamat menyambut Hari-Raya-Agama.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Senin, Agustus 01, 2011

Imam Yang (tidak) menakutkan

Stasi Kuripan, adalah bagian dari Paroki Batang. Posisi di dekat pantai utara, Di balik bukit, dan di seberang hutan-hutan jati. Untuk ke sana, mesti lewat jalan menurun amat tajam. Juga demikian menanjakknya, jika hendak pulang. Leluhur stasi ini, adalah umat yang dulu pegawai perkebunan, kelahiran Jelog. Dia jadi katekumen, dan lalu dipermandikan, karena tertarik pada kepribadian seorang kepala perkebunan, asal Manado, yang betul saleh hidupnya.

Ciri khas stasi ini, adalah, jika ekaristi, anak-anak & remaja, cukup banyak yang ikut. Tentu saja dengan komposisi jumlah umat setempat. Lagu-lagu liturgi cukup bergairah dinyanyikan. Kadang-kadang kerap salah. Dan salahnya juga berjamaah. Jadi tak kelihatan jika salah. Malah seperti lagu aransemen baru.

Jika ke sana, mobil yang kuat powernya yang mesti dipakai, agar tak mogok di tanjakan. Beberapa kali peng-udud ke stasi ini,  mengendarai Minibus Colt-Mitsubishi. Tak pernah mogok, karena mobil ini terkenal kehandalannya di jalan-jalan curam.  

Suatu hari seorang tokoh umat mampir pastoran, untuk sekedar say hello. Dia juga senang baca buku-buku. Maka lalu pinjam dua buku. Satu, tentang rohani. Satunya, tentang asal-muasal Kitab-suci. Sambil bicara tentang buku, dan minum kopi, dia mengatakan:
+ Romo, kami kagum sama romo.....
- lho apanya yang dikagumi, tak ada yang istimewa.
+ Kami, umat kagum karena baru pertama kali ini, melihat ada romo yang naik mobil tua,  dan tidak bagus lagi....!
- O, tak masalah. Bagi saya, untuk sebuah kendaraan, yang penting bisa menghantar orang ke tempat tujuannya. Bisa untuk pelayanan. Bisa untuk bantu ini, bantu itu. Tak penting apa mereknya, tak soal pula keluaran tahun berapa.
+ O, begitu. Tapi ada yang lebih penting lagi, dengan romo naik mobil seperti itu, kami, umat itu menjadi tidak takut lho. Sama romo...........'
- hal..ha...ha.....,

Ternyata, ada umat yang tidak ditakut-takuti saja, sudah takut sama romonya....

Dalam film Tele-Tubes, ditampilkan sosok Singa. Singa itu bersuara keras menggema, dengan berkata, "Aku Singa menakutkan............. Aku Raja hutan menakutkan............ Aku Singa menakutkan. Aku Raja hutan menakutan...............!" Kalimat itu diucapkan beru-ulang-ulang.

Romo, adalah imam. Dan imam, adalah rohaniwan. Dan tidak untuk menakutkan......
Ha, ha,ha......Mari tidak menakutkan.

Syalom. WIlujeng. Rahay
u.

Senin, Juli 18, 2011

Managing The Nation

Stasiun TV Metro, seminggu sekali menayangkan acara tentang managemen. Judulnya, Managing The Nation. Pembawa acara, seorang bekas menteri, bernama 'Tanri Abeng'. Pola kerja acara itu, tak beda jauh dengan pola refleksi, Latihan Rohani St Ignasius. Biasanya, dihadirkan seorang pejabat publik. Keputusan-keputusan yang menyangkut publlik, dianalisa, dilihat dari prinsip-prinsip managemen. Kelebihannya, apa. Kekurangannya apa. Lalu apa yang bisa diteruskan, dan apa yang bisa dikembangkan.

Dalam kasanah ilmu managemen, ada unsur-unsur yang vital, guna kelangsungan sebuah organisasi, atau lembaga. Pertama, pasar atau masa. Kedua, produk. Ketiga, sistem. Keempat, human-resource, atau sumber-daya-manusia.

Sumber daya manusia yang handal, adalah faktor yang tak boleh dikesampingkan. Maka penting, untuk hal ini bekenaan dengan rekruitmen, pelatihan, dan gugus kendali mutu.

Era tahun delapan-puluhan, pernah berdiri paroki yang bernama Subah. Belakangan, turun status, jadi Stasi Subah. Kenapa bisa demikian, tentu ada faktor-faktor yang menyebabkannya.

Jika ditelisik, seperti cara analisa Managing The Nation, bisa terketahui hal dasar yang menjadikan paroki tersebut turun status. Ketika itu, aktivis-aktivis paroki terdiri dari para pegawai PTP, atau perkebunan-kehutanan. Berdasarkan kesaksian-kesaksian, mereka-mereka adalah orang yang rajin dan mau bekerja dalam pelayanan gereja. Beberapa di antara merekapun jabatannya tergolong tinggi. Inilah nilai unggul mereka, jadi pejabat, tentu punya kemampuan kerja. Perusahaan diuntungkan, Gereja juga diuntungkan.

Namun, ada rasa sayangnya. Sayangnya, mereka bertugas di suatu tempat tak begitu lama. Begitu perusahaan memutasi, pindahlah mereka itu. Efeknya, sebagi pengurus Gerejapun, akhirnya, harus berhenti, ketika masa bakti belum selesai. Dus, di sinilah terjadi ketidak-stabilan sumber-daya manusia. Maka kepengurusan yang stabil, membutuhkan orang-orang yang stabil. Ya kepribadiannya, ya tempat-kerjanya.

Kini, meski bukan paroki, Gereja Subah, tetap berdiri, berstatus sebagai stasi. Kepengurusan relatif stabil, karena orang-orangnya memang stabil: Pensiunan, guru, petani, perangkat desa. Mereka tak pindah-pindah, maka sebagai pondasi gereja, menjadi bisa diandalkan.

Supaya paroki hidup, ternyata juga butuh yang namanya Stabilitas.

Mari membangun Gereja yang stabil.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

    Rabu, Juli 06, 2011

    Saren

    Saren adalah darah. Darah dikentalkan. Kemudian, diberi garam dan digoreng. Enak rasanya. Tentu saja bukan darah manusia. Melainkan darah binatang: ayam, atau sapi, atau kerbau. Saren menjadi lauk pauk yang murah dan bergizi bagi sebagian kalangan orang. Namun  bagi kalangan penganut agama tertentu, saren haram hukumnya untuk dimakan.

    Pengudud '76 senang makan nasi berlaukkan saren. Entah saren apa saja. Apalagi jika masih baru dan hangat, barusan diangkat dari penggorengan wajan. Suatu siang, pengudud 76 'ngopi' di sebuah kedai, di tepian pasar. Ketika pesan kopi, melihat saren di piring. Karena tertarik, lalu pesan sepiring nasi. Dimakan dengan lauk saren. Enak. Belum habis sepotong saren, datang seorang pemulung. Karena pas waktu makan siang, dia pesan nasi pula. Karena ada saren, lalu diambilnya pula saren dari piring sajian, ke piring nasi untuk dimakan. Penikmat kopi yang lain, ada tiga orang lain lagi: Sopir truk sampah, karyawan bengkel, dan petugas kebersihan super-market.

    Ketika pemulung ambil saren, ada yang menarik. Saat tangan meletakkannya di atas nasi, dia sambil berkata: 'Ora mlebu swarga, yoben....... Saren enak kaya ngene, kok jare haram. Marahi ora mlebu swarga. Sing ngomong sapa.....?' Kemudian dia masih nambahi komentar, 'Sing haram ta, sing metu seka cangkem. Angger sing mlebu ta, bikin kenyang dan kuat." Orang-orang di sekitarnya, pada nyambut komentar, yang bernadakan mengiyakan orang tersebut.

    Mereka-mereka bukan beriman Katolik. Namun, penghayatan tentang haram & halal, mirip, atau malah sama dengan penghayatan orang katolik. Penghayatan orang katolik, tentu berlandaskan sabda Yesus dalam Kitab-suci.  Dan jika dinalar, secara logika akal, adalah betul bahwa, Yang bikin kisruh dalam hidup dengan sesama, adalah yang keluar dari mulut. Sedang yang masuk, kebanyakan malah jadi manfaat, jadi energi untuk melakoni kehidupan.. Dan idealnya, memang demikian. Yang haram, adalah yang keluar, dari mulut. Mulutmu, harimaumu.... Kata pepatah.


    Syalom. Wilujeng. Rahayu.
    Wasalam:
    -agt agung pypm-

    Jumat, Juli 01, 2011

    Punc-Rock

    Kawasan Batang Timur, meliputi tujuh stasi besar dan kecil. Peng-udud '76 jika ke stasi, kerap mengendarai Pick-up Chevrolet, lansiran tahun delapanpuluhan. Kerap orang-orang menumpangnya. Ada kelompok pelajar. Ada kelompok buruh tani. Pernah tiga-kali dinunuti pemuda-pemuda berpenampilan punck-rock. Berpakaian serba hitam, dan rambut pada dibikin ndangak ke atas. Cara menstop-pun juga kasar. Mereka pasang badan di tengah jalan. Tidak dengan melambaikan tangan. Alias dengan cara memaksa.

    Biasanya orang-orang, ketika turun, pada mengucapkan terimakasih. Namun, kelompok pemuda punck-rock ini, tak satupun maju ke depan jendela untuk mengucapkan terimakasih, atas kebaikan orang lain. Berkaitan dengan sikap kelompok punck ini, tentu ada yang salah dalam diri mereka. Terutama dalam hal budi-pekerti, sopan-santun, moralitas. Yang jelas lemah dalam hal penghargaan terhadap orang-lain. Orang lain yang telah berbuat baik padanya. Tak tahu bagaimana pendidikannya ketika mereka di sekolah, dan di keluarga. Atau juga di hidup agamanya.

    Persoalan dasar, adalah menghargai orang-lain. Menghargai orang-lain, tak akan menjadi sikap, atau behaviour, jika tidak diinternalisasikan. Dilatih, didisiplinkan, berulang-ulang. Sampai masuk ke dalam kesadaran.

    Ketika bayar pajak-STNK, pengudud '76 antri agak panjang, dengan pembayar pajak lainnya. Ketika pada antri berdiri, tiba-tiba seorang wanita cantik-berjilbab, langsung menggeloyor maju ke depan loket. Para pembayar pajak, pada tak terima, kelihatan dari mimik wajahnya. Namun tak ada satupun yang protes, karena kelihatannya wanita itu istri seorang pejabat. Sekian waktu tak ada yang komplain, walaupun haknya dilanggar seorang wanita. Peng-udud '76 yang ikut antrian, merasa tak enak. Terusik nuraninya, maka lalu maju ke depan loket. Menghampiri wanita itu. Lalu berkata: 'Ibu akan terhormat, jika ikut antri. Jika anda nyerobot begini, kasihan orang-orang yang sedang antri khan....!'. Jujur, saya tak terima, silahkan ibu ikut antri....!'

    Dalam sebuah diskusi para pengajar, seorang pendidik pernah studi banding ke Negara Kangguru. Dia mengkisahkan, bahwa di Negara sana, anak-anak SD, dalam rangka pendidikan hak asazi manusia, diajari dengan latihan antri. Yang tentu untuk menghargai hak-hak sesama manusia.

    Mari membantu anak-anak sekolah minggu & misdinar,  agar bisa antri.....
    Karena antri is menghargai sesama.

    Syalom. Wilujeng.Rahayu.
    Wasalam:
    -agt agung ypm-

    Jumat, Juni 24, 2011

    Komuni & Konstitusi

    1. Indonesia bisa berdiri, dan berlangsung sampai kini, karena punya pondasi hidup bernegara & berbangsa. Pondasi itu berupa konstitusi. Konstitusi negara Indonesia, berupa rumusan hukum, UUD-45.  Tanpa kesetiaan pada Konstitusi ini, akan bubarlah Republik ini.

    Dalam Preambul UUD 45, terdapatlah Pancasila. Pancasila terbangun dari nilai-nilai dasar kebangsaan, nilai-nilai hidup yang bermutu amat tinggi. Dalam Pancasila, terkandung rumusan filosofis 'Bhineka Tunggal Ika'. 

    Jika dirinci, terdapatlah unsur-unsur, yang lalu menjadi pilar negara Indonesia: Pertama, UUD- 45. Kedua, Pancasila. Ketiga, Bhineka Tunggal Ika. Keempat, NKRI.

    2. Minggu ini, adalah Hari Raya Tubuh & darah Kristus. Banyak anak-anak pada menerima komuni untuk pertama kalinya. Tentu sebelumnya disiapkan dengan pendampingan-pendampingan sebagaimana mestinya. Baik dalam hal pengertian iman, liturgi, sakramen, dan kepribadian.
    a. Salah satu yang wajib harus dipahami untuk diperbolehkan menerima komuni pertama, adalah bahwa anak bisa membedakan antara roti-anggur biasa, dengan tubuh dan darah Kristus.

    b. Orang-orang tidak katolik, kerap berpandangan bahwa umat katolik berbuat musirik. Alasannya, jika berdoa menyembah-nyembah roti. Dan juga mengatakan roti kecil, sebagai Tubuh Tuhan.

    c. Orang-orang kristen non-katolik, juga tidak sekusuk umat gereja katolik dalam menghormati sakramen maha kudus.

    3. Guna menghadapi pandangan-pandangan orang bukan katolik yang seperti itu, perlulah dibekali para calon penerima komuni pertama, dengan pengertian-pengertian ttg sakramen ekaristi yang secukupnya. Bahkan juga para orang-tua yang anaknya menjadi peserta calon komuni pertama. Untuk itulah Paroki Batang, minggu-minggu yang lalu melaksanakannya. Dan peng-udud '76 terlibat di dalamnya.

    A. Bagi umat katolik, roti & anggur itu sudah bukan roti & anggur biasa. Melainkan sudah berubah hakekatnya. Perubahan terjadi dengan diucapkannya kata-kata konstitusi yang diucapkan oleh imam, pada konsekrasi. Kalimat konstitusi itu berbunyi: 

    (1.Injil Matius bab 26:26-29 } "AMBILLAH, MAKANLAH, INILAH TUBUH-KU" & "MINUMLAH, KAMU SEMUA DARI CAWAN INI. SEBAB INILAH DARAHKU..."

    (2.Injil Lukas 22:14:23,) "Perbuatlah ini menjadi Peringatan Akan Aku".

    Di situlah terjadi berupahan hakekat, perubahan substansi. Yang disebut transubstansiasi.
    Memang, secara nampak, wujudnya tetap roti & anggur. Namun secara hakekat sudah berubah. Menjadi tubuh dan darah Kristus.

    B. Bagi beberapa aliran kristen bukan katolik, roti dan anggur, hanyalah simbol saja. Bagi katolik, roti & anggur, bukan hanya simbol atau lambang saja. Melainkan sungguh-sungguh kehadirin Yesus Kristus sendiri. Oleh karena itulah hosti yang sudah dikonsekrir, disebut Sakramen Maha Kudus. Artinya, tanda dan sarana kehadiran Yesus sendiri.

    Syalom. Wilujeng. Rahayu.
    Selamat bersiap menerima Komuni Pertama.
    Wasalam:
    -agt agung pypm-

    Sabtu, Juni 18, 2011

    Paskah Terbaik

    Masa Paskah sudah berlalu. Tinggallah kini masa-masa liturgi biasa. Di akhir masa paskah, diadakan acara evaluasi, di beberapa stasi. Dalam salah satu evaluasi, seorang umat amat senior Stasi Subah menyatakan, 'Perayaan Paskah tahun ini, adalah perayaan Paskah terbaik, yang saya alami. Selama puluhan tahun, saya di gereja ini, belum pernah saya mengalami, seperti tahun ini. Maka selamat untuk kita semua.....'.

      Keterangan seorang anggota umat senior, perihal frase 'Paskah Terbaik' di atas,  tak bermaksud mengatakan perayaan Paskah sebagai ajang kompetisi. Atau untuk dikompetisikan. Karena memang perayaan Paskah sebagai perayaan iman, tidak untuk dikompetisikan. Makna paskah bagi seseorang tak bisa diukur dari meriah atau tidaknya sebuah upacara liturgi. Namun, bagaimanapun,  tetap, upacara liturgi yang tertata-rapi, mendukung makna Paskah bisa terserap kembali bagi para umat yang mengikuti. Sang Makna Paskah, yang tidak lain, adalah Yesus Kristus yang mengorbankan diri demi keselamatan manusia, dengan peristiwa puncak 'kebangkitan-Nya'.

    Tetapi mengapa, Umat senior, bisa mengatakan 'perayaan Paskah terbaik', tentulah di belakangnya ada sejarah yang tidak singkat dan tidak sederhana. Bisa dipastikan perayaan-perayaan paskah, tidak se-semarak, atau serapi perayaan paskah terakhir yang dialaminya. Pendek kata perayaan terakhir itulah yang paling mengesan bagi dirinya.

    Mencoba meneliti, latar belakang perayaan paskah yang 'mengesan' bagi anggota umat senior itu, ada beberapa hal bisa dicatat:
    1. Persiapan. Jauh-jauh hari perayaan disiapkan. Dirapatkan, dikerjabaktikan, di studikan.
    2. Seorang aktifis-intelektual, meminjam sebuah buku tuntunan perayaan Paskah, yang diterbitkan oleh Dok-pen KWI, berupa kumpulan dokumen Gereja 'Spektrum', Volume 8.
    Dipelajarinya pedoman itu, disampaikannya pada rekan-rekan petugas liturgi yang lain. Maka jadilah perayaan Paskah yang runtut, sebagaimana dipedomankan oleh Gereja.resmi. 
    4. Dilatihkannya, sampai pada tahap jendral repetisi, apa yang sudah dipelajarinya. 

    5. Dan lalu, bagi para umat, yang tak terlibat sebagai petugas, terasa bahwa perayaannya menjadi 'mengesan'.

    Kesan yang tertangkap adalah kesan baik, indah, kusuk. Dan itu semua bisa didapat tidak sekali jadi. Melainkan berproses. Melewati proses, dari yang belum tertata, menjadi semakin tertata. Dari tahun ke tahun, dari waktu ke waktu.

    Beriman, adalah juga sebuah proses. Tidak proses statis, namun dinamis. Makin lama, makin dekat dengan Sang Pusat Liturgi. Yakni Yesus Kristus sendiri, Sang Putra Sulung Kebangkitan.

    Selamat beri-iman, selamat ber-proses.
    Syalom. Wilujeng. Rahayu.
    Wasalam:
    -agt agung pypm-

    Minggu, Mei 08, 2011

    Senjata Makan Tuan

    Seminggu sebelum minggu palma, di sebuah stasi tepi laut, pinggir hutan, diadakan ibadat rekonsiliasi, menjelang sakramen tobat. Seorang pro-diakon memimpin ibadat itu. Urutan ibadat runtut, seperti yang sudah dipedomankan dalam buku terbitan panitia APP. Sebagaimana biasa, sesudah bacaan Injil, ada kotbah dan renungan-penelitian batin. Ketika dia sedang berkotbah memberikan renungan, tiba-tiba muncul dengan keras suara: "taluliiiiit......, taluliiiiiiit........, taluliiiiiiit........!' dengan tiada hentinya. Suara itu masuk mic-pengeras suara, sehingga menambah kerasnya nada. Nada panggil sebuah Hp. Umat kaget, cari dan lihat darimana sumber suara.

    Ternyata, asal suara dari sebuah Hp. Hp itu ada di saku celana. Celana itu tertutup jubah pro-diakon. Jubah itu ditali dengan singel. Talinya, dipasang dengan kuat. Bapak pro-diakon merah padam mukanya, dan bingung. Segera mau mematikan Hp-nya. Namun tak kena-kena. Karena posisinya yang sulit: di saku celana + tertutup jubah + dilillit singel + singel diikat kuat-kuat. Tidak sebentar usaha itu dilakukan, sehingga umat banyak yang tertegun, mlongo. Sekian waktu kemudian, nada dering Hp itu bisa dimatikan. Wajah malu tertangkap dari   muka bapak pemimpin ibadat ketika itu. Syukurlah, ibadat tobat tetap bisa rampung.

    Di kapel stasi itu, ada tulisan berbentuk bill-board, terbuah dari fiber-glass. Di dalamnya, ada lampu neon, seperti di billboard iklan-iklan. Tulisannya berwarna merah, mengandung peringatan begini: "Hp harap dimatikan". Posisinya tak di dekat pintu, namun di sebelah altar, bagian pojok. Sehingga suasana menjadi kian kaku & wagu ketika itu.

    Sesudah ibadat, banyak orang ramai bicarakan kejadian itu. Banyak terdengar suara tawa, dan geli. Dalam sebuah jagongan, Si bapak pro-diakon, mengakui, bahwa dirinya lalai, khilaf tidak mematikan Hp yang di saku celananya. Padahal dia sendiri termasuk yang dorong pasang tulisan berbentuk bill-board itu. Jadilah pepatah, jadi kenyataan: 'Senjata makan tuan'.

    Mengakui kekhilafan, adalah sebuah bentuk ke-utamaan, sebuah tindakan kebijakan. Di situ ada kerendah-hatian, di situ ada penyesalan & pertobatan. Mari berusaha hidup bijak.

    Syalom. Wilujeng.  Rahayu.
    Selamat Paskah.....
    Wasalam:
    -agt agung pypm-

    Minggu, April 24, 2011

    sahabat pelajar

    Masa-masa pra-Paskah, adalah waktu baik untuk pendalaman-pendalaman APP. Guna menyelenggarakan pendalaman APP bagi orang-orang muda, apalagi Mudika, tidaklah begitu mudahnya. Di kawaan Batang Timur, diusahakan dengan pertemuan APP keliling. Keliling, bergiliran antar stasi-stasi. Ini bisa jalan, karena adanya promotor, aktivis yang merencanakan, melaksanakan, bahkan memimpinnya sendiri. Mengajak para remaja, berkeliling stasi-stasi. Salut untuk mereka.

    Yang datang, memang tak terlalu banyak, namun sudah menggembirakan, karena bisa terlaksana. Dari bahan pendalaman yang sudah dibuatkan oleh panitia APP, selalu tak bisa semuanya didalami. Ada tiga stasi besar, yang mengumumkan sesudah ekaristi, begini: 'Minggu kali ini, pendalaman APP ditiadakan, diganti latihan koor, untuk persiapan Paskah'.

    Di lingkungan-lingkungan, ada yang jalan. Ada pula yang tak jalan. Tak apa, karena jika dipaksakan, malah umat jadi bubar. Yang penting bagaimana dalam ekaristi, diberikan pengertian-pengertian tentang Paskah. Dan tentu konsekwensi-tanggung-jawabnya bagi orang beriman katolik. Tujuan pesannya, agar Peristiwa Paskah, kebangkitan Kristus menjadi semangat untuk hidup real.

    Kaum remaja, memanglah pantas mendapat fokus pendampingan dan perhatian. Dalam diri mereka kepribadian sedang terbangun. Maka perlu diinternalisasi dengan nilai-nilai & pengertian tentang agama. Tak ketinggalan pula sapaan-sapaan manusiawi. Juga penggambaran figur orang yang bisa ditiru.

    Di stasi kedawung, misdinar-misdinar membereskan meja altar sesudah misa. Dan itu tak harus diminta atau disuruh. Sebuah internalisi nilai yang sudah tertanam.

    Di sebuah warung kopi, peng-udud '76 pernah disapa oleh seorang remaja. Ternyata adalah seorang remaja yang pernah 'nunut' pickup Chevrolet Luv, ketika pulang sekolah, dan menstopnya. Di kawasan Batang-timur, anak-anak sekolah biasa numpang pickup bak-terbuka, jika pulang sekolah. Dan itu karena gratis. Maklum juga, uang saku tak banyak.

    Selamat meng-kawan-i, para remaja dengan aneka cara.

    Syalom. Wilujeng. Rahayu.
    Wasalam:
    -agt agung ypm-

    Selasa, April 12, 2011

    curi beras, utk beli pulsa

    1. Belajar analisa-sosial, bagi orang-orang biasa, bisa terasa sulit. Namun, dalam hidup harian, pelaksanaan analisa sosial kerap terjadi dengan sendirinya. Bentuknya, berupa refleksi-refleksi kecil tentang kehidupan. Jika dipolakan dalam bentuk urutan langkah berpikir, kuranglebih menjadi demikian: Pertama, fenomena, atau kejadian. Kedua, keprihatinan. Ketiga, analisa. Keempat, pikiran solusi.

    Yang menarik, moralitas muncul ketika seseorang melihat atau menghadapi, dan men-sikapi sebuah tindakan kejahatan. Pengertian tentang hukum, tentang ajaran agama, tentang budi-pekerti, kelihatan dalam perbincangan.

    2. Sebuah malam, jam 22.00. Dua orang remaja tanggung menjual barang. Barang yang dijual, bukan emas atau permata. Tetapi sekarung beras. Yang ditawari agar membeli, adalah seorang bakul beras. Rumahnya di pojok desa.
    Karena waktunya yang tidak biasa, jual beras kok malam-malam, Si bakol beras jadi curiga. Dan waspada. Jangan-jangan ini hasil dari kejahatan. Maka tak berani beli beras yang ditawarkan murah, oleh kedua remaja tadi. Kewaspadaannya ternyata benar. Esok harinya, terdengar berita bahwa, sebuah rice-mill di desa tetangga, kebobolan maling. Dua karung beras raib, digondol pencuri.

    3. Peristiwa kriminal kecil terungkap dalam sebuah pertemuan umat-umat, di mana peng-udud '76 ikut besertanya. Tanpa dipandu, tanpa dikomando, mereka mencoba melihat akar masalah.  Masalah yang jadi biang keladi 'tindak kriminal para remaja'. Muncul dalam diskusi itu kata kunci 'gaya hidup'.
    Gaya hidup remaja desa sekarang sudah amat konsumtif. Sehingga pengeluaran besar. Padahal pendapatan belum punya. Hanya mengandalkan uang saku dari orangtua. Gaya hidup konsumtif tersedot untuk hal-hal yang tak amat penting seperti: Pulsa, main PS, bensin,  rokok, dan miras.

    Para umat berusaha mendampingi anak-anak remajanya. A.l. dengan analisa sosial sederhana.
    Mari kita galakkan analisa sosial, untuk bangun kehidupan.

    Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
    Wasalam;
    -agt agung pypm-

    Selasa, April 05, 2011

    Lagu Rohani & Lagu Liturgi

    Lagu & musik pengiring, masuk dalam gedung gereja, adalah untuk menyemarakkan Liturgi. Tidak malah untuk meng-ganggu-nya. Namun jaman kini, banyak yang tak bersifat mendukung, masuk, dipakai untuk iringan doa & misa. Atau malah sebaliknya. Beberapa lagu yang sudah amat tua, dan  bernilai tinggi, malah dipinggirkan dalam perayaan-perayaan.

    1. Beberapa kali merayakan ekaristi dengan saudara-saudara karismatik, ketika mau mulai, petugas lagu memberi keterangan begini: 'Nanti Ordinarium-nya, tak usah dinyanyikan ya Romo.....!'  Disampaikan dengan kalimat imperatif, alias memohon dengan sangat.
    2. Di sekitar Batang, kalimatnya lebih lembut: 'Nanti Ordinariumnya, dinyanyikan atau tidak, Romo.....?!'. Imperatif, namum masih terbuka.

    Pertanyaan-kritis-nya: Apa yang menakutkan dalam lagu-lagu Ordinarium. .....

    Di beberapa kesempatan, terketahui, bahwa sebagian umat belum memahami, beda antara lagu-rohani, dengan lagu-Liturgi. Pukul rata mereka menggunakannya dalam perayaan Misa.

    Untuk itu baik, untuk terus lakukan peng-ajaran-liturgi. Juga tentang lagu dan musiknya. Perlu pula perbanyak literatur buku dan selebaran liturgi di gereja-gereja.

    Sebuah kesempatan, seorang umat tanya tentang apa itu lagu rohani, dan apa itu lagu Liturgi. Tentu buku-buku & majalah Liturgi, pernah mengupasnya. Untuk menjdi jelas bagi umat, tentunya.
    1. Lagu-rohani, adalah lagu-lagu yang bernafaskan kerohanian. Mengajak pendengar dan penyanyinya untuk memuji Tuhan, memohon, ataupun mengeluh-kesah padaNya.Yang intinya, mengarah dan bersandar pada Tuhan.  Iman semakin dikuatkan. Tone & rythemnya, bisa aneka ragam.

    2. Lagu-liturgi, adalah lagu yang bersifat kerohanian. Bisa memuji Tuhan. Bisa bersifat permohonan. Bisa pula bersifat meng-kuat-kan iman. Atau ajakan, untuk bergairah di dalam  hidup beriman. Sifat khas lagu atau musik liturgi, adalah khusuk & khidmat.  Lagu rohani, belum tentu cocok untuk perayaan-liturgis. Lagu liturgi, selalu bersifat rohani. 

    Umat, yang tanya, kelihatan 'manthuk-manthuk'. Itu berarti terbuka untuk 'tahu'.  Tahu liturgi. Tahu hidup rohani.

    Mari meng-galakkan pemahaman kegiatan liturgi. Dalam aneka cara.

    Syalom. Wilujeng. Rahayu.
    Wasalam:
    -agt agung ypm-

    Musik dang-dut dalam Liturgi

    Apakah itu musik-nhangdut ? Musik ndhangdut terkomposisi dari beberapa suara alat musik: Kendang, ketipung, seruling, bass-gitar, icik-icik. Biasanya, ditambah dengan keybord. Di jaman kini, suara-suara instrumen itu bisa dirangkum dalam bentuk digital. Sehingga sebuah orkes ndhangdut bisa diwakili dengan sebuah alat yang namanya Organ-keyboard. Dari sana muncullah, sebuah musik tanggapan, 'Organ Tunggal'.

    Jaman kini masih banyak orang memandang sebelah mata terhadap musik ndhangdut. Tentu dengan berbagai alasan, atau argumen masing-masing. Di sisi lain, banyak pula lapisan masyarakat yang tetap menggemarinya. Group-group musik ndhangdut masih banyak yang mendapat order, tanggapan. Tidak di desa, tidak di kota, sama saja.
    Ketika masih di Seminari-menengah, era tahun delapan-puluhan, jika opera sore hari, selalu diputarkan musik-musik oleh bidel sound-system.  Suatu sore, si Bidel-sound me-relay-kan sebuah stasiun radio, yang sedang mengudarakan lagu-lagu ndhangdut. Tak lama kemudian, Si bidel Sound, dipanggil ole Rm Pamong. Untuk ditegur tentunya.

    Itulah dinamika musik, yang namanya ndhangdut. Apakah mungkin musik ndhangdut masuk gereja. Apalagi untuk iringan perayaan liturgi. Jawabannya, tentu dibutuhkan diskusi panjang lebar. Beda di konsep, bisa pula beda di realita. Apalagi realita lapangan yang jauh dari pusat pengkajian soal-soal liturgi.

    Sebuah Hari Minggu, di awal Bulan Maret. Peng-udud '76 layani Ekaristi, untuk pertama kali, di sebuah stasi. Kedawung namanya. Sebuah stasi berposisi di balik bukit-bukit, di balik hutan-hutan, kawasan utara Pulau Jawa.  Yang tugas koor, adalah Mudika. Bahasa liturgi, Indonesia. Lagu-lagu liturgi berasal dari daerah Sulawesi & NTT. Diambil dari buku MB. Lagu-lagu itu biasa dinyanyikan di kawasan-kawasan lain Keuskupan Purwokerto. Tak ada yang aneh. Namun saat itu ada 3 lagu yang lalu jadi khas. Menjadi khas, karena 3 lagu( pembukaan, persembahan, penutup),  musik iringannya bergaya ndhangdut murni. Memang tak pakai kendang. Sebagai ganti, suara kendang diambil dari sebuah Keyboard. Demikian juga suara seruling. Melodi sela, pakai gitar listrik. Juga suara bassnya. Sesuatu yang tak ternyana, tak terduga ketika itu. Baru seumur-umur hidup di atas bumi, merayakan ekaristi dngan iringan musik ndhangdut.

    Sehabis ekaristi, seperti biasa kunjungan umat. Dari omong sana-omong sini, sambil makan, terketahuilah ternyata. Ternyata beberapa aktivis mudika yang tugas koor, adalah tokoh group ndhangdut di desanya. Dengan group-musiknya mereka biasa menghibur masyarakat, lewat acara-acara hajatan, atau tujuhbelasan.  Dengan musik itu, mereka merasa hidup, jadi lebih hidup. Dan mendapat tempat di masyarakat. Akhirnya, musik ndhangdut, adalah musik yang terbaik bagi mereka untuk melayani masyarakat. Tak hanya itu, malah juga untuk melayani Tuhan.  Jadilah Minggu siang itu, perayaan Ekaristi, dengan koor ber-iringan musik ndhangdut.

    Umat Allah memberikan persembahan terbaik dalam ekaristi. Berupa 'Roti Kehidupan' dan 'Piala Keselamatan'. Juga yang terbaik, a.l. musik-lagu-pujian.
    Umat Allah yang berprofesi musikus ndhangdut, juga persembahkan pada Tuhan yang terbaik dari dirinya. Bukan emas, atau permata, tapi iringan musik. Untuk koor. Dan musik tiu ber-gaya ndhangdut..

    Mari beri yang terbaik pada Tuhan, dalam Liturgi kita.

    Syalom. Wilujeng dalu. Rahayu.
    Wasalam:
    -agt agung ypm-

    Jumat, Maret 18, 2011

    Allah Orang Katolik Punya anak......?!

    Stasi Kuripan, bagian dari Paroki Batang. Jalan ke arah sana, medan-nya bergunung-gunung. Meng-ingat-kan pada sebuah tempat, bernama 'Jurang Bahas', bagian dari Banyumas, yang kontur tanahnya juga bergunung-gunung.

    Suatu siang, di desa tersebut, seorang gadis SD, klas 5, pulang sekolah. Tak langsung makan siang. Namun malah langsung menangis. Dan esok harinya, tak mau berangkat sekolah.


    Orang-tuanya prihatian atas situasi terkini anak gadisnya. Ditelusurinya dengan pertanyaan-pertanyaan ke-orang-tua-an, kenapa anak kesayangan-nya tak mau berangkat sekolah.

    Lewat dialog orang-tua - anak yang intens, terketahuilah kenapa, alasan, sebab anak tak mau sekolah. Ternyata, ketika di sekolah, anak gadis itu diolok-olok oleh beberapa kawannya. Olok-olok itu berupa pertanyaan setengah menggugat: 'Ye Gusti-Allahmu ora bener. Gusti Allah kok duwe anak. Lha terus, sapa mamake.   Sapa ibune ...?!".

    Anak gadis klasl 5 SD itu, beriman katolik. Karena usianya, dan karena keterbatasannya pengertian tentang agama yang masih minim, lalu tak mampu jawab. Bisanya, hanya nangis. Lalu esok hari ngambeg, tak berangkat sekolah.

    Pertanyaan reflektif, 'Benarkah Allah orang katolik ber-anak, atau punya anak..?' Jawaban dari orang-katolik tentu 'Tidakkkkk'.  Jika ada orang mengatakan demikian, tentulah bertaraf 'tidak dong, tidak mudeng'. Atau belum tahu, namun --maaf-- merasa tahu.

    1. Untuk mengerti sebutan anak Allah, yang biasa diucapkan oleh orang katolik, perlulah melihat kebudayaan Ibrani*. Budaya yang ada ketika yesus hidup di muka bumi. Yesus adalah bagian dari suasana masyarakat berbudaya Ibrani tsb. Saat itu, huruf-tulisan, pakai huruf Ibrani. Bahasa pergaulan, Ibrani. Cara pikir, gaya Ibrani. Seni-sastra, tradisi, juga Ibrani. Pendek kata, Budaya Ibrani, jadi konteks sosial ketika Yesus hidup di dunia ini.

    2. Istilah Anak-Allah, adalah cara bahasa orang Ibrani untuk mengungkapkan suatu makna. Yang mau diungkapkan dengan istilah Anak-Allah, adalah kedekatan. Kedekatan antara dua pihak. Pihak pertama, Allah Bapa. Pihak Kedua, adalah Yesus, yang adalah manusia, jelmaanNya. Tidak ada rumusan kata yang lebih tepat, yang lebih pas, untuk mengungkapkan situasi amat-dekat tsb.

    Kata yang bermakna sejajar dengan anak Allah, adalah Bapa-Putera. Sekali lagi yang mau dimaksudkan adalah kedekatan. Dan kedekatan itu sudah ada sejak awal jaman. Syahadat Iman Katolik, menyebutkan hal tersebut. 

    Dipakai gambaran Anak Allah, Bapa putera, karena itulah yang bisa mewakili makna di dalamnya. Istilah suami-istri, tak sebobot istilah Bapa-putera. Karena, relasi suami-istri baru terjalin ketika mereka berdua masuk dalam dunia perkawinan. Dinyatakan resmi ketika mereka menikah. Status, putera, anak, sudah melekat ketika person itu ada.

    3. sebutan Anak-Alah , Bapa-Putera, yang biasa diucapkan orang kristen, katolik, tidak dimaksudkan anak dalam arti biologis, dalam arti fisik, badan-wadag. Yang mau diungkap, adalah adanya kedekatan. Kedekatan pribadi, yang adalah sehakekat. Yaitu hakekat Allah. Allah yang melaksanakan karya penyelamatan umat manusia. Jadi artinya, lebih bersifat rohani, bukan arti jasmaniah.

    4. Oleh karena itu, adalah jadi keliru, jika mau mengartikan sebutan anak Allah, dengan kacamata budaya-Banyumas, misalnya. Atau budaya-Pantura, misalnya. Karena kedua budaya itu mengartikan anak, dalam arti anak biologis. Anak fisik. Seperti bayi, yang lahir 'ceprot'. Lalu berstatus anak yang dilahirkan.

    5. Dari ilmu teologi, Allah mewahyukan diri, memperkenalkan diriNya, lewat sejarah manusia. Dan itu berarti lewat budaya-manusia. Sebagai catatan, bahasa, budaya manusia itu terbatas sifatnya. Tak mampu mengungkapkan siapa Allah secara 100%. Maka Allah yang dekat dengan Manusia Yesus, diungkapkan dengan sebutan 'Anak Manusia,
    Putera-Allah. Bapa-Putera'. Inilah keterbatasan huruf, kata, dan bahasa. Ibrani, Yahudi, Yunani, adalah budaya-budaya dunia. Kita mengenal Yesus, dibantu dengan mempelajari budaya-budaya itu. Yang berlaku ketika itu.

    Mari men-dalam-i agama, dengan perhatikan budaya.
    Syalom. Willujeng. Rahayu.

    Wasalam:
    -agt agung pypm- 

    Rabu, Februari 16, 2011

    Doa Sederhana

    Di paroki Katedral, ada banyak macam warganya. Di antaranya, ada yang tidak 100% normal kejiwaannya. Bagaimanapun mereka adalah umat manusia juga. Yang perlu disapa. Kemarin, dua orang umat yang tidak 100% itu, bisa beraktivitas normal, seperti kita-kita. Mereka berdua, menaikkan tanaman-tanaman jati dan rambutan ke bak pickup, untuk didistribusikan. Guna kegiatan penghijauan.

    Ketika naik di bak belakang, mereka berdua juga pakai helm, dalam rangka patuh dan sadar hukum. Kekurangan salah satu di antara mereka, adalah kadang-kadang omong sendiri. Motor diajak omong. Pohon pisang diajak omong. Yang satunya lagi, kadang-kadang main pencak silat di jalan. Berhadapan dengan entah siapapun orangnya, yang penting bisa diajak seperti lawan dalam pertandingan. Masih disyukuri, bahwa mereka masih dalam batas tidak mengganggu orang-lain. Bisa bekerja, bisa berbelanja, bisa bertegur sapa. Bisa bernyanyi, malah bisa ber....doa.

    Sehabis kerja, dibuatkan mie rebus instan untuk mereka. Ketika, hendak menyantap, --tanpa diminta-- mereka bikin tanda-salib, sebagai bentuk doa sederhana.

    Orang tidak-100%- normalpun, berdoa. Apalagi ............

    Mari kita berdoa. Juga untuk mereka.

    Syalom. Wilujeng. Rahayu.
    Wasalam:
    -agt. agung ypm-

    Rabu, Februari 02, 2011

    Photographer Calung

    Apik atau tidaknya sebuah pertunjukkan kesenian, ditentukan oleh tukang foto. Betulkah demikian. Bisa jadi.

    Minggu lalu tepatnya 26 Januari, di Paschalis Hall, diadakan acara dialog agama. Dialog disertai pentas budaya-seni 'Calung Banyumasan'. Sebagai pembuka, sela & penutup. Ketika latihan dan jendral-repetisi-nan terasa sudah lancar. Enak di mata, enak di telinga. Namun ketika pentas di hadapan umum, dua lagu sempat tersendat. Apa pasal. Setelah dievaluasi, ada dua hal. Penabuh yang piawai, tak bisa hadir, karena dipanggil Boss-nya, seorang distributor buku. Tersendat kedua, disebabkan oleh faktor external. Yaitu, penabuh 'Gong'.

    Penabuh Gong, profesi utama, adalah koster. Koster katedral. Sesudah sekian waktu ikut berkesenian, dia bisa lancar memainkan alat musik itu. Namun ketika dia pentas saat itu, dalam salah satu lagu yang tersendat, dia mengaku grogi. Tak hanya grogi, malah merasa kacau. Ternyata, situasi tak nyaman itu disebabkan oleh permintaan seorang fotografer perempuan, agar ia berpose indah. Sang fotografer perempuan, mendesak-desak, agar pose-sedang-menabuh gongnya, bagus. Akibatnya, dia kehilangan alur lagu. Sehingga, mestinya ketika gong kecil yang ditabuh, malah gong yang besar. Jadi kewalik-walik.

    1. By the way, sebagai sebuah kesenian, sudah jalan. Dan evaluasi, menjadikan kesadaran untuk makin giat berlatih dan memperbaiki diri, serta kelompok. Jika dihitung-hitung, sampai kini sudah Lima lagu wajib daerah Banyumas yang terkuasai. 1. Ricik-ricik, 2. Elling-eling, 3. Bendrong Kulon, 4. Manyar Sewu. 5. Waru Doyong. 6. Dawet Ayu Banjarnegara.

    Untuk meng-iringi-i Ekaristi, sudah terkuasai pula satu set lagu-lagu 'Ordinarium'. Yang terdiri dari: Gusti Nyuwun Kawelasan, Minulya, Suci, Rama-Kawula, Cempening Allah. Waktu-waktu belakangan, tinggal menghafal.

    2. Untuk masa yang akan datang, sudah disusun Lagu-lagu berwawasan lingkungan untuk dipelajari. Yang terdiri atas: Perahu Layar, Lesung Jumengglung, Kanca Tani, Sekar Gadung, Pantai Logending, Caping Gunung.

    3. Jika program butir 2 sudah bisa, akan diusahakan membuat fragmen singkat. Durasi setengah-jam-an, atau satu- jam-an. Model pethilan. Atau drama singkat, dengan diselingi lagu-lagu.

    Dengan itu, diharap Kesenian Calung, tetap hidup, survive. Tak mati, berkelanjutan. Berkembang.
    Dan untuk itu semua, ternyata membutuhkan yang disebut, Pengarah Acara, Manajer, atau Ketua Kelas.

    Waktu belakangan, para seniman calung sedang berpikir memilih 'Ketua Kelas'.

    Rasanya, keberlangsungan budaya seni patut untuk tetap dihidupi dan dihidupkan. Seorang warga masyarakat bilang, "Dengan seni hidup jadi tidak kering, segerrrr.."

    Siapa mau ndaftar. Jadi Ketua Kelas. Agar hidup tetap segerrrrr.

    Syalom. Willujeng Wengi. Rahayu.
    Wasalam:
    -agt agung pypm-
    (Ketua kelas sementara)

    Selasa, Februari 01, 2011

    Sayur-nara

     
    1. Dalam perjalanan dengan sebuah mobil, dari Jakarta menuju Yogyakarta, empat orang anak remaja ikut. Ketika makan siang di sebuah 'Rumah makan', tak ada seorangpun yang memilih sayur-sayuran. Ketika kunjungan stasi habis ekaristi, ternyata anak-anak yang ikutpun, sama. Mereka tak senang makan sayur.

    2. Kesaksian seorang Guru Senior, dalam upacara-upacara bendera Hari Senin, anak-anak SD, jarang yang pingsan, semaput. Anak-anak SMA, justru kerap ada yang semaput. Katanya, daya tahan remaja-ramaja yang semaput itu lemah, akibat sekian lama kurang dalam hal makan sayur-sayuran. Kesenangan mereka, makanan yang fast-food-fast-food, dan enak serta gurih-tajam.

    3. Seorang keluarga desa yang sederhana, di kawasan Banyumas, jika makan jarang beli material di warung atau toko. Makan dasar nasi, plus sayur-sayuran yang diambil dari pekarangan, atau ladang, atau sawah, atau tumbuhan yang hidup di tepi jalan, atau tepi selokan. Anggota keluarga itu, sehat-sehat, jarang sakit.

    4. Seorang herbalis cerita, jika makan kita kurang serat, mudah kena diare. Faeces, akan berupa lembek, atau banyak cairan. Jika banyak serat, faeces akan berupa batang-batang. Dan akan lancar dalam proses pembuangannya. Serat-serat, bisa didapat dari sayur-sayuran, atau makanan berserat lain seperti, gori, sukun, kluwih, lalapan-lalapan, dsb-dsb.

    5. Mgr Hadisumarto, dalam sharingnya, bilang bahwa suku-suku bangsa yang makanan dominannya daging, biasanya usianya pendek-pendek. Yang makan dominannya tumbuh-tumbuhan, usianya lebih panjang.

    6. Peng-udud '76 senang makan sayur, dan lalapan-lalapan. Butir-butir manfaat dari cerita-cerita di atas ternyata betul nyata. Terutama, butir nomor 4.

    Mari kita galak-kan senang makan sayur-sayuran. Demi kesehatan.

    Syalom. Wilujeng dalu. Rahayu.
    Wasalam:
    -agt agung ypm-

    Sabtu, Januari 29, 2011

    Virus & Sepeda

    Sepeda United City Pattaya
    Sepeda United City Pattaya  
    Di dunia, ada berbagai virus. Virus influensa, virus hepatitis, virus herpes, dsb. Sifat virus, adalah menyebar secara tak kelihatan. Itulah virus-virus penyakit, yang sifatnya negatif, karena merugikan. Bahkan mematikan.

    Dalam dunia bahasa, kata virus, jaman kini, dipakai pula untuk penyebaran hal-hal yang positif. Group musik Dewa-19, punya lagu berjudul 'virus-virus Cinta'. Dunia sepeda, kini juga kena wabah virus. Virus bersepeda.  Banyak orang mulai bersepeda, baik untuk olahraga, maupun untuk aktivitas harian. Banyak pula yang untuk kegemaran.

    Dari sebuah toko sepeda di Purwokerto, dulu terbeli oleh peng-udud '76, sebuah sepeda berkeranjang, warna hitam. Ketika belanja ke toko terpal, karyawan-karyawan toko, beri kalimat, 'Wah sepedanya bagus !'. Gara-gara berkelakar di pagi hari sesudah sport-sepeda, Sepeda angin itu, dibeli oleh tukang bersih-bersih gedung Keuskupan. Model bayarnya, semampunya. Hebat, kini sudah lunas. Sehingga sertifikat sepeda sudah diserahkan pada si pembeli, si karyawan bersih-bersih.

    Karena tak ada sepeda, maka beli sepeda pengganti. Model & merknya sama persis. Hanya satu yang beda, warnanya. Warnanya, merah. Tak lama juga, pegawai masak, seorang ibu tertarik melihat sepeda itu. Sebuah pagi menjelang ekaristi harian, ibu itu menemui. Tak untuk mohon doa. Tapi bilang pelan-pelan, kalau boleh beli sepeda warna merah, berkeranjang. Dengan ringah hati, sepeda warna merah itupun berpindah tangan. Gaya bayarnya, sama. Semampunya. Jika lunas sertifikat diserahkan.

    Dua sepeda, sudah tiada. Maka untuk olah raga tak ada sarana. Seorang pedagang sepeda di pasar manis, tiap hari nunggui sebuah. Model sport. Lebih dua minggu, sepeda itu tak payu-payu. Melihat pengudud '76 gonta-ganti sepeda, pedagang itu melancarkan rayuan penawarannya.  Mula-mula pasang harga, sejuta duaratus. Lalu turun, sejuta. Dalam penawaran-penawaran, tak banyak kata, karena pengudud '76 tak banyak bicara. Hanya udad-udud. Lama-lama si pedagang bosan. Lalu Dia ngomong dengan mengatakan jujur, bahwa, dalam dagang sepeda, yang penting harga 'sudah numpang'. Lalu dia berikan harga delapan-ratus lima puluh ribu rupiah. Dan dengan jujur pula, katanya hanya ambil untung lima--puluh ribu. Karena harga belinya, semula delapan ratus ribu. Hitung-itung, limapuluh ribu dalam dua minggu. Jadi sehari, dia dapat uang dari barang itu, empat ribuan. Senilai semangkok mie-ayam. Tak mudah memang cari duit.

    Tiap hari sepeda model sport, menemani olah raga. Sejam-sehari, olah raga. Itu programnya. Manfaat, terasa. Karena dengan program itu, badan terasa lebih 'fresh', lebih segar.
    Suasana sepeda, ternyata menular. Koster, lalu juga beli sepeda 'Ru-Kas'. Baru tapi bekas. Gaya bayarnya, sama. Sederhana, dicicil sak-nduwene.

    Belum lama, denger pula, Rohaniwati sebelah beli sepeda. Juga model 'rukas'. Baru tapi bekas.
    Seorang umat yang pikirannya tak 100%, tiap hari ke pastoran. Tak tawari sepeda. Ternyata, dia mau. Kini dia bersepeda. Dengan catatan, jika malam kembalikan. Untuk dicek oleh penjaga malam.
    Seorang umat lain lagi, juga tak 100% jiwanya. Tapi bisa hidup normal. Hanya kadang-kadang selip. Katanya punya sepeda, tapi rusak. Maka, ditawarkan padanya, untuk direparasikan. Empat hari lalu sepeda rusak itu dinaikan ke pick-up. Tak untuk dijual, tapi untuk direparasikan. Di-stel-stel, dan diganti bannya. Harapannya, jika sembuh sepedanya, insya allah, sembuh pula pemiliknya.

    Akhirnya, makin lama, makin banyak orang bersepeda. Menyehatkan fisik, menyehatkan, kanthong. Juga menyehatkan udara. Dan yang jelas, menyehatkan lingkungan hidup.

    Mari menyebarkan virus. Bukan virus influensa, tapi virus bersepeda.

    Syalom. Wilujeng. Rahayu.
    Wasalam:
    -agt agung ypm-

    Rabu, Januari 26, 2011

    Indonesia Yang Sejati

     
    Jumat lalu, jam delapan, Kijang-dinas-hijau meluncur ke Balai Desa Klapagading Kulon Wangon. Kepergiannya, untuk mendatangi sarasehan kesehatan. Seorang peng-obat herbal, berceramah ttg hidup-sehat. Dibuka oleh Pak Lurah. Pesertanya, kebanyakan dari anggota-anggota PKK.

    Sesudah ceramah, banyak orang yang tanya tentang tanam-tanaman obat. Juga tentang penyakit-penyakit. Banyak orang terpana, karena banyak tumbuhan di sekitar kita, bisa dipakai untuk obat. Tanpa harus beli mahal di toko atau apotik. Lalu dilanjutkan dengan kosultasi sakit, dan pengobatan sekaligus. Tidak sedikit warga masyarakat yang tertolong. Sampai jam  14.00. acara berlangsung.

    Jam empat sore, konsultasi sakit & pengobatan dilanjutkan di Susteran BKK Wangon, di belakang Kapel. Malam harinya, diadakan pertemuan kelompok tani. Persisnya di Dusun Bojong. Anggota-anggota Pok-tani, pada berdatangan. Dihadiri pula oleh Bu Lurah, yang bergelar haji. Membawa oleh-oleh, untuk nyamikan suguhan. Pada para petani, dilaksanakan penggambaran soal kesehatan, komoditas tanaman yang bisa dibudidayakan, dan konsultasi penyakit-penyakit. Dilanjutkan dengan rencana real, berupa pembentukan koperasi, sebagai pengelola hasil pasca panen. Tidak sedikit yang merasa mendapat nuansa baru. Dan lalu menjadi kritis tentang pembangunan, dan lalu bergairah untuk kembali, memperhatikan kelestarian lingkungan.

    Dalam pertemuan, yang beragama katolik hanya lima orang. Para petani & Pak RT, penganut agama yang berbeda-beda. Tak menjadi soal dalam pertemuan itu. Semua rukun, bersatu padu. Membahas soal kehidupan, soal kesehatan, lingkungan-hidup, dan pemberdayaan ekonomi.

    Dalam bagian akhir, Sang nara-sumber, mengungkapkan ke-terkesan-annya. Dia mengatakan, 'Saudara-saudara sekalian rasanya inilah, yang disebut
    Indonesia Sejati. Kita dari pemeluk yang berbeda-beda. Latar-belakang yang berbeda-beda. Namun malam ini, berkumpul jadi satu. Sebagai satu saudara. Saya senang dan bersyukur, karena di daerah-daerah lain, masyarakat kita dicemari dengan prasangka-prasangka. Dan itu bersifat memecah belah. Mari kita jangan mau dipecah belah oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Selama ini, kita bangsa Indonesia, namun Indonesia yang semu. Karena dicemari dengan ketidakrukunan satu sama lain. Mari kita meneruskan Bangsa Indonesia Yang Sejati. Malam inilah Indonesia Sejati, kita rasakan. Terimakasih'.

    Indonesia kita, ternyata sekian waktu menjadi Indonesia yang semu. Karena provokasi, sehingga tidak rukun, saling serang, bentrok. Saling bunuh.
    Indonesia Yang sejati, adalah yang saling menghargai antar warganya. Rukun, bersatu padu.

    Mari, membangun Indonesia yang Sejati.

    Syalom. Wilujeng. Rahayu.
    Wasalam.
    -agt agung ypm-

    Sabtu, Januari 22, 2011

    Gereja Yang Apik

    Doraemon Sebuah sore terjadi dialog, model diskusi-mini di sebuah warung kopi. Posisi dekat lapangan Porka. Temanya, tentang hari-hari besar. Tema ini muncul, berangkat dari soal ekonomi. Jika hari besar keagamaan, siapa sebenarnya yang 'diuntungkan'.

    Diskusi bermula, ketika seorang pedagang ayam, masuk warung, pesan kopi. Dan lalu ditanyai oleh kawannya, 
    A. 'Laku berapa ekor ayam hari ini ?'.
    B. 'Hari ini, minim, hanya laku lima ayam', katanya. 'Yang banyak untung, ta, bakoel wedus. Apalagi, jika sekitar hari raya korban'.

    C. 'Iya, ya', kata orang lain, menimpali. 'Jika iedul-korban, yang dapat untung pedagang wedus, sama sapi. Jika iedul fitri, siapa yang untung ?. Yang ramai untungnya ta pedagang sembako. Mie, roti, pangan-panganan. Jika tahun baru & natal, ? Bali-bali sing untung ya pedagang sembako.'
    A. 'Angger natal, wong kristen pada bagi-bagi sembako lho.  
    C. 'Angger, nyong ta ditampa bae.'
    B. 'Ati-ati, jare angger nampa binggkisan, mengko dikristen-na. !' .

    A. 'Ya, ora baen. gereja ta werna-werna. Kristen, ta akeh. Greja jalan kae, beda karo sing jalan kiye!.'Ana greja sing saben dina apa, pada gendhingan lho. Kae gereja sing cedak SMA-5. Apik, lho....!'  Kata seorang pria, si pemilik warung.

    Gereja yang apik, tidak pertama karena megahnya. Tidak karena bagus arsitekturnya. Tidak pertama pula, karena mahal material bangunannya.
    Gereja tertangkap apik, bisa karena memberi tempat pada budaya, kesenian, yang ada di sekitarnya.

    Syalom. Wilujeng ndalu. Rahayu.
    Wasalam:
    -agt agung pypm-.


    NB: 
    Dialog sudah diredaksi ulang. Aslinya, dalam bahasa Banyumas.
    Gendhingan = main gamelan, karawitan.

    Minggu, Januari 09, 2011

    Dilarang pipis

    Crayon Shin-Chan PictureMinggu ini, tiga kali pengudud-'76 ke Stasi Wangon. Hampir empat kali, tetapi gagal, karena jalan pedesaan rusak seperti sungai, sehingga mobil jenis pickup, tak mampu melewati lubang-lubang dalam.Karena rapat frekwensi kedatangannya, maka tak sedikit kisah yang terdeteksi lewat indra-indra kemanusiaan-kemanusiawian.

    Tiga hari lalu, sebuah Bus malam, trayek Jkt-Yogya berhenti di Klapagading-Wetan. Di seberang bengkel bubut Imron. Pukul jam menunjuk angka setengah lima pagi. Si sopir turun. Tidak untuk ngecek kendaraan, tetapi untuk buang air kecil. Dalam bahasa Banyumas-nya, pipis. Posisi bis, sebagian ada di bagian ber-aspal. Tidak sepenuhnya berada di badan jalan. Alias kata, bis itu banyak 'makan dalan'. Posisi begini, banyak merepotkan para pemakai jalan yang berada di jalur kiri.

    Ketika sedang buang hajat kecil, bunyi 'braakkkk !' terdengar. Ternyata, bis itu tertabrak oleh sebuah motor sayur. Seorang pedagang sayur dari Ajibarang membawa muatan dengan keranjang di sepedamotornya, menuju pasar Jatilawang. Dalam kondisi penuh muatan, motor itu tak terkendali menabrak bis yang sedang berhenti. Berhenti karena sopirnya sedang pipis.

    Bunyi brak, ternyata bukan bunyi nyaring. Namun bunyi kematian, seperti lonceng kematian. Karena dengan terdengarnya bunyi itu, si pedagang sayur, lalu jatuh terpental ke aspal. Tak berapa lama, Si tukang sayur, meninggal di tempat. Mungkin karena ngantuk. Mungkin karena capek. Mungkin karena agak gelap. Mungkin karena kaget. Dan mungkin, mungkin seribu mungkin. Yang jelas si pedagang sayur, pergi ke alam baka. Meninggal duni. Mengalami kematian. Dan itu, karena sebab. Sebabnya, adalah 'orang pipis sembarangan'.

    Dimohon, jangan pipis sembarangan. Demikian pesan moral minggu ini.

    Syalom. Wilujeng dalu. Rahayu.
    Wasalam:
    -agt agung ypm-

    Minggu, Januari 02, 2011

    Pribadi Yang Rapuh

    Sebuah malam, sekelompok anak-muda-remaja, bergaya artis rock-n-roll, bernyanyi-nyanyi di sebuah pinggir pasar. Nanyian-nya aneka warna, dangdut, campursari, Iwan-Fals-an. Kadang-kadang mengarah 'jorok'. Mereka ngobrol, bernyanyi, sambil makan kacang. Kacang itu ternyata sebagai penyeimbang minuman. Ya, mereka sedang menikmati minuman keras. 

    Sekian lama, mereka bercengkerama. Tiba-tiba datang seorang perempuan, berkata keras, bertanya pada salah satu anak-muda. Wanita itu tanya tentang keberadaan Hp, milik kawannya. Anak muda yang ditanyai tersinggung, dengan pertanyaan itu. Dia merasa dituduh. Lalu mendebat, dan menolak tuduhan itu. Dibantingnya sebuah Hp. Dan lalu pecah berantakan.  Terjadilah keributan mendadak malam itu. Saling serang dengan kalimat keras dan kasar. Malah hampir terjadi baku hantam, antar mereka. Apalagi, si tertuduh sedang dalam kondisi setengah mabuk. Mabuk miras.

    Keributan semakin kritis, mendekatlah seorang perempuan gemuk, dengan seorang bapak. Mereka mencoba menengahi. Satu-persatu, dipersilahkan siapa yang mau ngomong. Banyak yang lalu omong. Nada omongan, hampir semua mengarah kepada si-remaja tertuduh. Dalam hidup musikus jalanan itu, si remaja-tertuduh kerap bikin keonaran. Tak bawa kedamaian. Lalu marah-besarlah si remaja tertuduh.

    Bekat perempuan gemuk si penengah, si remaja bisa sadar akan situasi dirinya. Diungkapkan sejarah asal-muasal si remaja tertuduh bisa bergabung. Disarankan kembali ke orang-tuanya, dan jangan hidup menggelandang tanpa tujuan. Dan digariskan bahwa rekan-rekannya, tak serta menuduh sebagai pencuri. Juga tak pernah menolak hidup bergaul dalam komunitasnya. Apa yang masih kurang, kata mereka.

    Dari rapat malam, setengah-kegelapan, terungkaplah alasan dasar si anakmuda tertuduh tak mau pulang. Dia merasa tak disayangi oleh mamaknya. Hatinya 'kelara-lara'. Nalangsa. Apalagi, ketika dia ulang-tahun, mamaknya tidak memberi selamat-ulang-tahun. Tidak juga  membuatkannya makanan istimewa.

    Meminjam pola bicara Alm. Gus Dur, 'Gitu aja, kok nelangsa......'

    Syalom. Wilujeng dalu. Rahayu.
    Wasalam:
    -agt agung ypm-