Sabtu, Desember 25, 2010

Nasaret-Idol



I.a.Minggu lalu terpasang berita di mas-media, sepasang mahasiswa-mahasiswi, membuang bayi yang baru dilahirkannya.
b. Jaman kini, banyak orang mengalami keresahan.  Dan juga ketakutan. Takut akan masa-depan. Takut kedudukan digeser. Atau diturunkan dari jabatan. Para mahasiswa,  pelajar, takut ujian. Takut tidak naik kelas. Takut tidak lulus ujian. Banyak juga orang yang takut menghadapi masa depan.

Dampak dari rasa takut ini, ada dua sikap yang bisa muncul. Pertama, hidup, asal-asalan. Atau kedua, hidup secara leh-leh-luweh. Atau nekad, malah ngawur. Dua kali, dengan mata-kepala sendiri, peng-udud '76 melihat orang dijambret. Ditarik kalungnya, ketika naik sepeda motor. Nekad sekali, yang namanya penjambret. Tak punya hati kasihan. Ngawur. Seorang gadis menempatkan dompet, di keranjang sepeda. Tiba-tiba dua orang berboncengan sepedamotor, ngambil dompet pesepeda itu. Dan lalu, tancap gas. Keterlaluan. Tega nian.

II. Jaman sekarang , jamannya standarisasi. Banyak hal dalam hidup distandarisasi. Rasa resah, atau takut, kerap diakibatkan oleh standar-standar yang dipegang orang.  Yang kita pakai, sebagai ukuran. Ukuran kehidupan.
a. Kawan kita HP-nya baru, model terkini, kita sudah resah. Lalu ingin, 'Hp-ku jangan sampai kalah'.
b. Tetanggaku motornya baru, kita juga resah. 'Motorku juga musti baru juga. Kalau bisa nambah. Jangan sampai kalah'.
c. Kawanku, tampilannya sekarang stylish, modis, keren. Keresahan lalu muncul.karena keinginan, 'aku jangan sampai kalah. Harus modis juga, biar gaul'. Katanya.
Ada banyak keresahan, yang rasanya itu tidak perlu terjadi. Maka perlu juga standar hidup di-set ulang. Diatur kembali.  Jika perlu diturunkan standar semu itu.

III. Yesus dilahirkan di kandang hewan. Itu fakta, yang sudah terjadi. Cerita, sejarah akan lain, tidak seperti sekarang ini, jika Yesus lahirnya, -ketika itu- di rumah-sakit. Atau di rumah penginapan yang berbintang lima.
Dengan kelahiran Yesus di Kandang-hewan, dampaknya luar biasa. Semua lapisan orang, menjadi tersapa oleh peristiwa itu. Besar kecil, berada kurang berada, ekonomi kuat, ekonomi sedang, ekonomi lemah, kaya miskin. Semua tersapa oleh kehadiran Yesus di Kandang hewan.

Orang di sekitar Yesus juga orang sederhana: Maria, Yesus, Yusuf, para gembala. Maria, terkenal dengan keterbukaanya pada kehendak Allah. Terkenal dengan kerendahan hatinya. Terkenal dengan ketulusannya. Terkenal dengan pendiamnya. Dan terkenal dengan kesetiaannya pada bayi kecil, pada keluarganya.
Yusuf, juga orang bersahaja. Dia mampu hidup dengan profesi tukang-kayu. Ciri Yosef adalah tak banyak ditampilkan bicaranya. Dia seorang yang tanggungjawab, berhati besar. Tidak meninggalkan Maria, ketika statusnya tak jelas. Dia juga tidak pergi ketika mereka dalam kesulitan, melahirkan, mengungsi. Yosef, seorang yang sungguh bertanggung jawab.

IV. Inilah tadi sedikit gambaran keluarga Nasaret.
Maka standar hidup keluarga kita, keluarga katolik, musti dikembalikan ke sana. Ke keluarga sederhana itu. Kerap tak sadar kita menstandarkan hidup pada keluarga selebritis, para bintang. Entah bintang film atau bintang iklan. Kerap pula menstandarkan model keluarga, pada tetangga. Atau pada model yang ditawarkan oleh mas-media. Atau menstandarkan pada gaya orang banyak. Yang permisif, konsumtif, hedonis. Akhirnya hidup jadi kedodoran. Tergopoh-gopoh. Tak mampu, tapi dipaksa.

V. Natal. Inilah saatnya, mengatur ulang standar  hidup. Jika tadinya, berstandartkan model dunia, Kita tingkatkan ke model keluarga Nazaret. Bukan pertama-tama, kandangnya, kotornya, dsb. Namun, semangat kerohanian keluarga Nazaret itu yang kita jadikan idola. Keluarga Nasaret dengan kesederhanaannya. Maria dengan kerendahanhatinya. Tidak banyak bicaranya. Yosef dengan semangat tanggungjawabnya. Setia, memberi nafkah, sebagai tukang kayu.      

Syalom. Wilujeng Natal. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung ypm-

Selasa, Desember 21, 2010

Lulus ITB

Jika seseorang lulus dari ITB, tentulah diwisuda. Dinyatakan secara formal, legal bahwa seorang mahasiswa sudah dinilai layak menjadi profesional, berdasar ilmu-ilmu yang telah diperolehnya. Itu, jika ITB dalam arti 'Institut Tehnologi Bandung'. Sebuah perguruan tinggi yang cukup bonafid di Kota Bandung.

Tidak di Bandung, tapi kisah ini di kawasan Banyumas. Seorang remaja, usia SLTP, bisa lulus 'ITB'. Bagaimana ceritanya.
      Jika kita melintas di dekat Bendung Gerak Serayu. Tak jauh dari situ, ada gedung Kapel kecil. Itulah Kapel Stasi Tambak Negara. Belum begitu lama, di sebelah gereja, sekarang ada tulisan warna putih, di lingkaran sebuah ban motor. Tulisannya, 'Tambal Ban'. Memang di situ ada bengkel baru. Bengkel tambal ban. Pompanya, belum kompresor, melainkan masih manual. Pompa, pakai kaki dan tangan. Apa istimewanya. Tak ada yang istimewa. Kecuali catatan kecil tentang siapa yang buka bengkel itu.

Seorang remaja SLTP, klas 2. Deny namanya. Sesudah nyantrik belajar di sebuah bengkel di Sidaboa, kini jadi trampil. Trampil perbaiki sepeda, dan trampil nambali ban-ban bocor. Terutama ban sepeda motor. Karena ketrampilannya itulah, maka dia memberanikan diri, buka sendiri bengkel kecil di rumahnya. Di sebelah gereja tua. Jika habis sekolah, dia pasang alat-alat, menunggu jika ada pasien, motor yang minta ditambal, atau diganti ban-nya. Jika hari Minggu, atau hari libur dibuka-nya bengkel kecil itu full-time.

Alat pemompa belum model 'kompresor', karena cukup tinggi harganya. Maka pompa kaki-pun jadilah. Ditunjang oleh alat-alat yang lain. Termasuk kunci-kunci, tang, obeng,  tool-untuk press, gergaji, dsb. Dengan itu bengkel kecilpun operasional jalan. Dan semua alat itu tak diperoleh dari lembaga keagamaan, atau lembaga sosial. Atau dari PSE, ataupun APP. Bukan pula dari lembaga donor. Apalagi 'Fund' dari luar negri.  Bukan. Melainkan sumbangan dari seseorang. Seorang imam-katolik membelanjakan uang-sakunya, untuk meng-ada-kan alat-alat itu.

Sebuah kesempatan, peng-udud '76 mampir ke rumah-bengkel kecil itu. Ketemu dengan keluarganya, Ketika pamit pulang, bapaknya menjabat tangan erat-erat, sambil berkata ala bhs Banyumas, 'Matur nuwun romo, anak kula saged bikak bengkel, amargi 'akal-akalane romo......!'. 'Matur-nuwun nggih, matur nuwuuuuuuun, estu'. Kata itu diulang-ulang.

Hidup bisa maju, berkembang karena 'akal'. Akal sungguhan yang diaplikasikan. Bukan akal-akalan yang membuat kemandhegan, atau malah bikin perpecahan.

Mari kita mengembangkan akal. Di dalam kerasulan.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung ypm-

Minggu, Desember 19, 2010

Peng-usaha

1977 Chevrolet LUV Pickup Truck 4 page color folder original automobile literatureSebagaimana terceritakan telah lalu, Paroki Katedral membagi-bagi pohon rambutan & mempelam bersertifikat, dalam rangka tahun-pertanian. Stasi-stasi pinggiran kota, dikirimi, untuk dibagikan pada keluarga-keluarga. Memerlukan empat kali peng-angkutan untuk pendistribusiannya. Mobil pickup-chevrolet, di sini menjalankan perannya. Mengangkut, mengirimkan bibit-bibit pohon itu ke tujuannya. Bentuknya, di 'stek'. Dua jenis pohon, yang masing-masing punya ciri khas keunggulan, dipotong, kemudian disambung.

Selama menghantar bibit-bibit pohon itu, pickup-Chevrolet-hijau, sempat dihentikan orang di tengah jalan. Sebanyak dua kali ada orang men-stop, menghentikan. Yang menghentikan tidak untuk memeriksa surat-surat, atau mau nunut. Melainkan -ternyata- mau beli, bibit-bibit tanaman itu. Dikira oleh mereka, pickup-hijau itu, sebagaimana pickup-pickup biasanya. Yang keliling, jualan bibit tanaman di sekitar musim hujan.

Karena panas dalam perjalanan, si-pengemudi, selalu nyempatkan diri beli es-teh, atau kopi untuk menghindari dehidrasi. Di sebuah warung kopi, seorang pembeli lain, rekan minum kopi sempat bertanya. Pertanyaanya, bukan 'Kerja di mana Pak ?' Atau 'Ngastane teng pundi pak ?'. Tetapi kalimat tanyanya, 'Usaha-ne napa pak ?!'. Pertanyaan model begini, sudah sekian kali diajukan oleh beberapa orang kepada pengemudi pickup. Mungkin karena melihat penampilan, tak begitu necis, pakai tas kecil, namun percaya diri.

Baru saja di Purwokerta, ada seminar yang bea-nya relatif besar. Tema-nya, 'Cara gila jadi peng-usaha'. Dan nampaknya, tema ini menjadi trend, ditawarkan oleh banyak motivator, guna merintis usaha. Dan tentu melariskan bicara si motivator-animator. Tak ada jeleknya. Yang penting bukan seminar akal-akalan, atau bulus-bulusan.

Kita-kita ternyata juga adalah para peng-usaha. Meng-usahakan supaya iman semakin dewasa. Meng-usahakan supaya iman, tidak lepas dengan persoalan-persoalan lingkungan. Juga lingkungan hidup. Di sini penghijauan, pertanian organik, kewira-usahaan, menjadi lahan pelayanannya. Pen-dalaman- iman, menjadi lahan strategiknya.

Selamat menjadi peng-usaha-peng-usaha.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agung pypm-

Minggu, Desember 12, 2010

Narasi kecil

 
Mbah Surip almarhum, punya sebuah lagu bersifat naratif. Judulnya, 'Tukang Nasi Goreng'. Dikisahkan olehnya, seorang tukang nasi goreng hilang di suatu malam. Dia lalu berefleksi dengan pertanyaan-pertanyaan, 'Ke mana ya. Peristiwa metafisikakah ?'.

Dalam rangka realisasi Tahun-keprihatinan-pertanian, Paroki Katedral bulan lalu membagi bibit-bibit bersertifikat yang produktif, untuk penghijauan, Bibit pohon durian & mangga didistribusikan ke stasi-stasi pedesaan. Masing-masing kepala-keluarga mendapat satu pasang.

Sebuah sore Pick-up-Chevrolet-Luv warna hijau, membantu pendistribusian tanaman penghijauan itu. Mengirimkannya ke Stasi kawasan selatan, Kaliwedi. Sesudah menurunkan bibit-bibiat tanaman, jam empat-sore pulang, kembali ke Purwokerto. Memasuki kawasan pasar Kalisalak, tiba-tiba serombongan anak muda berpakaian necis, menyetop. Begitu pick-up berhenti, mereka berlarian. Dari jendela minta dibolehkan nunut sampai jalur bis terdekat. Ternyata, mereka sudah ketinggalan koprades. Sudah satu jam mereka menunggu kendaraan, tapi tak dapet.

Ada enam orang. Tiga putri, tiga putra. Dua orang putri, minta ijin naik di kabin depan. Empat yang lain numpang di bak belakang. Dalam perjalanan, mereka cerita, sedang dalam pelatihan menjadi sales sebuah produk.

Tak hanya cerita, ada pula yang berani bertanya, mobil pick-up yang mereka tumpangi dari muat apa. Si pengemudi menjelaskan, 'Baru saja ngantar tanam-tanaman penghijauan.'.
- 'Apa dari Departemen pertanian ?' tanyanya lebih lanjut.
+ 'Bukan.'
- 'Lho dari lembaga apa ?'.
+ Dari Gereja !', jawab si pengemudi dengan mantap.
Mendengar kata Gereja, calon sales terpana wajahnya, penuh keheranan.
- Gereja kok ngurusi tanaman ?
+ Ya, Gereja Katolik perduli terhadap lingkungan alam. Sekarang udara panas, banyak banjir. Maka Gereja ngadakan pula gerakan peng-hijauan.
- O....!

Dari ucapan spontan, 'Ya Alloh', ketika ada sepedamotor nyrobot, kelihatan bahwa mereka bukan orang kristen.

Dalam perjalanan 'nunut' pickup, terketahuilah oleh orang lain bahwa Gereja peduli terhadap persoalan lingkungan alam. Dan memang harus demikian. Kasih pada Tuhan-Allah, juga bermuara pada peduli lestarinya alam.

Selamat ber-Narasi.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agung ypm-

Sabtu, Desember 04, 2010

Sekolah Yang Hebat

Posted Image 







Bagian I.
Jaman kini banyak bermunculan sekolah yang hebat. Kehebatan ternampakkan dengan

  1. 1. penghargaan-penghargaan yang mereka peroleh: Piala, piagam, dana, dsb.
  2. 2. Juga nampak pula dari sertifikat-sertifikat yang sudah berhasil didapatkan. Ada sertifikasi Gol A, sertifikasi ISO. Ada sertifikasi RSBI. Dsb.
  3. 3. Kejuaraan-kejuaraan olimpiade juga menunjukkan kehebatan sekolah itu.
  4. 4. Prosentase kelulusan, dijadikan pula sebagai tolok ukur kehebatan sekolah.
Pendek-kata, keberhasilan yang bersertifikat, yang terukur menjadikan orang berbesar hati. Dan pantas pula untuk diacungi jempol.

Bagian II.
Sebuah siang, sepeda polygon warna merah berkeranjang, menuju sebuah sekolah kejuruan ber-inisial 'MK'. Kedatangannya untuk membantu meng-urus-kan situasi terkini seorang siswi. Seorang siswi ada masalah dengan pembayaran SPP-nya. Seorang donatur memberi bantuan pemberesan uang sekolah itu. Siswi itu sudah satu semester 'nunggak', tidak bisa membayar uang SPP. Rapot tanda kelulusan tahun lalu, juga belum bisa diterima, karena uang praktek, dan SPPnya, juga belum beres.

Namun meski,  pertama, satu semester lebih 'nunggak' uang SPP. Kedua, rapot tahun lalu belum bisa diterimakan,  siswi ini tetap bisa naik kelas. Tetap boleh ikut pelajaran. Dan tidak dikeluarkan.

Bagian III.
Sekolah-sekolah yang terceritakan di Bagian satu, adalah sekolah-sekolah yang hebat. Namun, sekolah yang terceritakan di Bagian dua, adalah 'lebih hebat'.

Siapa menyusul, menjadi punya sekolah yang 'lebih-hebat'.

Syalom. Willujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung ypm-

Minggu, Oktober 24, 2010

Porno-grafi

www.eshopping2u.com/images/upload/image/sin%20chan%20blue.jpg
www.colombicultura-c-v.es/castellon/2009/moncofa/sin-chan.jpg



Menjelang masuk Kota Slawi, dari arah Prupuk, ada sebuah gapura. Dekat gapura ada pohon kersem, atau Talok. Di bawah pohon talok, ada balai-balai. Tempat duduk-duduk orang rileksasi. Di belakangnya, adalah sebuah warung tegal. Salah satu menunya, teh pakai teko model poci. Teh poci. Warung tegal itu banyak disambangi orang untuk makan, dan ngeteh, serta ngopi. Juga untuk leyeh-leyeh, buang rasa penat perjalanan jauh. Beberapa truk warna merah, pengangkut susu bubuk dari Yogyakarta, menuju Jakarta, biasa makan dan istirahat di situ.

Suatu siang, enam orang kru truk merah pengangkut susu itu, bercengkerama sesudah makan siang. Sambil pada udud mereka bercanda, berkelakar, guyon, saling cerita. Tema-nya bukan soal politik, atau ekonomi. Bukan pula soal pertahanan keamanan. Tema-nya sederhana, tentang 'wong adus'. Orang mandi.


Ketika makan pagi di daerah Parakansinjang, sesudah makan pagi, secara tak sengaja ada orang mandi, terlihat oleh beberapa di antara mereka. Orang yang mandi, adalah perempuan si pemilik warung makan. Peristiwa itu bisa terjadi karena lokasi yang berbukit, sehingga posisi kamar mandi lebih bawah daripada lantai-lantai lainnya. Kurang lebih seperti kasus Raja Daud, melihat Betsyeba yang sedang mandi.


Analisis, persepsi, dan gambaran-gambaran masing-masing awak truk itu, terungkapkan, dan saling menambahkan, menjadi satu kisah siang yang 'ger-geran'. Kisah yang meriah, namun lalu berwarna erotis, eksotis, dan -menurut istilah Jawa- 'Saru'. Kata lain biasa dipakai, 'pornografi'. Pasangannya, pornoaksi. Siapa yang salah. Yang mandi, ataukah yang melihat tak sengaja, lalu jadi saksi, penyaksi.


Negara Republik Indonesia, sudah punya UU yang kontroversial, yakni Undang-undang pornografi-pornoaksi. Seorang sosiolog, dalam sebuah diskusi menyatakan, 'Pornografi, hampir tak mungkin diberantas. Atau malah mustahil untuk dihilangkan dari muka bumi. Alasan-nya satu, jujur saja, tiap orang senang dengan pornografi. Saya sebagai manusia, senang. Dan anda juga.....!'


Salah satu pesan-diskusinya, adalah bagaimana orang bisa bersikap secara bijak. Bijaksana menghadapi hal-hal yang bersifat porno, yang kadang muncul secara tak terduga, dan tiba-tiba. Di sinilah, peran agama sebagai filter. Di sinilah yang namanya moral, menjadi pengendali. Di sinilah akal sehat manusia, memainkan perannya.' Kata dia, sang sosiolog.


Mari kita membangun sikap bijak. Men-sikap-i, fenomena erotisme, porno-isme, yang bisa datang setiap waktu. Berdasar ajaran Tuhan, tentunya. Menjadi sebuah moralitas yang konsisten & konsekwen.


Syalom. Wilujeng ndalu. Rahayu, rahayu, rahayu.

Wasalam:
-agt agung pypm-

Minggu, Oktober 10, 2010

Sudah Sembuh


Sebuah sore, saya, peng-udud ’76 naik bis. Dari Semarang menuju Tegal. Bis penuh, banyak penumpang berdiri. Seorang wanita cantik juga berdiri. Tak tawari duduk. Gentian. Dan dia mau. Lalu Duduk, methekes.   Orang diberi kebaikan biasanya beri ucapan terimakasih. Tapi, ketika itu, sepuluh menit, tak ada kata-kata itu. Setengah jam, tak ada kalimat itu. Sejam kemudian, orang itu tidak mengucapkan terimakasih juga.  Agak heran, di hari gini, masih ada orang dewasa yang tidak bisa berterimakasih. Padahal, cantik..., lagi. Tak klop rasanya, antara indah wajah, dengan indah-hati.

Empat hari lalu,  pickup Chevrolet melaju melewati perempatan Tanjung, sehabis angkut music calung, untuk latihan. Hujan deras. Di Tanjung, delapan remaja nyetop. Nunut. Mereka bilang mau ke perempatan Srimaya. Nampaknya habis pertandingan sepakbola. Sesampai di perempatan srimaya, mereka berlompatan turun. Meskipun hujan amat deras, salah seorang menghampiri jendela, bilang ‘terimakasih’. Remaja  itu, masih bisa berterimakasih.

Ada macam ragam orang. Ada yang bisa berterimakasih. Ada yang kurang peka, atau malah tak tahu berterimakasih.  Dalam ranah Ilmu psikologi, Indikator seseorang  bisa dikatakan dewasa, adalah jika mampu berterimakasih.  Jika sampai tingkat itu, yang namanya pendidikan nilai, ada titik keberhasilannya. Maka bagus sekali, ada anak-anak yang sejak balita, sudah bisa berterimakasih. Beberapa anak sekolah-minggu kadang-kadang terdengar bilang ‘terimakasih’, meskipun tak disuruh orangtuanya.

Apakah berterimakasih itu. Orang berterimakasih, mengungkap tiga hal perkara:
Pertama, Dia sadar akan situasi dirinya.
Kedua, Dia meng-akui, bahwa orang lain telah membantu dirinya.
Ketiga, Dia men-syukuri, atas kebaikan orang lain itu.

Seseorang situasinya  tidak nyaman. Mungkin kekurangan, atau ada masalah, Dengan bantuan orang lain, situasi tak nyaman itu diubah, jadi lebih kondusif, lebih nyaman.  Kehadiran orang lain, dirasakannya sungguh membantu, merubah keadaan. Orang lain lalu dirasakan sebagai rahmat. Bukan ancaman. Maka orang lalu bisa syukur. Terimakasih, mengandung arti menghargai kehadiran orang lain. Dan kehadiran itu membawa kebaikan.

Kitab-Suci.
Yesus menyembuhkan  sepuluh orang kusta. Lalu mereka pergi kepada imam-imam di bait-suci. Ternyata, hanya ada satu yang kembali, untuk mengucapkan terimakasih. Apa-apaan ini. Apakah Yesus ingin diakui sebagai orang berjasa, penyembuh hebat. Bukan itu perkaranya.

Injil Lukas, mau menampilkan bahwa yang penting sebagai warta-gembira, adalah orang merasa dipulihkan, disembuhkan.  Orang yang semula ‘diasingkan’, diterimakan kembali dalam komunitasnya. Lalu bisa pasrah kepada Allah.

Orang sakit kusta, ketika itu dipandang kena kutuk, maka harus diasingkan. Inilah yang amat menyakitkan. Dengan ditahirkan oleh Yesus, perasaan terkutuk hilang. Orang merasa dibebaskan. Dan yang lebih penting adalah, orang jadi hidup wajar kembali, seperti saudaranya yang lain.
Perasaan dipulihkan jadi hidup wajar ini, memunculkan kesadaran bahwa Allah itu mengasihi manusia. Dan lalu akhirnya bisa mensyukuri karya Allah. Berterimakasih pada-Nya. Penyembuhan hanyalah jalan, menuju orang hadir pada Allah. Orang sampai pada perasaan bahwa Allah yang mendampingi umatnya, inilah yang jadi tekanan.

Dikatakan, dalam KS, imanlah yang menyelamatkan, maksudnya kepasrahan pada Allah memampukan orang menghadapi perkara-perkara dunia. Dengan setia, juga ketika sakit.

Mari kita membangun semangat terimakasih. Semangat bisa bersyukur, atas kebaikan sesama, atas kebaikan orang.  Baik jika nanti malam, mau tidur, dihitung tiga kebaikan orang lain yang kita terima hari ini. Atau sebaliknya. Tiga kebaikan apa yang sudah kubuat untuk sesama.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung ypm-

Kamis, September 30, 2010

Gereja Wong-wetan


Tahun tujuhpuluhan, bahkan tahun delapanpuluhan, masih terdengar persepsi, bahwa Gereja Katollik itu, gerejanya kaum kolonial. Agama penjajah. Dengan inkulturasi, akulturasi, interkulturasi, anggapan itu semakin berkurang.

Kelompok peminat musik-calung banyumasan, sudah sekian kali berlatih. Makin lama, makin enak terdengar di telinga. Beberapa lagu mulai fasih dibawakan, baik oleh penyanyi maupun penabuhnya. Penabuh, yang mayoritas pegawai gereja katedral. Penyanyi yang seorang seniman Jawa-banyumasan, baik secara ilmu maupun ekspresi seni budaya.

Untuk menjadi sebuah musik yang indah, yang banyumasan, diundanglah guru dan praktisi seni calung dari Cilongok. Tiga kali sudah mereka datang ke Paschalis Hall, untuk membetulkan paduan musik yang sekiranya belum betul. Atau belum pas di telinga. Atas sentuhan mereka, makin laras-lah alunan musik calung itu. Kurang-lebihnya, semakin mendekati pakem gamelan calung model banyumasan yang otentik.

Tiap kali datang melatih, butuh waktu sekitar dua-jam. Karena malam, sulit kendaraan, maka Kijang-hijau dinaspun, melaksanakan tugasnya, menghantar & menjemput. Tentu dengan honor yang sepantasnya.

Dari latihan musik secara bersama, terjadilah kontak budaya. Dan juga kontak person-manusia. Tentu saja dengan masalah-malah harian yang dihadapi. Sekolah, kerja, pertanian yang gagal, asal dan usul, dsb-dsb. Pada sebuah perjalanan pulang menuju Cilongok, salah seorang pelatih musik Calung bertanya: 'Sing tumut latihan calung wau, sedaya tiyang-wetan nggih pak !?'
Pengemudi Kijang Dinas, agak kaget dengar pertanyaan orang Cilongok asli tersebut. Lalu beri jawaban, 'Boten, malah katah sing seking Banyumas mriki. Sing ngendhang saking Kapencar Wonosobo. Sing ngegong, tukang bersih greja, seking Plumutan Purbalingga. Sing demung, sok nyoting BMS TV, lahiran Purwokerto mawon. Sing ndemung sijine, pedamelane jaga Pascalis-hall mriki, seking Purbalingga. Konsultan musik wau, bapake seking soka negara. Mbahe, seking Adisara. Ibune nika, seking Brani, pinggir Kali serayu. Sing sekang wetan niku namung kula. Ning seniki nggih ilate kalih batine empun banyumasan. Malah lali wetane.

Hampir satu abad, Gereja hadir membumi di tanah Kamandaka ini. Namun, masih ter-persepsi, agama Katolik, adalah agamanya 'Wong wetan'.

Mari kita membangun persepsi, Gereja Katolik, bukan gerejanya 'wong wetan' semata. Namun gerejanya semua, dari timur ke barat. Dari utara, dari selatan. Dari seluruh dunia.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Senin, September 27, 2010

Keladi TIkus

shinchanAda orang yang berpendapat, penyakit kanker, hampir tak bisa disembuhkan. Ada orang yang punya pengalaman, tumornya bisa hilang. Ada pula laporan, orang sakit kanker, habis dana 500 juta, tak sembuh, malah mati.

Keladi Tikus, adalah tanaman, sejenis umbi-umbian. Perkembang-biak-an-nya, mirip pertumbuhan penyakit kanker. Jika dipangkas, tumbuh lagi. Jika dipangkas tumbuh lagi. Malah semakin melebar. Dan ternyata, karena kemiripan itu, yang lalu bisa, tumbuhan  ini untuk meng-atasi penyakit kanker. Tentu lewat pengolahan yang bijaksana, dan herbalis, serta non manipulis.

Dikatakan, non-manipulis, karena di pasaran banyak obat-obat berlabel herbal, namun dimanupulasi, soal komposisinya, atau malah juga bahannya. Maka musti hati-hati. Kata Pak Agus si peng-obat herbalis, menyatakan pesan-pesannya di hadapan para student..

Sekelompok orang*, terdiri dari petani, rohaniwati, aktivis PSE, Lurah-wati, petani ladang, petani sawah, petani gula, petani ikan, minggu lalu pergi bersama. Kepergiannya untuk mempelajari tanaman-tanaman obat. Yang ternyata diciptakan oleh Tuhan, untuk menjadi berguna, dan terapis. Dipelajari bersama manfaat beberapa tanaman. Dicermati karakteristiknya.  Dipelajari bagaimana menanamnya. Digambarkan pemasarannya. Ketika pulang dari pelatihan, pulanglah mereka membawa oleh-oleh berupa ilmu & bibit. Untuk diterapkan, diujicobakan. Jika berhasil, lalu untuk dikumpulkan dan dijualkan.


Yang dimengerti secara baru, adalah tanaman-tanaman:
1. Keladi Tikus, ternyata bisa untuk meng-atasi tumor & kanker.
2. Daun Dewa, ternyata bisa untuk meng-atasi stroke, darah tinggi.
3. Palem Luar, ternyata bisa melunakkan inflamasi, melajukan aliran darah.
4. Dlsb.

Pengobatan, apalagi herbalis, intinya untuk bantu sesama. Dari yang sakit, jadi sehat kembali. Dari yang sehat, untuk tetap sehat. Bukan untuk cari untung semata. Peng-obatan, adalah  relasi antar manusia. Yang memulihkan. Jaringan tubuh yang macet, dipulihkan, agar bisa jadi mahkluk sedia kala.

Para petani, yang belajar.
Penceramah, pengobat herbalis.
Fasilitator,
Semua-nya tercakup dalam satu kata 'Pem-berdaya-an'. Agar para petani, umat punya daya. Daya ekonomi, daya hidup sehat, daya relasi sesama.

Selamat mem-berdaya-kan, para petani di Tahun Pertanian Keuskupan Purwokerto.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

*Kelompok tani Paroki Katedral, studi bertanam obat. Ke Boyolali. Tgl 26-27 Sept. 2010..

Sabtu, September 25, 2010

Terus NgapaK..........


Kitab Suci minggu ini mengkisahkan secara kiasan, dua nasib orang yang berbeda.  Pertama orang kaya. Kedua, Lazarus, orang miskin. Kedua-duanya, adalah keturunan Abraham, namun akhir cerita beda nasib. Apa penyebabnya. Kekayaan, bukan. Kemiskinan, juga bukan. Keduanya tak otomatis jamin, orang masuk sorga. Orang kaya masuk sorga, bisa. Orang miskin, tak bisa masuk sorga, kiranya juga banyak.  Apalagi jika kejahatannya, bertumpuk-tumpuk.

1.       Apakah orang tak boleh kaya, siapa bilang. Seyogyanya kita semua jadi orang mampu. Mampu juga dalam hal financial, ekonomi. Karena dengan begitu kita dapat menolong banyak orang.
Sebisa mungkin,kita tidak  miskin. Suasana miskin, memang repot sekali. Miskin dalam arti ekonomi. Jika kita miskin, susah untuk bisa menolong orang. 

Terkadang miskin, adalah sebuah fakta yang tak ter-elakkan.  Oleh karena itu, manusia musti bijak berhadapan dengan situasi miskin. Dan tentu bijak pula dengan kekayaan. Karena jika tak hati-hati, kita bisa hancur oleh yang namanya kekayaan itu sendiri.

2.       Ada sebuah truk-angkut ayam. Di kacanya, bertuliskan ‘titipan ilahi’. Apa maknanya. Tentu, usaha  itu, dengan asset-aset ayam yang ribuan jumlahnya, dipandang oleh si pengusaha sebagai anugerah Tuhan. Maka tak boleh sembarangan mengelolanya. Peran Tuhan dirasakannya. Aset, adalah 'titipan' dari Tuhan, pikirnya.
Sebuah truk pengangkut krosok, di kaca depan bertuliskan ‘Kidung Adi’. Tentu ada maksudnya. Usaha krosok, barangkali dihayati seperti kidung, seperti lagu. Lagu yang adi, yang baik. Baik di mata Tuhan. Konsekwensinya, dijalankan usaha itu secara indah.Tidak asal-asalan. Apalagi asal senang.

3.       Harta benda, adalah perlu. Namun ada catatan, jangan sampai jadi gelap mata. Karenanya, bisa jadi, lalu orang-orang lain, selalu dinilai dengan harta. Ada istilah ‘mata-duiten’. ‘Mata bandanen’. 

Dalam kisah kiasan di Injil, Lazarus berkenan di hadapan Tuhan, karena dia berkeyakinan bahwa orang lain, orang kaya, punya hati kasih pada sesama, terutama yang amat kekurangan.  Meski keyakinannya itu ternyata Keliru. Si kaya dalam KS, ternyata pelit.

Si kaya, dalam KS, tak berkenan di hadapan Allah, karena. Pertama, dia kurang dalam hal kepekaan terhadap sesamanya, terutama yang menderita. Kedua, dia tak yakin, atau kurang percaya bahwa seseorang itu bisa bertobat.  Ketika dia sudah mati, ingin ke dunia lagi. Untuk meng-ingatkan saudara-saudarinya, agar percaya. Agar bertobat pada Tuhan. Dia ingin turuntangan dengan memohon agar diutus seseorang,untuk tugas peng-ingat-an itu. Ia terbelenggu ketidakyakinan akan potensi orang, bahwa bisa berubah jadi baik.   

4.       Seorang imam senior, yang kini sudah meninggal, dalam nasehatnya kerap memberikan kalimat-kalimat untuk mengkritisi sesuatu: ‘Untuk apa ? Dan 'Terus ngapa ?’  Barangkali, ini baik sebagai bahan refleksi. 

Kita berusaha punya gaji gedhe. Untuk beli  ini, itu. Kalau punya ya, terus ngapa.
Kita tidak minder, karena dipandang orang berpunya. Ya terus ngapa ?
Kita berhias ini,itu. Biar indah. Nek indah ya terus ngapa. Dikagumi orang. Nek dikagumi, ya terus ngapa. 
Kita bisa naik montor banter. Nek banter ya terus ngapa. Ngebut, nek ngebut ya terus ngapa. 
Cepet tekan. Nek cepet ya, terus ngapa. 
Dsb. Dsb.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.

Wasalam: 
-agung pypm-

Senin, September 20, 2010

Sepeda-Mini

Ada macam-macam sepeda. Sepeda klasik, sepeda jengki, sepeda mini, sepeda banci, sepeda gunung, sepeda BMX. Semakin banyak orang Purwokerto berkendara naik sepeda. Namun di jalan-jalan, kerap masih dipandang sebelah mata, alias ternomorduakan. Hal itu kelihatan jika orang mau berbelok, motong saja di depannya, tanpa beri isyarat. Belum lagi tindakan lain yang membahayakan.

Di beberapa kota besar, sebagai contoh Yogyakarta, di per-empatan jalan-jalan utama, di mana ada 'traffic-light', lampu merah, di baris terdepan ada gambar sepeda. Dan bagian itu dikhususkan untuk pengendara sepeda. Jadi di bagian terdepan, bukan di tengah, atau belakang. Kendaraan bermotor lain, atau yang besar diposisikan di bagian belakangnya. 

Di Purwokerto, jika sepeda ambil posisi terdepan, kerap malah dipelototi mata orang. Sebuah keadaan yang terbalik, dipandang dari sudut pandang budayanya. Budaya sepeda, budaya non-polutif, budaya ramah lingkungan, budaya memberi ruang untuk yang kecil, belum terhayati oleh masyarakatnya. Sebuah etika budaya sehat, yang masih harus dibangun. Agar tak ketinggalan dengan kota-kota lainnya.

Mari kita bangun sikap ber-budaya.


Wasalam:

-agung pypm-

Rabu, September 08, 2010

Mikro-Wedus

Ada sebuah jenis mobil umum. Tak besar, tak kecil, ukuran sedang. Rodanya 4, bukan 6. Biasa dikenal 'Mikro-bus'.  Kendaraan umum trayek Sampang-Buntu-Wangon, berjenis itu. Juga purwokerto Bumiayunan. Penumpangnya, bepergian jauh-dekat. Tapi tak jauh-jauh amat.

1. Di Margasana, sebuah mobil penumpang jenis mikro-bus, disembelih. Bodinya dilepas. Chasisnya dipasangi bak kayu, untuk angkut pasir, dari Sungai Serayu, ke tepian jalan. Itu dilakukan, karena bisnis penumpang, sudah tak menguntungkan. Angkut pasir, lebih ada rezekinya.


2. Sebuah kendaraan jenis itu, berwarna biru muda. Bertrayek Karanglewas-Cilongok-Ajibarang. Setiap kali berpas-pasan di jalur tersebut. Jika ketemu, yang kelihatan dari jendela, bukan kepala-kepala manusia, melainkan kepala-kepala Wedus. Suatu saat berjumpa mobil tersebut di pasar. Ternyata, itu memang mikro, tapi khusus melayani bakul-bakul wedus. Maka tak heran, di jendalanya, yang kelihatan lebih kepala wedusnya, daripada kepala manusia. Jadilah kendaraan umum, bukan mikro-bus tetap mikro-wedus.


3. Seorang pengusaha angkutan di Purwokerto berkisah, usaha angkutan penumpang turun lebih dari 30%, sesudah kredit sepedamotor demikian mudahnya. Maka banyak yang tak kuat, lalu alih usaha. Bagi yang tak luwes, banyak yang gulung tikar.


Sebuah mobil pemudik, bertuliskan, 'Kere-aktif'. Nampaknya betul, yang aktif, yang kreatif, adalah  bisa berkembang mengisi hidup ini.

Selamat berkembang.

Syalom. Wilujeng. Rahayu. Mina al aidzin, wa al fa idzin.

Wasalam:
-agung pypm-

Sabtu, September 04, 2010

Kitab-Jahat, atau Kitab-Suci


Bulan September adalah Bulan Kitab Suci. Maksud dari moment ini, adalah agar Kitab Suci semakin akrab dengan kita. Dan hidup kita semakin diwarnai oleh ajaran Kitab Suci. Sehingga semakin bermutu.

Kitab-Suci, yang terdiri dari PerjanjianLama & PerjanjianBaru, dikatakan  suci. Alasannya, berisi  ajaran-ajaran yang jika orang mengamalkan, akan menjadi suci. Berbeda dengan kitab-jahat, tentu akan menghantar orang menjadi jahat. 

Kitab, artinya buku. Suci adalah kata, yang berkaitan dengan soal baik atau jahat.  Tiap orang selalu ingin baik hidupnya , maka Kitab-suci, menjadi pedoman. Jadi tuntunan. Tuntunan kehidupan.
Isi dari kitab suci, adalah wahyu allah.  Wahyu, artinya Allah yang memperkenalkan diri kepada manusia. Allah membuka siapa dirinya, maka lalu bisa dikenal. Allah memperkenalkan diri tidak lewat tulisan, atau gambar. Allah memperkenalkan diri lewat pribadinya. Pribadi itu, adalah Yesus Kristus.  Proses perkenalan, lewat peristiwa penjelmaan. Disebut juga, Inkarnasi. Allah yang masuk, jadi daging, jadi manusia. Di sinilah terjadi kontak langsung antara manusia dengan Allah. 

Manusia yang percaya pada Pribadi Yesus Kristus, lalu menjawab, menanggapi. Jawaban, atau tanggapan itu, disebut iman. Oleh karena itu, soal Iman-wahyu, adalah soal komunikasi. Satu realitas, dilihat dari dua sudut pandang. Dari sudut Allah, komunikasi  disebut wahyu. Dari sudut manusia, komunikasi itu disebut iman.
Jadi yang kita imani, bukanlah buku, bukanlah tulisan, melain Pribadi Allah sendiri.

Pribadi Allah yang berupa Manusia Yesus Kristus itu, dulu hidup, mengajar, berkarya menyembuhkan orang, memberi makan.  Murid-murid yang sekian lama hidup bersamanya, menyaksikan peristiwa-peristiwa itu. Lalu ada orang-orang yang menuliskannya.  Mereka-mereka itu kita kenal, sebagai Matius, Markus, Lukas & Yohanes.  Allah mewahyukan dirinya, dengan melibatkan tangan-tangan manusia.

Maka benar, bagian-bagian dari kitab suci, ada yang berbeda-beda. Terasa kadangkala tidak sinkron. Itu bisa dimengerti. Bisa dikatakan kitabsuci bisa salah, sebagai tulisan. Namun kitabsuci selalu benar, artinya, selalu menghantar orang kepada kebenaran. KitabSuci tidak bakal menyesatkan orang. 

Isi kitab suci selalu menghantar orang pada hidup kasih. Dan kasih itu adalah Allah sendiri. Maka Kitab suci lalu berfungsi menghantar orang sampai pada Allah. Sampai pada Kerajaan-sorga.

Mari kita meng-akrab-i  KitabSuci.

Wasalam: 
-agt agung pypm-