Senin, Maret 23, 2009
Bu Haji & Biarawati
Apa yang menarik dalam diri seorang Bu-Haji. Dan apa pula dalam diri seorang Biarawati ?!
Yang jelas dulu keduanya, sama-sama berjilbab. Namun kini malah tidak. Para Ibu haji, pada semakin rapat memakai jilbab. Yang biarawati, beberapa diantaranya, malah melepas jilbab. Cukup memakai pakaian yang katanya, ramah lingkungan.
Terlepas kesamaan dan perbedaan, yang jelas kedua orang berbeda macam itu bisa bersahabat, erat. Di Stasi Wangon, Suster-suster BKK, berelasi baik dengan banyak warga, termasuk Bu Haji. Bisa demikian, karena mereka bergelut dalam hal yang sama, yakni persoalan kemanusiaan, 'menungsane'.
Manusia yang dihadapi, banyak mempunyai potensi. Potensi itu baru betul efektif, jika diber-daya-kan. Ya, keduanya, bergelut dalam usaha mem-berdaya-kan masyarakat.
1. Minggu 22 Mrt '09, sekitar jam 15.oo, Kijang Hijau Dinas, meluncur dari Purwokerto, menuju KPTT Salatiga. Arah tujuannya, tak lain menuju mem-berdayakan-masyarakat. Penumpangnya ada 6 orang. Lima dari Wangon. Satu, alumnus KPTT, periode lalu. Lima orang, terdiri dari satu umat katolik, empat non katolik. Malah salah satunya, seorang sarjana baru lulus, yang adalah putranya Bu Haji--yang tak lain adalah Bu Lurah.
2. Mereka mengikuti kursus pertanian ramah lingkungan, alias pertanian model organik. Pembiayaan dari Dana pengembangan Stasi Paroki Katedral, difalisitasi PSE. Didukung Oleh Rm Wartaya, pihak KPPT, sehingga dapat bea kursus agak miring. Dus, berbagai pihak ambil bagian dalam usaha pemberdayaan tsb.
3. Mereka dikirim oleh Sr Kus & Bu Lurah, disuport oleh Rm Paroki. Ide itu muncul sesudah keduanya naik Kijang Hijau Dinas, studi banding ke Lembah Hijau, karanganyar, dua bulan lalu. Di Lembah Hijau terdapat usaha peternakan, berwawasan 'Zero Limbah'. Tak ada limbah yang terbuang. Semua dimanfaatkan. Malah yang utama, adalah 'lethong'-nya, kotoran hewan.
Kotoran hewan itu diolah sedemikian rupa sehingga bisa jadi dhuit. Tentu setelah diolah menjadi komoditas ekonomi. Itu berupa pupuk-organik. Omzet-nya sudah milyaran. Hal inilah yang menjadikan mereka terbuka wawasan-nya. Wawasan akan pemberdayaan umat & masyarakat.
4. Produk itu bisa dinikmati oleh banyak orang kini. Ujudnya, 'Pupuk Organik Sang Hyang Seri'. Pupuk itu dibagikan kepada petani, disubsidi oleh pemerintah. Arah pertanian masa depan, komposisi pemakaian pupuk: Organik 70 persen. Kimia, 30 persen. Sekarang masih terbalik: 30 persen organik, 70 persen kimia. Atau malah ada daerah yang masih parah, 100 persen kimia. Memang mulai disadari, alam lingkungan, lahan pertanian harus segera diselamatkan.
Dalam ranah teologi dikenal istilah 'dialog'. Agar umat pada rukun, satu sama lain. Ada macam-macam model dialog. Dialog formal keagamaan kerap kali njendel, alias buntu. Dialog kehidupan malah bisa jalan.
Tiap orang adalah pelaku kehidupan. Yang dihadapi sama: soal-soal hidup. Soal itu seputar: degradasi lingkungan hidup, ekonomi, nafkah, makan, kesehatan, politik, pupuk, obat, hama, pendidikan, lara-mumet, diare, kanker rahim, bocah udud, miras, sampah-menumpuk, dsb-dsb.
Selamat meng-gencar-kan dialog kehidupan.
Syalom. Willujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-
Label:
Kemasyarakatan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar