Minggu, September 27, 2009

Ju-bin


Di bioskop-bioskop diputar film. Jenis film yang diputer, biasanya satu dimensi saja. Lebih indah jika dua dimensi. Lebih indah lagi jika tiga dimensi, meskipun harus memakai kacamata khusus. 


Kotak bujursangkar bisa dilihat dengan sisi tiga dimensi. Di sinilah keterbatasan mata manusia, hanya bisa melihat dimensi terbatas. Manusia adalah makhluk multi dimensional. Tidak hanya satu, atau dua, atau tiga, namun banyak dimensi. Maka yang namanya manusia tak terbatas, tak ada habisnya untuk dilihat. 


Demikian juga Kerajaan Allah, sifatnya multi dimensional. Demikian kaya arti & makna-nya. Tentu saja, arti-arti & makna yang sesuai dengan kehendak Allah. Salah satu dimensi Kerajaan Allah adalah harmoni. Harmoni dengan alam, harmoni dengan lingkungan. Maksudnya, Kerajaan Allah dirasakan kehadirannya, jika terjadi relasi harmonis manusia dengan alam. 


Kedekatan dengan alam, menjadikan alam terjaga. Termanfaatkan, tak diperas, atau dirusak-kan. Alam memberi sesuatu nilai kemanfaatan. Manusia menikmati sumbang sih dari alam itu. Hidup yang berpola demikian, disebut hidup yang berwawasan alam. Berwawasan lingkungan. Material yang mendekati ke-aslian, disebut bersifat alami. Di situ terkandung nilai-nilai plus, yang tak tergantikan. 


Di Stasi Kaliwedi & Genthawangi, setelah dijubin model terkini, umat yang ikut misa lalu lepas alas kaki. 


Di RS St Elizabet Lama, Jl Gatot Subroto, ada sal-sal untuk orang sakit. Sal-sal baru, lantainya bertegel jenis keramik. Salah satu sal yang cukup luas, tetap dipertahankan memakai tegel model lama, terbuat dari semen dan pasir. Jika dibandingkan, dan juga diiyakan oleh Suster Kepala, rasa-suasana sal yang ber-alaskan tegel model lama, lebih sejuk. 
 

Di Purwokerto maupun di Yogyakarta, terdapat perusahaan pembuat tegel konvensional, gaya lama. Namanya PD Kunci. Yang di Yogya, berproduksi sejak jaman sebelum kemerdekaan. Kini usaha itu masih jalan, malah justru bisa berkembang. Pemakai produk tegel-nya justru banyak hotel-hotel berbintang di Pulau Bali.

Membangun 'Jubin', dengan model tertentu, adalah sebuah pilihan. Pilihan membuat bangunan.  Tentu didahului dengan pertimbangan. 



Hidup dekat dengan alam, hidup bersahabat dengan lingkungan, adalah sebuah pilihan. 
Memghadirkan Kerajaan Allah, dengan hidup gaya ramah lingkungan, melestarikan alam, adalah juga sebuah pilihan. Pilihan berlandaskan pada Iman.  



Selamat, akrab dengan alam.
Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu-rahayu-rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Rabu, September 23, 2009

Sukun & Kerajaan Allah













Sebuah Bus Sinar Jaya, trayek Kroya - Jakarta. Di pagi-pagi benar, esuk umun-umun, berhenti di sebelah selatan kawasan Kota Jakarta. Tepatnya kidul stasiun KA. Tak menurunkan penumpang, namun menurunkan Sukun-sukun dari bagasinya. Ternyata, buah-buah sukun itu dikirim dari daerah Binangun, Widara Payung Cilacap. Daerah tak jauh dari kediaman istri kedua Noordin M Top.

Sesudah diturunkan, diteruskan dimuat bajaj, di bawa ke sebuah tempat. Untuk diolah jadi makanan, dan dipasarkan. Sukun-sukun itu menjadi bahan komoditi. Sebuah hasil bumi, jadi komoditas ekonomi. Menghasilkan uang, menunjang kehidupan. Buah yang dulu tak ada, jadi ada, karena ada penanaman pohon. Pohon Sukun. Dan itu merupakan buah dari sebuah gerakan beberapa tahun yang lalu, yakni gerakan penghijauan, dengan menanam pohon Sukun. Kecuali rindang, juga menyejukkan.

Di antara stasi-stasi Paroki Katedral Purwokerto, ada yang namanya Stasi Genthawangi. Stasi ini agak berbeda dengan yang lain. Salah satu cirinya, adalah hampir tiap rumah penduduk rindang, tak panas, karena selalu ada pohon-pohon di halamannya. Pohon-pohon itu, pohon mangga, atau pelem dalam bahasa Jawanya. Kini sudah mulai berbuah, nambah asri suasana. Warna hijau, teduh, dilengkapi dengan buah segar tergantung di ranting. Sejuk, tak kimiawi, tapi sejuk alami. Suasana nyaman itu, bisa terjadi, karena beberapa tahun yang lalu, pernah ada gerakan. Bukan gerakan demonstrasi, provokasi, tapi gerakan menanam pohon. Sebuah kegiatan penghijauan, yang sekaligus bernilai tambah, menghasilkan buah.

Demikianlah, jika ada relasi harmoni antara manusia dan lingkungan. Saling meng-untung-kan. Manusia diuntungkan, ketika alam sekitar, dirawat, direboisasi. Tak dieksploitasi. Dikelola secara seimbang. Memang alam tak baik jika diperas habis-habisan. Akan ada balasan. Pesan 'kuasailah jagat raya dari kitab Suci' mesti diartikan sebagai kegiatan mengelola, merawat, melestarikan alam lingkungan. Tak berarti memerasnya habis-habisan.

Bacaan Kitab-suci hari-hari ini, juga mem-pesankan pada para murid, untuk mengabarkan Kerajaan Allah. Dan pemberitaan Kabar gembira Kerajaan Allah, mesti bersifat kabar gembira. Sesuatu akan menjadi kabar gembira, jika tercipta relasi baik dengan sesama. Sesama yang adalah manusia. Juga sesama, yang adalah alam lingkungan. Pohon-pohon, tanaman keras maupun padi-palawija. Tanah yang subur. Cadangan air yang memadai. Tak mengandung ancaman banjir atau kekeringan.

Bulan depan adalah juga perayaan Kristus Raja semesta Alam. Sebuah konsep pengertian bahwa keberadaan Yesus Kristus di dunia, tak lepas dengan situasi alam. Alam yang terjaga, adalah bentuk real ungkapan akan pengakuan Yesus Sang penguasa alam ini.

Penghijauan-penghijauan, adalah sebuah upaya untuk melestarikan, merawat alam dan lingkungan. Kegiatan itu tak harus berskala besar. Atau bernilai milyaran. Bisa berupa gerakan. Gerakan bersama, menanam pohon. Bisa pula gerakan personal.

Di sebuah tempat, ada bengkel spesialis, Jeep. Namanya, Bengkel Seribu Pohon. Bengkel itu sejuk, karena diatapi oleh pohon-pohon yang rindang & men-sejuk-kan.

Selamat, menikmati ke-rindang-an & ke-sejuk-an, dari pohon-pohon.

Syalom. Wilujeng Wengi. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-
www.lelakuku.blogspot.com

Sabtu, September 19, 2009

Gagah

Ada sebuah lagu anak-anak, yang mengandung warna sanjungan akan ke-gagah-an. 'Aku seorang kapitet, mempunyai pedhang panjang, Kalau berjalan prok-prok-prok. Aku seorang kapitet.......'.

Dalam bahasa kemasyarakatanpun, kerap terdengar kalimat-kalimat sanjungan, 'Semoga, kalau gedhe nanti gagah, seperti 'Super-man', seperti Werkudoro. Gantheng seperti bintang filem. Cantik seperti bidadari. Luwes, seperti Miss Universe.

Sebuah siang, Trail-mot-nas berada di kawasan pegunungan bagian barat Banyumas. Menuju sebuah desa yang belum pernah didatanginya. Karena belum yakin akan arah posisinya, maka bertanyalah pada seseorang. Orang itu gadis remaja. Sedang tunggu sebuah toko kecil, jadi satu dengan rumah kecantikan, sebagai 'Salon Desa'. "Mbak, mau tanya, Dusun Kemantren itu mana ya...?'. Anak remaja itu, tak segera jawab, malah lari ke belakang, sambil bicara berteriak, bilang pada ibunya, 'Mak kae ana tukang ojek, arep takon maring Kemantren. !!!!!'. Tak berapa lama kemudian, ibunya keluar ke depan, beri keterangan posisi Desa Kemantren.

Habis diberitahu informasi, lalu Trail-mot-nas segera pergi. Tempatnya, masih agak jauh. Tenggorokan terasa haus, maka lalu beli wedang kopi di warung desa. Sambil udud & minum kopi, tanya-tanya peristiwa tadi, berefleksi, 'Kok remaja tadi sebut-sebut, ana tukang ojek arep takon maring kemantren'. Siapa tukang ojeknya ?. Pengendara Trail-mot-nas, dikatakan sebagai tukang ojek ?!. Padahal, coba berkaca dlm bayangan, merasa diri gagah. Pakai sepatu boot. Pakai jaket tebal. Pakai kaos tangan. Pakai helm cakil berkwalitas. Koookk, tukang ojeeeeg.....?.

Sesudah sekian waktu di daerah itu, terketahuilah bahwa di sana ada tukang-tukang ojeg. Banyak di antara mereka motornya, berjenis trail, karena beratnya medan. Side efeknya, 'gebyah uyah'. Tiap orang pakai motor jenis trail, dipandang sebagai tukang ojek.

Jadi, gagah tak harus seperti kapitet. Tak harus seperti bintang filem. Tapi bisa juga gagah, seperti tukang ojek.

Selamat, untuk yang profesi tukang ojeg.
Selamat jadi gagah, seperti ...........

Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Rabu, September 16, 2009

Kursus ITB

Ada bermacam-macam kursus ditawarkan. Kursus bahasa asing. Kursus komputer. Kursus bikin kue. Dsb-dsb. Semuanya mengarah agar orang punya ketrampilan. Punya daya. Daya berkembang. Daya ekonomi. Daya hidup. Penting pula punya resep. Resep hidup agar bertahan dari godhaan. Maka dalam kekatolikan diselenggarakan 'Kursus Persiapan Perkawinan'.

Di tepian Sungai Serayu, terdapat sebuah kapel kecil. Seorang remaja Es-em-pe, klas satu, rajin ikut ekaristi dua mingguan. Tak sekedar ikut, duduk doa saja. Tapi sebelum ekaristi dimulai, turut menyiapkan sarana-sarana liturgi. Piala, roti-anggur, buku-buku bacaan, dsb. Dus, sekaligus dia sebagai koster. Adhiknya yang masih balita, kerap membantunya. Bawa gelas kecil dan wijikan, dari sakristi ke altar.

Jika ekaristi dimulai, Si remaja Es-em-pe juga jadi pembaca. Biasanya, Bacaan pertama. Dus juga, dia sebagai lektor. Bagian doa-umatpun, dia yang doakan. Dus, juga sebagai pendoa-umat. Dialah satu-satunya umat muda, yang paling mumpuni di stasi itu. Seorang remaja Es-em-pe, klas tujuh. Menurut istilah mendiknas, era kabinet persatuan.

Suatu hari, sepeda si remaja Es-em-pe, klas tujuh, ban-luarnya pecah. Maka harus diganti. Dia ganti dengan yang baru, sesudah dibelikan orang-tuanya di pasar Rawalo. Gantinya, tak di bengkel. Tapi diganti sendiri. Alat-alatnya, terbatas. Untuk ngatasi keterbatasan, buat njugil ban, dia pakai sendok makan. Jadi tak ada rotan, akar-pun jadi. Sendok makan, bisa buat ganti ban. Tak hanya untuk suap nasi. Tak hanya kreatif, tapi sungguh aktif. Lebih dari sekedar 'kere-aktif', spt yang tertulis di mobil angkot.

Rabu kemarin, pagi-pagi, mobil kijang dinas hijau, meluncur ke rumah si remaja es-em-pe, klas tujuh. Yang juga koster, yang juga lektor, yang juga pendoa umat. Kedatangan kijang, untuk menghantar ke sebuah pengusaha tambal ban. Remaja es-em-pe, klas tujuh, sedang libur sekolah idul-fitrinan, selama duabelas hari. Selama sepuluh hari, waktu liburan hendak diisinya dengan kegiatan. Bukan kegiatan wisata ke Pulau Dewata, atau Danau Nirwana. Melainkan akan diisi dengan kursus. Yakni kursus 'tambal ban'.

Setiap pagi, kini dia naik bus duaribuan. Berangkat kursus 'nambal ban'. Cita-citanya, ingin menjadi juragan ban. Seperti 'Subur Ban', Jaya Ban, .........ban.

Selamat bepergian, dengan memakai ban.
Jika gembos, mampirlah ke tukang tambal ban.
Berkat 'ban', terdukunglah kehidupan beriman.

Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam:

-agt agung pypm-

Senin, September 14, 2009

Muka masam

Seorang ibu guru yang soleh, sebuah sore menceritakan pengalaman ke-Tuhan-an-nya. Yang menjadi pengalaman ke-iman-an-nya. Ketika sekolah di es-em-pe, disodorkan pada anak-anak didik, untuk memilih pelajaran agama yang dikehendakinya. Ada beberapa guru agama, dengan spesialisasi ilmu agama yang dibidanginya. Ada guru yang wajahnya masam terus. Kecut. Tak pernah ramah. Salah satu guru yang lain, adalah guru agama katolik. Guru yang satu ini, khas dibanding yang lain. Dia, tak pernah marah. Wajahnya ramah. Murah senyum. Dan rendah hati. Semangat keterbukaannya, semangat persaudaraannya, menarik bagi calon ibu guru soleh, yang ketika itu seusia gadis es-em-pe.

Ketertarikan pada guru agama katolik, menuju ke pertanyaan, 'ada apa' di balik pribadi bapak guru, yang rendah-hati itu. Keinginan-tahu pada guru, menjadikan dia murid yang rajin & tekun. Dari ketekunannya, meningkat lebih lanjut, akhirnya menjadi katekumen. Dalam proses pembelajaran, sebagai katekumen, diketahuinya bahwa pak guru agama katolik punya semangat. Semangat itu, adalah semangat iman. Iman akan Gusti Yesus Kristus. Gusti Yesus, yang jadi pegangan pak guru agama katolik, ternyata tak senang perang. Tak senang pula kekerasan. Yang disenangi malah, pengorbanan. Pengorbanan demi sesama. Banyak penyembuhan dilakukannya, dengan gratis. Gusti Yesus itu, karena kegiatan penyembuhannnya jadi terkenal. Dicari banyak orang. Namun, Dia tak mau jadi terkenal. Dilarangnya, agar jangan cerita pada siapa-siapa, jika Ia berbuat baik.

Ajarannya, Gusti Yesus juga lain daripada yang lain. Cinta, tak hanya ditujukan pada orang yang disenangi saja, malah juga ditujukan pada orang yang tak disenangi. Malah, musuh-pun, supaya dicintai, dan dimaafkan. Wuedan. Ajaran, yang di luar kebiasaan.
Jika beri sedekahpun, disarankan jangan omong-omong. Jika tangan kanan beri sodakoh, tangan kiri jangan sampai tahu. Weladalah, kopyah.
Juga jika puasa, diajarkannya, jangan bermukamurung. Minyaki rambut, agar tak kentara jika sedang puasa. Weladalah.
Pula jika doa. Diajarkan, masuklah di kamar. Tutuplah pintu. Tuhan Allah sudah tahu apa yang hendak kau doakan. Tak usah teriak-teriak. Apalagi maksa-maksa orang untuk berdoa.
Tuhanmu juga tak jauh di sana. Tuhanmu, dekat padamu, sebutlah dalam doamu dengan sebutan 'Bapa'.


Itu baru beberapa ajaran. Dari ajaran itu, terkesimalah gadis es-em-pe itu. Kian lama jadi yakin. Karena ternyata Gusti Yesus itu, rela mati untuk umatnya. Dia yang mengorbankan diri-Nya. Tak mengorbankan orang lain. Tak juga mengorbankan musuh, agar mati semua. Dia sendiri yang memilih mati. Malah mengampuni. Malah juga mendoakan musuh-musuhnya, yang menjadikan Dia dihukum mati.

Selamat. Untuk gadis es-em-pe. Yang kini sudah jadi ibu guru yang soleh. Guru agama lagi. Meniru pak gurunya, yang rendah hati dan ramah. Dan itu, tak lepas dari Sang GURU Sejati. Gusti Yesus sendiri.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung ypm-
www.lelakuku.blogspot.com

Jumat, September 11, 2009

Bakso PMI

Tiga minggu lalu, seorang bayi dibabtiskan oleh orang-tua & neneknya, di hadapan imam, di Kapel Stasi Wangon. Bayi calon terbabtis, menyenangkan, meriangkan. Tak henti-henti orang-tuanya mengamati gerak & gerik bayi kecil itu sepanjang waktu. Liturgi babtisan, jadi satu bagian dengan misa harian. Maka banyak umat yang mengikutinya. Ketika acara liturgi babtisan, si bayi kecil tiba-tiba menggeliat. Sambil mengeluarkan suara, 'Heeeeeek......'. Tiba-tiba diikuti bunyi lain, 'thuuuuut.....'. Payah, si bayi kecil itu 'kentut'.

Efek selanjutnya ternyata benar. Belum ekaristi selesai, si ibu & nenek sibuk mengurusi bayi itu di toilet. Satu kejadian, bertautan dengan kejadian lain, sebelumnya. Seperti efek domino.

Seorang warga, kelahiran Yogyakarta, pemuda gagah-berani. Suatu saat sakit perut. Diperiksakan ke dokter, tertemukan ternyata mengidap sakit usus buntu. Lalu dioperasi. Masuk RS Pantirapih. Sesudah dioperasi, diberi pesan tegas oleh perawat, 'Jangan minum, sebelum kentut'. 'Tunggu minumnya, walaupun amat haus. Boleh minum, jika sudah kentut'.

Tetapi, dasar pemuda 'gagah-berani'. Ketika perawat sesaat meninggalkan si pasien, untuk menyiapkan obat, si pemuda diam-diam mengambil minuman. 'Glegek, glegek, glegek'. Nekat minum, melanggar larangan suster perawat. Tak berapa lama kemudian, si pemuda gagah-berani meregang nyawa. Mati, menuju ke alam baka. Kejadian yang tak harus terjadi, jika orang ikuti nasehat dokter & perawat yang benar.

Seorang bapak, yang sudah berkeluarga cerita masa mudanya. Dia pernah jatuh cinta. Dengan wanita yang kini jadi istrinya. Keindahan jatuh-cinta, dilukiskannya seperti lagunya Edy Silitonga. Malah lebih dari pada itu, katanya bau kentutpun rasanya wangi. Sesuatu yang dibuat memang meng-ada-ada, guna melukiskan keindahan cinta.

Dalam hidup, selalu ada-ada saja. Hal yang tak menyenangkan namun berupa sebuah fakta. Yang tak terhindarkan, tak terbantahkan. Merupakan bagian dari kehidupan. Malah hakiki. Bahwa itu diciptakan, tentulah ada maksudnya.

Selamat mengelola ciptaan-ciptaan Tuhan.

Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Rabu, September 09, 2009

Bakso(I)

Pic04414[1]Banyak orang senang makan bakso. Ada macem-macem bakso. Bakso malang. Bakso kuah. Bakso malvinas. Kerap ditambahi, label 'Asli Solo'. Ada pula di terminal Ajibarang, 'Bakso Paijo'. Di dekat kantor PMI Purwokerto, terdapat sebuah warung yang cukup ramai, namanya 'Bakso Kenthut'.

Sebuah siang di sebuah antrian para nasabah BRI, di kawasan Purwokerto, terdapat seorang ibu-ibu tua berjilbab. Dia ikut antri di depan teller, untuk mengurus uang simpanannya. Pengudud '76, termasuk orang yang ikut antri. Posisinya, di bagian belakang. 'Let' dua orang.

Tiba-tiba, agak serentak, beberapa pengantri, mengipas-ngipaskan tangannya di depan hidung mereka. Bukan karena panas, melainkan sebagai efek dari sebuah bunyi. Bunyi yang terdengar, adalah 'dhut !'. Ternyata bunyi itu bunyi kentut. Ada orang kentut. Orang-orang pada kelimpungan. Menyengir-nyengirkan hidungnya. Menahan rasa. Rasa bau yang tak sedap. Seorang yang tak bereaksi apa-apa, adalah si ibu tua, yang bercidung jilbab. Ternyata dia adalah si peng-kentut. Orang yang kentut. Situasi sekitarnya, gerah, namun dia tetap PD, percaya diri. Diam. Tak geming. Merasa tak salah. Payah.

Kota Lahat - Palembang, di Pulau Andalas, Sumatra, jaraknya sekitar sejauh Purwokerto - Jogya. Di kota kecil itu pernah ada seorang guru. Suatu kali perutnya sakit. Mengguling-guling tak keruan, menahan rasa sakit. Perutnya kembung. Dia merasa ada angin kuat di dalamnya. Dibawalah dia ke RSUD setempat. Ternyata, di Rs itu, tak bisa segera sembuh. Lalu dibawalah dia dengan mobil ke Palembang. Dihantar ke RS Charitas. Perjalanan, memakan waktu kuranglebih empat jam.

Masuk ke Rumah-sakit pastilah sebentar antri, urusan pendaftaran-registrasi. Ketika menunggu, dirasanya tenggorokan haus. Seorang kawan pengantar memberinya minuman Larutan Penyegar Cap Kaki-tiga. Tak dikira, tak dinyana, sesudah meminum cairan itu, terdengar bunyi, 'duuuuuuuuuuuut.........!'. Keluarlah angin kencang itu dari perutnya. Ya, tiba-tiba dia bisa meng-kentut. Dari nestapa muncul ketawa. Dari peristiwa itu, legalah rasa perutnya. Sungguh terjadi, belum masuk Rumahsakit, penyakitnya jadi lari sendiri.

Kentut. Karena dia, suasana jadi tak biasa. Yakni, resah, tak nyaman di rasa. Tapi tanpa dia, bisa jadi malapetaka. Bahwa dia diciptakan, tentulah ada maksudnya.

Selamat, menjaga diri dari malapetaka.

Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam.
-agt agung pypm-

Jumat, September 04, 2009

Mata Indah Taman Hati(I)

Tiap orang punya mata. Dengan mata orang dapat melihat. Lihat alam, lihat sesama, lihat keindahan. Hidup, bisa terasa jadi indah. Tapi keindahan bisa terganggu, jika ada trouble di bagian mata. Ada gangguan yang tak ternyana-nyana. Maka pentinglah memiliki mata yang sehat. Mata yang normal. Mata yang terjaga.

Mata yang normal, punya ukuran tekanan. Tentu saja tekanan bola mata. Bukan tekanan angin. Dalam bola mata terdapat cairan yang disebut aquos. Cairan itu berganti terus, mengalir sesuai dengan siklus alamiahnya. Maka mata menjadi kelihatan basah terus.
Aliran aquos bisa terhambat. Jika terhambat tekanan bola mata jadi naik, meninggi. Menjadi bertekanan tinggi. Tekanan bola mata yang tinggi disebut glukoma.

Tekanan mata yang normal, adalah di bawah '20'. Jika kondisi tekanan di atas angka itu, ada resiko. Resikonya, syaraf mata bisa tertarik. Jika tertarik terus, bisa rusak. Syaraf yang rusak mengakibatkan penurunan penglihatan. Penanganan medis, berupa upaya agar tekanan bola mata, tak melibihi angka ukuran '20'.

Tekanan bola mata, jadi tinggi, tentulah ada penyebabnya. Penyebabnya, ada bermacam-macam, a.l.:
1. Bisa karena keturunan
2. Bisa pula karena trauma.
Trauma bisa berupa benturan, kena zat kimia, atau radang yang tak segera tertangani.

Mata radang bisa mengakibatkan microorganisma masuk ke dalam bola mata. Zat kimia bisa bermacam-macam kasus belinya. Bisa karena ketumpahan. Bisa pula karena obat. Biasanya obat mata. Atau pengurang rasa nyeri. Kandungan kimawi obat itu biasa disebut steroid. Penderitanya, lalu disebut glukoma steroid.

Mata yang sehat, adalah mata yang dijaga dan dirawat.
Dokter mata, menyarankan, baik kontrol mata tiap setengah tahun sekali.
Dalam obat tetes mata, tertera tulisan: "Jika dalam 3 x 24 jam, tak ada perubahan, segera hubungi dokter mata......!"

Selamat merawat mata. Agar tetap sehat.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-