Senin, Maret 02, 2009

Kapok-mu, kapan

  • Spring Bunny EcardSuatu saat, Trail-mot-nas berjalan pelan dari arah Wangon ke Ajibarang. Di tengah perjalanan, terlihat sebuah sepedamotor berjalan agak terseok karena beratnya muatan. Motor itu membawa dua buah kandi, tergantung di kanan & kiri boncengan. Isinya bulat besar. Karena mencurigakan, motor over muatan itupun diikuti sambil diamati. Ternyata isinya, besi. Bukan sembarang besi, melainkan besi colongan. Besi itu berbentuk gulungan kawat baja, biasa dipakai di tiang-tiang listrik milik PLN. Fungsinya sebagai arde, penyalur arus negatif listrik, agar tenaga listrik stabil.
Beberapa waktu yang lalu, di Kawasan Kemranjen, dekat perempatan Buntu, di pagi-pagi buta sebuah desa gempar. Situasi pagi jadi gempar, karena di pinggir sawah, dekat tiang listrik, ditemukan sesosok mayat laki-laki. Mayat itu tak bisa diketahui dari mana asalnya, karena tak ditemukan selembar kartu identitas satupun dalam dirinya. Setelah diselidiki secara detail, mengapa dia bisa sampai meninggal tak ketahuan, ternyata akibat ke-setrum. Posisinya, di dekat tiang listrik. Juga tepat di bawah kabel listrik. Ada bekas-bekas usaha memotong kabel listrik yang tergantung di tiang listrik. Nampaknya, ketika memotong listrik negatif di kegelapan malam, tubuhnya nyenggol kabel positif. Akibatnya, konslueting, kesetrum, gosonglah tubuhnya seketika, dan jatuh ke tanah.

Belum begitu lama, di hutan jati, selatan Pemalang, ditemukan pula seorang bersepeda tewas di semak-semak. Selidik-punya selidik, di kegelapan malam, dia coba nyolong kabel PLN, dan lalu kesetrum. Ternyata, korban adalah penduduk setempat, yang kewanen nyolong kabel listrik. Padahal, kabel negatif, sudah dipasang di sela-sela kabel ber-arus positif & bertegangan amat tinggi. Disusun demikian, sebenarnya, agar pencuri kabel tak berani lagi nyolong. Orang-orang yang melihat, berkomentar, 'Pancen nekattttttttt !'

Dalam bahasa jawa, ada rangkain-kata, frase, atau pepatah berbunyi: 'Kapok-mu, kapan........!'
Di belakang rangkaian kata itu terdapat pesan-pesan mendasar soal perilaku kehidupan. Berangkat dari perilaku itu yang bersifat negatif. Serta, kenegatifan sudah tak kuasa diperbaiki lagi. Wis.....pol ! Dan itu sudah melewati dinamika-proses penyadaran dan kesadaran:
  1. 1. Orang sudah tahu, bahwa sebuah perilaku dilarang, namun toooooh, tetap nekat melanggar larangan.
  2. Orang sudah tahu bahwa ada aturan, agar hidup tertib-baik, toooooh, tetap nekat tak mau diatur.
  3. 2. Orang sudah tahu, bahwa perilaku bersifat dosa, namun tooooh, tetap nekat melakukan.
  4. 3. Orang sudah sadar, bahwa sebuah perilaku akan mengganggu, malah mengacaukan hidup banyak orang, toooooh nekat mengacaukan.
  5. 4. Orang sudah tahu, bahwa sebuah perilaku bisa membahayakan orang lain dan dirinya sendiri, toooooh, tetap nekat dilakukan.
  6. 5. Orang sudah tahu, akibatnya akan masuk neraka, jauh dari Tuhan, tooooh tetap tak menghiraukan.
Pendek kata, orang sudah tak bisa diajak ke arah baik. Tak ada yang mampu mengerem & meng-ingat-kan. Yang bisa meng-ingat-kan hanyalah keadaan, hukum-alam. Dan di belakang alam, adanya adalah Pencipta Alam. Tak lain adalah Tuhan. Dus hanya Tuhan akhirnya yang bisa meng-ingatkan. Manusia hanya bisa mengatakan, 'Kapok-mu, kapan.............!.

Terimakasih, atas peringatan 'Kapokmu kapan.......!' Dari sana orang diharap eling lan waspada. Ber-perhitung-an, mana yang boleh & mana yang tak boleh. Mana yang boleh terus dilakukan, & mana yang tak boleh terus.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Tidak ada komentar: