Selasa, Januari 27, 2009

Se - 'p'-le

Menjelang Kota Yogyakarta, ada sebuah alat pemantau & penuntun kapal terbang, untuk dapat mendarat tepat di bandara Adisucipta. Orang menamainya, Radar. Pernah, salah satu pengurusnya seorang katolik. Rajin menggereja. Rajin pula berkegiatan-lingkungan ria.

Suatu hari, dari rumah dinas, dia mau mengecek alat vital itu. Kegiatan yang rutin. Naik sepedamotor jenis bebek. Berhubung, jarak rumah dinas dengan pusat alat hanya beberapa ratus meter, tak perlu pakai peralatan bepergian secara lengkap. Cukup sandal jepit. Distart-ter-nya, sepeda motor, lalu cengklek, putar gas, 'ndhrennn...., ndhrennn, ndhrennnnn'. Tapi kemudian tiba-tiba, terdengar suara 'Sreeeek.... Athooo......!'. Apa pasal ? Dari halaman rumah, jalanan agak naik ke arah jalan aspal. Dan ketika motor naik ke aspal, standart-nya lupa dinaikkan. Tak dikembalikan ke posisi off. Dan besi standart itu menghimpit jempol-kakinya dengan aspal. Kaki jempolnya, jadi terluka.

Agar tak berlanjut, jempol kaki diperiksakan ke dokter. Oleh dokter dirujuk ke rumahsakit. Namun, tak terduga, jempol kaki perkembangannya tak sembuh-sembuh. Tak berapa lama kemudian, bapak si penjaga radar meninggal dunia. Istri, anak, & warga lingkungan menyesali dan meratapi, hanya kejadian sepele, nyawa harus ter-renggut.

Adalah juga seorang warga umat. Guru agama profesinya. Pro-diakon, juga salah satu kegiatan pelayanan-nya. Sebuah sore menjelang malam, pergi ke kawan lingkungan, seorang peng-usaha bengkel ganti olie. Dia bermaksud mengganti olie mesin sepeda-motor operasional kerjanya. Jarak antara rumah dengan bengkel olie kawan, tak seberapa jauh. Dalam perjalanan yang tak seberapa itu, suatu kejadian tak-terduga juga terjadi. Dia ber-tabrak-an dengan kendaraan lain. Tubuhnya, terpental. Helm-nya lepas. Kepalanya membentur aspal. Lalu dilarikan ke rumahsakit. Tak ternyana-tak terduga, beberapa waktu kemudian, ketahuan sungguh serius luka-lukanya. Dan lalu.... lalu kini lumpuh. Kakinya sulit untuk digerakkan. Tak bisa beraktivitas. Tak bisa ngajar, juga menggereja. Disayangkan pula, anak-anaknya belum cukup amat dewasa. Salah satunya menjadi seminaris. Seminaris sebuah seminari menengah. Masih butuh topangan seorang bapak keluarga sebenarnya. Dan itu terjadi, juga karena hal se-pe-le.

a/. Barang siapa memperhatikan perkara-perkara kecil, akan bermakna pula untuk perkara-perkara besar. Demikian, kurang-lebih pesan Injil.

b/. Dalam bhs jawa, ada istilah 'angon'. Sering untuk men-sebut, angon wayah, angon perkara, angon ...........

Selamat menuju sembuh, Pak Guru Bambang.
Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.

Wasalam:
-agt agung pypm-

Tidak ada komentar: