Senin, Januari 26, 2009

Rm Liem

Ada seorang imam. Biasa disebut Romo. Romo Liem, namanya. Anggota Sarikat Yesus. Dia seorang keturunan tiong-hoa. Pada sekitar akhir tahun '60-an, dan sekitar tahun '70-an, kerap bersepeda. Menyusuri jalan-jalan, antara gereja Kumetiran--dekat Malioboro-- sampai daerah kecamatan Gamping. Sepedanya, berjenis onthel. Merk-nya Fongres.

Memang dia bertugas melayani umat di wilayah Gamping dsk. Waktu itu Paroki Gamping belum ada. Masih merupakan stasi. Bagian dari Paroki Kumetiran. Maka pelayanan oleh pastor, dijalani dengan nglajo dari kota Yogya. Jaraknya, sekitar 15-san kilometer.

Tak hanya nglajo. Ketika itu imam bersepeda onthel, dengan tetap memakai jubah. Panas-panas lagi. Menyusuri kampung-kampung dan desa-desa. Termasuk Desa Nyamplung, desa saya. Aneka pertemuan lingkungan dan kunjungan keluarga, dilakoninya. Trail-mot-nas masih ingat, ketika itu masih balita. Di rumah dikunjungi Rm Liem SJ. Meskipun, tiong-hoa, bahasa-Jawanya halus mulus. Mlipis. Model jawa kromo-nan, yang amat menjunjung unggah-ungguh, sopan-santun.

Kini Rm Liem sudah tua. Entah sekarang tugas di mana. Yang jelas dia seorang keturunan tionghoa yang -njawani-. Mengingat umat yang dilayaninya, berada di daerah pedesaan. Misa basa jawapun, dia gandhes luwes. Sebuah inkulturasi. Sebuah dialog budaya dan dialog iman, yang lalu jadi.

Rm Sindhunata
Di tahun 1985-nan, bersama tiga kawan pergi ke daerah Malang dan Batu. Untuk, mengerti biara-biara: SVD, Karmel, CDD, CP, Pr-Malang, CM. Kebetulan, di Wisma Karmel Malang bertemu dengan serombongan imam Yesuit. Berkendaraan Toyota Hi-ace. Salah satu yang di mobil itu adalah Rm Sindhunata. Jadi tahu ketika itu, bahwa Rm Sindhu, ber-asal dari Kota Batu Jawa Timur. Dan dia ternyata, juga keturunan tionghoa. Ketika itu, mereka sedang merayakan Misa Perdananya, sebagai imam.

Sesudah ditahbiskan, Rm Sindhu ditugaskan di Paroki Pakem. Karena concern terhadap masalah keadilan, beberapa kali dia dioyak-oyak intel. Di Pakem pula, Rm Sindu mempopulerkan Sumur Kitiran Kencana. Didalaminya pula kebudayaan Jawa. Hasil karyanya aneka rupa, berkisar spiritualitas Jawa. Buku 'Aburing Kupu-kupu Kuning', a.l hasil buah pikirnya. Buah karya ter-kininya, berjudul 'Injil Papat'. Injil yang ditulis dalam bahasa Jawa, bergayakan tembang. Tembang macapat. Sebuah dialog budaya. Sebuah in-kultur-asi.

Theresia Ratih Sawitrijati
Adalah seorang wanita. Ibu dari tiga anak. Semula, terpersepsi, dia anak seorang dhalang wayang kulit. Mengingat namanya, nyrempet-nyrempet tokoh wayang. Tak ternyana, ternyata wanita itu, adalah blasteran. Bapak tionghoa, Ibu jawa-sunda-nan. Ber-profesi sebagi fisikawan. Membagi ilmunya di universitas. Juga mendalami ilmu ke-psokologian, spesifik bagi anak yang memerlukan pendampingan khusus. A.l, autis. Sebuah pelayanan. Diikutinya pula aktivitas berkatekese. Membantu penyelenggaraan katekese. Pengajaran iman bagi umat dan masyarakat. Masuk sbg pengurus komisi katekese Keuskupan Bogor. Sebuah proses in-kultur-asi. Dialog budaya.

Iman kristen menyebar ke seluruh antero dunia lewat proses, in-kultur-asi. Mungkin lebih tepat inter-kultur-asi. Dua budaya yang saling berdialog, lalu saling memurnikan. Dan saling memperkaya. Diawali oleh tokoh Rasul Paulus. Dia, membuka kekristenan dari hanya seputar Yudea, kalangan Yahudi. Meluas ke lingkup Yunani. Dan kemudian, meluas lagi ke Roma. Dan lalu men-dunia. Sampai Indonesia.

Tahun baru Imlek

Adalah sebuah upacara. Hari besar. Dirayakan sebuah peristiwa budaya pada awalnya. Umat yang bersyukur. Syukur atas hasil panen. Imlek, berasal dari dunia pertanian. Lalu meluas. Lewat dialog budaya. Melebar, tak hanya syukur atas panen saja. Melainkan lalu meliputi segala aspek kehidupan. Hidup manusia. Jadi perayaan imlek, adalah perayaan syukur. Syukur atas berkat kehidupan. Juga dimohon rahmat-berkat untuk periode tahun yang akan datang.

Dalam kehidupan, ada takdir. Ada kodrat. Berkulit putih, hitam, coklat, kuning adalah takdir. Khas, berbeda ini dan itu, lalu adalah juga takdir. Asalnya, memang dari Sana-Nya.
Lahir, tumbuh dewasa, mati, adalah kodrat. Semua orang, siapa saja, dari suku apa saja, di tempat mana saja, mengalami hal yang sama: Kodrat, sebagai manusia.
Maka, perbedaan bukanlah batu sandungan. Melainkan, adalah kekayaan. Kekayaan bersama. Itulah syukur & persembahan kehidupan kita. Kekayaan atas ke-aneka-ragaman.

Selamat Tahun Baru Imlek. Ghong Xi Fa Chai.

Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Tidak ada komentar: