Senin, Januari 12, 2009

Bob-Tutup-Oli

Banyak untungnya kadang-kadang ikut yang namanya, seminar, pelatihan, kursus, Upgrading, ong-going-formation, dsb. Dapat ilmu, iya. Dapat pengalaman, iya. Dapat kenalan, juga iya. Menarik lagi, karena orang-orang yang dikenal kerap sudah ber-'jam-terbang' tinggi di dalam kehidupan.

Ada salah satu rekan kursus, yang lalu jadi kawan-kenalan. Kenalan-kawan. Dalam ilmu, dan dalam soal kehidupan. Namanya Pak Edy. Orangtuanya, dulu pengusaha kecap di Smg. Ketika muda, bermaksud ekspansi usaha, agar grafik hidupnya naik. Pergilah ke kota metropolitan. Dan akhirnya bermukim di Kota Tngrng. Usaha buat kecap tak diteruskannya. Yang digeluti adalah usaha bengkel rancang bangun las & mesin. Mengingat di sekitar kota itu banyak pabrik. Usaha bengkel rancang bangun ini amat berkembang. Sampailah dia pada usia pension.

Sesudah masuk masa pension, usaha bengkel diserahkannya kepada anaknya. Dia membebaskan diri untuk mengisi sisa hidupnya. Soal uang, sudah tak soal baginya. Tabungannya cukup. Usaha anaknya juga lancar. Maka banyak waktu digunakan untuk pengembangan diri, agar bisa berbuat sesuatu untuk sesama. Ya Gereja. Ya, masyarakat.

Dipelajarinyalah soal tanam-tanaman. Dari bibit, pupuk, obat pengusir hama, sampai penanganan pasca panen & pemasaran. Obsesi yang dia tekuni, adalah membuat pupuk cair. Ini dipilihnya, mengingat pupuk macam ini masih amat langka di pasaran. Sebagai perintisan dipilihnya, membeli lahan luas di Tjkrng.

Guna menunjang usaha itu, kerap berbagai pelatihan diikutinya. Pernah salah satu kursus pengembangan yang diikutinya, membahas tentang perjalanan karier pengusaha Bob Sadino.

Siapa tak kenal Bob Sadino. Seorang pengusaha nyentrik. Kemana-mana hanya bercelana-kan jeans pendek, dan baju lengan pendek yang tak dijahit. Dialah pemilik usaha makanan 'Kem chiks'. Kini usahanya melebar sampai ekspor sayur-sayuran ke mancanegara. Padahal, dia sendiri tak punya sawah. Juga tak punya ladang.

Pada awal kariernya, Bob Sadino adalah penjual telur di perumahan-perumahan daerah Kemang. Pelanggannya, para ibu-ibu rumah tangga. Aneka sifat-karakter yang dimiliki para wanita, ibu rumah tangga. Ada yang menyenangkan. Namun ada pula yang amat menyebalkan.

Salah satu pelanggannya adalah seorang ibu yang amat cerewet. Kerap ibu pelanggan telur ini bikin repot. Bob muda, berpikir, bagaimana si Ibu yang super cerewet bisa malah memajukan usaha dagangnya.

Suatu kali, secara sengaja, si Ibu super cerewet ketika beli telur, salah satu dicampuri oleh Bob, sebuah telur busuk. Respon apa yang muncul. Dia bilang kemana-mana. Dan ketika si Ibu ini complaint, Bob Sadino bilang dan lalu melakukan sungguhan, 'Jika ada telur dagangannya yang busuk, satu akan diganti tiga.....!'

Sesudah satu telur busuk, diganti dengan tiga telur, Si Ibu inipun lalu juga bilang ke mana-mana. Ke kawan-kawan & tetangga: 'Jika beli telur di tempat Bob, busuk satu akan diganti tiga....!'.

Memang betulan, pembeli telur semakin banyak. Padahal, yang busuk sebenarnya hanya satu. Ya untuk yang ibu super cerewet tadi. Dalam hati, Bob membatin, bukankah 'kecerewetan si Ibu tadi bisa untuk promosi...!'. Dus promosi gratis.

Di sebuah spanduk pinggir jalan ada tulisan,
'Krisis Keuangan Global. Sebuah tantangan menjadi peluang !'.
Ikutilah seminar sehari. Hari ...... Tgl...... Th.... di........
Jangan lewatkan. Dst-dst.

Dalam dunia managemen memang ada frase, 'Tantangan menjadi peluang.....'
Ternyata memang demikian,
untuk bisa maju, orang mesti bisa melihat peluang.
Di mana saja. Dan kapan saja.

Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu-rahayu-rahayu.

Wasalam:
-agt agung pypm-

Tidak ada komentar: