Selasa, Januari 06, 2009

ke - terlalu - an

Satu.
Di dekat Bendung Gerak Serayu, terdapat terowongan jalan kereta-api. Menembus bukit. Sebelum lorong-terowongan masuk bukit, terdapat jalan raya. Melintang di atas rel kereta api. Ber-bahan jembatan semen bata merah. Lintasan-nya berkelok-kelok. Tak bebas pandang. Dan sempit lagi. Jika tak hati-hati, lalu-lintas mudah tabrakan. Atau jika tak membunyikan klakson, orang mudah jegagik, alias kaget, karena obyek lain muncul tiba-tiba di tikungan. Memang di situ kerap terjadi kecelakaan.

Belum lama, sebuah truk tiga-perempatan. Jenis Colt-diesel enam roda. Membawa muatan, lewat di jalan yang ribet itu. Mak jegagik. Tanpa ada klakson, atau tanda-tanda, muncullah kendaraan lain dari lawan arah, yang tak kelihatan. Si sopir kaget. Karena kaget, kemudi jadi tak terkendali. Truk tigaperempatanpun oleng, dan lalu jatuh dari jalan aspal ke bawah. Tak lain jatuh di lintasan rel kereta-api. Untung bansekower segera tahu. Berhubung juga tempat itu tak terlalu jauh dari stasiun Kebasen. Kereta trayek Kroya - Prupuk-pun lalu dihentikan sementara. Untuk meng-angkat truk dari lintasan kereta.

Agar tak terjadi kecelakaan lagi, di tikungan itu dipasangi pembatas, berupa pagar-pagar, berderet-deret dari lembaran besi bekas drum. Di cat bernuansa rambu-rambu lalu-lintas, lorek-lorek. Sementara aman. Dan rajin di pandang mata. Tapi, itu tak berlangsung lama. Beberapa hari kemudian, itu semua tak ada. Ternyata, semua rambu pengaman itu di-embat maling. Alias digondhol pencuri. K e t e r l a l u a n.

Karena memang sungguh membahayakan, tak berapa lama kemudian, Instansi terkait membuat lagi pagar pengaman dari batangan besi bundar memanjang. Agar tak mudah digondhol maling, lalu di-las kuat-kuat. Waladalah kopyah, itupun juga tak lama. Dari hari ke hari, panjang batang besi berkurang. Ternyata, dipotongi-digergaji. Aktivitas pemotongan, dijalankan malam-malam. Jan. K e t e r l a l u a n.

Dua.
Di perbukitan hutan karet Krumput Banyumas,--masih bergandheg dengan bukit di dekat Bendung Gerak Serayu--, jalannya mendaki. Naik-turun. Turun-naik. Berkelok-kelok. Sempit lagi. Jika ada kendaraan besar & berat, seperti truk semen, atau truk BBM, kendaraan lain jadi ikut pelan. Antri, seperti konvoi. Harus sabar, agar selamat. Jalan sempit, tak mudah untuk menyalib. Kerap pengendara sepeda motor tak sabar. Di jalan bergaris tanpa putus-pun nekat menyalib. Di tikungan juga menyalib. Padahal tak bebas pandang. Menyalibnya, banter lagi.

Belum lama, seorang Bapak muda, memboncengkan seorang anak balita. Di tikungan, menyalib sebuah kendaraan berat. Tak terduga, dari arah lain muncul secara cepat mobil roda empat, berpas-pasan. Bisa ditebak. Tak terhindari. Pressssss, Gabrussss...... Sepeda motor si Bapak-muda terlindas mobil besar. Tubuhnya terbanting, jatuh terlentang. Kejet-kejet di aspalan. Ironis tragis, miris. Si anak balita selamat. Lalu duduk jongkok. Menggerak-gerakkan tubuh bapak-muda, berusaha menggugahnya. Sambil menangis meraung-raung. Tapi sayang, sekali lagi sayang, tubuh si Bapak muda tak ber-reaksi.

Ada jargon. Pernyataan, 'Urip elek bae angel, kepriwe bisane arep urip apik.....'. Hidup berdosa saja susah, apalagi mau hidup ber-model suci........'
Seolah-olah, lalu sah, jika orang berbuat dosa. Meng-halal-kan segala cara.

Hidup memang hari dilakoni. Gelem ra gelem. Urip-mati. Awan-bengi. Toh-pati. Keroyo-royo. Memeras keringat.
Tetapi suatu saat, hidup-fisik juga harus ber-henti. Kapan itu. Tak tahu pasti. Bisa juga hari ini.

Maka betul pesan orang-tua, 'Ngono ya ngono, ning aja ngono....'

Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

www.lelakuku.blogspot.com

Tidak ada komentar: