Senin, Desember 22, 2008

Mie Ayam

Dari sabang sampai Merauke,
Dari Timor sampai ke Talaud
Indonesia Tanah Airku
Indomie Seleraku

Dari Desa sampai ke Kota
Dari Gurun sampai Pegunungan
Indonesia Tanah Airku
Indomie Seleraku
Indomie, Indomie, Seleraku
Indomie dari dan bagi, Indonesia

cipt: A.Riyanto

Anda suka mie ? Saya juga. Tapi bukan mie, sembarang mie. Mie favorite adalah mie yang enak. Lha yang enak yang kaya apa ?. Yang terang, yang tidak mengecewakan selera.

1. Di dekat pasar hewan Ajibarang, ada mie ayam. Jika lewat, trail-mot-nas selalu mampir. Sudah hampir 5 tahun jadi langganan. Dan selama 5 tahun itu, rasanya tetap, tak berubah, fixed. Dulu, sekarang dan yang akan datang sama. Enak memang enak, tak-hanya untuk anak, melainkan untuk semua. Lha cara ngetes-nya bagaimana ? Gini, pesan mie-ayam itu. Makan, tanpa tambahi sauce, tanpa kecap, tanpa sambal. Jika dimakan enak, berarti dari aslinya memang sudah enak. Di warung lain, jika tak ditambahi sauce, atau kecap, atau sambel lalu memang tak enak. Mengecewakan.

Apa resepnya mie ayam dekat pasar hewan itu ? Selidik punya selidik, ternyata, mie-nya buatan sendiri. Bahan-nya bukan gandum. Bukan tepung terigu, melainkan sari pati ketela. Pagi dibuat, siang dipasarkan dalam mangkuk, setengah sore habis sudah. Bumbu-nya juga seminim mungkin pakai penambah rasa yang tak alami. Daging-nya ayam kampung.

2. Penjual mie, tak tersangka. Ternyata dari usaha ber-mie-ria, bisa memodali kakaknya yang kena PHK. Diberinya pawitan, gerobak dorong, dan pasokan bahan mie ayam siap ramu. Tiap siang kakaknya bersedia keliling dan lalu ngetem di pasar. Juga laris karena ber-rasa sama. Tak tersangka pula, dari ber-mie-ria, dia--si adik-- bisa men-sekolahkan anak, membeli pekarangan, dan bangun rumah. Sebuah sepedamotor, sudah disimpan pula di rumahnya.

3. Sebuah siang, trail-mot-nas duduk di sebuah kursi, di tepi jalan, di bawah sebuah pohon. Ada sebuah gerobak bakso lewat. Gerobaknya, resik-apik-menarik. Karena tertarik, lalu pesan semangkok bakso, tapi tanpa apa-apa. Cukup kuah saja dan bumbu. Pertimbangan, siang itu panas, sambil untuk obat haus. Habis kuah diminum dengan lahap, lalu mau bayar. Betapa kaget, ketika mau dibayar, si pedagang bakso, tak mau. Tak bersedia menerima pembayaran. Lho......! Nampak-nya, si bakol bakso mencium gelagat, si pembeli sungguh ingin bakso, tapi tak kuat beli penuh, lalu hanya beli kuahnya saja. Oooooo......! Ya uwis. Minum bakso, gratis, tis, tis, tis.

4. Dalam dunia ekonomi ada istilah, ekonomi makro, ekonomi mikro. Ada pula sektor riel. Juga investasi saham. Juga investasi reksa dana. Juga yang ter-kini, sedang heboh, resesi ekonomi. Bakoel mie ayam dekat pasar hewan, tak pikir itu-itu semua. Mie ayamnya, tetap ngglenter, laris manis. Dan itu semua, dicapai dengan kemauan dan ketekunan. Tak pakai jalan pintas. Merangkak. Dari kecil menjadi besar. Pelan-pelan. Tak pakai spekulasi. Tak pakai pula maksud monopoli. Dengan tulus melayani pembeli.

Sektor riel, ekonomi mikro. UKM, usaha kecil menengah, kadang memang malah tahan banting. Nampaknya, juga dalam hidup iman. Iman orang sederhana kerap malah lebih rentan-tahan terhadap penyakit. Penyakit iman: wegah, tll panjang penalaran, rasionalisasi, formalisasi, dsb.

Selamat-profisiat pro bakoel mie.

Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu-rahayu-rahayu.

Wasalam:
-agt agung pypm-

www.lelakuku.blogspot.com

1 komentar:

Anonim mengatakan...

wew enak tuh...