Masa muda, adalah masa yang paling indah, kata seorang seni-sastrawan.
Betul, tak hanya masa muda, masa tua-pun mestinya juga masa yang indah.
Betul pula, malah seharusnya, seluruh masa hidup-pun mestinya, menjadi masa yang paling indah.
Namun kerap terjadi, ada penyesalan dalam hidup. Mengapa. Karena ada sesuatu yang bisa indah namun, jadi tak indah. Malah lalu terasa pahit. Bisa terjadi kalau orang tak bersiap diri. Menyia-nyiakan kesempatan. Di banyak kalangan orang muda hal ini kerap terjadi. Kurang trampil mempersiapkan diri. Akibatnya, kedabigan-lah, bingunglah di masa tua-nya. Biasanya hal ini dalam hal ekonomi. Cari nafkah.
Ada keterangan data, bahwa angkatan muda yang lulus sekolah, yang terserap ke dunia kerja hanya 30 persen. Yang lain ke mana. Masih lagi, yang sudah kerja-pun, jaman krisis keuangan ini banyak yang ketar-ketir, jangan-jangan kena PHK. Lalu harus bagaimana. BTW, life mus go on. Hidup harus jalan terus. Faktanya, omong dengan orang muda ttg masa depan tak mudah. Karena, karena belum ngalami sendiri pahiting urip. Angele golek dhuwit. Pahitnya, cari nasi, Pahiting golek upa. Maka baiklah jika orang muda bersemangat rendah hati. Bisa mendengarkan orang yang sudah berpengalaman. Angele golek upa. Angele golek dhuwit.
Ada lagu dolanan begini:
Sluku-sluku bathok,
Bathoke, ela-elo
Si romo menyang Solo,
Mak jenthit lo, lo, lo, bah.
Wong mati ora obah.
Yen obah medeni bocah.
Yen urip goleka dhuwit.
Lagu dolanan itu betul. Kita masih obah. Kita masih urip. Yen urip memang harus cari dhuwit. Itu yang tak gampang.
Karena tak mudahnya, ber-omong-omong dengan orang muda ttg masa depan, tentang cari dhuwit, maka kadang saya sok melamun-kan diri dengan diri sendiri. Ketika saya sebagai seorang tua berhadapan dengan saya sebagai seorang yang masih muda: usia pelajar, usia sekolah. usia mahasiswa. Tak bayangke diri saya masih klas 3 SLTA-nan: Gambarkan saja saya sebagai Bawor. Usia 17-an tahun. Petruk adalah saya yang usia sudah 40-an.
Petruk : Bawor, Rika siki isih sekolah, mengko yen lulus arep ngapa ?
Bawor : Kalau bisa ta study lanjut. Kuliah gitu.
Petruk : Kuliah apa Ya.
Bawor : Ya. Sedapetnya.
Petruk : Habis kuliah ?
Bawor : Cari kerja ?
Petruk : Kerja apa ?
Bawor : Tak tahulah. Itu urusan nanti. Yang penting usahalah. Mati-matian.
Petruk : Sekarang cari kerja susah lho lhe.
Bawor : Betul. Maka saya sekarang cari ketrampilan pendukung.
PetruK : Apa itu ?
Bawor : Apa ya..?
Bawor : Tukang tambal ban. Pelihara lele. Pelihara belut. Buruh bengkel. Tenaga angkat-junjung. Nyopir. Juru ketik 10 jari.
Kenapa kok pilih jadi tukang tambal ban ?. Ya.... itulah yang paling riel yang bisa saya kerjakan. Nyopir, itu yang saya bisa. Ngetik itu yang saya bisa.
Kerap anak-anak kecil kalau ditanya, besok kalau besar jadi apa ? Mau jadi pilot. Jadi dokter, jadi insinyur. Jadi guru. Jadi bintang filem. Itu semua tak masuk di otak, tak masuk di pikiran Petruk, saya yang sudah berpengalaman hidup. Karena itu tak riel. Riel saja hidup, besok mau jadi apa......
Sekali lagi. Seandainya saya jadi anak kecil lagi, saya akan menjawab: Jadi tukang tambal ban. Jadi buruh. Jadi juru ketik 10 jari. Jadi TKI. Jadi Tki saja sekarang susahnya setengah mati.
Maka tepat, sapaan Injil hari ini. Sekarang berkembang secara bagaimana. Besok kalau besar mau jadi apa.....?
"Anak itu berkembang penuh kebijaksanaan......"( Lk 2:22,39-40 )
Selamat mempersiapkan masa depan yang riel.
Selamat mengisi hidup sekarang, dan juga untuk masa depan.
Syalom. Wilung wengi. Rahayu.
Wasalam:
-agung pypm-
www.lelakuku.blogspspot.com
Saiki aku wis gedhe.
Sekolah mangkat dhewe.
Ora usah diterake.
Bareng karo kancane.
Saiki aku wis gedhe,
Isa pacaran dhewe,
Mengkone dadi trus piye,
Embuh, mumet sirahe.
Piye, piye, piye,
Mbuh ra, weruh.
Piye, piye, piye,
Mbuh ra ngerti.
Sabtu, Desember 27, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar