Senin, Desember 01, 2008

Burung Beo

Minggu 23 Nov, Mob-nas, Panther meluncur dari Purwokerto menuju X-wedi. Dari sana langsung menuju Kalurahan Klapa Gadhing Kulon, Wangon. Di Kalurahan, Suster BKK bersama Rotary Club sedang mengadakan pemeriksaan & pengobatan para wanita. Memang sedang diadakan kegiatan sosial: Pemeriksaan 'Pap Smear', alias pemeriksaan kanker rahim.

Pemeriksaan yang jika di Lab, memerlukan dana uang beberapa puluhan ribu, berkat subsidi dari Rotary, cukup bayar 10.000 rupiah per orang. Yang daftar sekitar 400 ibu-ibu. Yang datang 60 persen. Dokter pemeriksanya, Dr Toni dr Pwkt. Dibantu dokter lain dan beberapa para medis serta bidan.

Sekitar jam 14, acara selesai. Sesudah makan, nyanyi dan pamitan dengan Pak Lurah beserta jajarannya. Rombongan rotary pulang ke Pwkt. Berhubung kendaraan penjemput tidak datang-datang, Panther dinas-pun akhirnya menjadi mobil pengantar para para perawat & bu bidan.

Yang numpang duduk di depan, adalah seorang pensiunan bidan berjilbab. Baru saja BT dari Din-Kes-Pol, Polres Purbalingga. Di perjalanan, dia menceritakan pengalamannya. Pernah dididik oleh Rm Loogman Purworejo. So kini masih bisa bantu banyak orang, meski sudah pension.

Bu bidan juga punya saudara dan kawan-kawan aparat. Karena tugasnya memang di kepolisian. Salah satu peristiwa mengesan yang tak mudah terlupakan adalah, bahwa dia pernah punya rekan seorang Ka-pol-res. Bapak K-p-res ini hoby melihara burung. Suatu kali rumahnya ditinggal pergi, dalam kondisi suwung. Dianggapnya aman, mengingat jabatan yang diembannya. Tapi ternyata itu tak menjamin. Ketika rumahnya suwung, burung beo, kesayangannya hilang, dicuri orang. Sangkarnya, utuh. Isinya yang hilang. Pikir punya pikir, gimana nyarinya. Karena tak ada saksi dan bukti pendukung minim.

Berita kehilangan burung beo Pak K-P-res menyebar ke mana-mana. Secara tak sengaja ada anggota yang pergi ke pasar hewan. Di sana dia melihat-lihat burung. Yang menarik, di antara banyak burung, salah satu burung berjenis beo. Dan burung beo itu berkicau, atau ngoceh-nya bunyi: 'ka-pol-res, kapolres, kapolres'. Karena kicau-annya yang khas itu, si pedagang langsung ditangani. Diinterogasi. Dari mana asal usul si burung itu.

Si pedagang akhirnya mengaku. Burug beo itu dibeli dari seseorang. Dia memberitahukan seseorang yang jual burung itu kepadanya. Berangkat dari kicauan burung, 'ka-pol-res, kapolres, kapolres', dan pengakuan si pedagang, akhirnya si pencuri burung-pun terlacak dan tertangkap.

Usut-punya usut, Pak K-p-res, si pemilik burung, sejak burung beo itu kecil, sudah mengajarinya berkicau dengan kata, 'ka-pol-res, ka-pol-res, ka-pol-res'. Akhirnya si burung-pun pandai berkicau. Dan ketika di pasar dan di tangan pedagang --sesudah via pencuri--pun, tetap berkicau, 'kapolres, kapolres, kapolres'.....

Hewan bisa ditipu, tapi tak bisa menipu.
Manusia bisa ditipu, tapi juga bisa me..............

Mari kita menjadi seperti hewan............!

Wasalam:
-agt agung pypm-

www.lelakuku.blogspot.com

Tidak ada komentar: