Selasa, Desember 30, 2008

Bulan Suro

Suro. Adalah bulan pertama dalam sistem penanggalan Tahun Jawa. Suro, Sapar, Mulud, Bakda Mulud, Rejeb, Ruwah, Pasa, Jumadil Awal. Jumadil Akhir, .....
Sistem ini bersamaan dengan Tahun Islam, yang diawali dengan Bulan Muharam.

Siapa yang membuat sistem kalendarium Jawa. Kita tahu, Sultan Agung dari Mataram. Mengapa dia buat itu. ...? Perlu kajian lebih dalam. Biasanya dilakukan oleh para ahli sejarah atau para anthropolog.

Ada yang menarik di antara dua sistem penanggalan itu, jika ditelaah dari sudut pandang budaya. Ada dua budaya yang bertemu. Pertama, Budaya Jawa. Kedua, Budaya Islamisme-timur-tengah. Sebagaimana diketahui, salah satu sifat orang jawa adalah, sulit untuk mengatakan 'Tidak'. Juga ketika islamisme masuk ke Bumi nusantara ini, khususnya ketika masuk ke tanah jawa. Budaya Jawa, tidak menolak islamisasi-timur-tengahan. Bisa jadi, dan nampaknya, benar, bahwa memang tidak mampu menolak atau menangkalnya. Terjadilah in-kulturasi. Sebuah kultur asing, masuk dalam kultur setempat.

Namun budaya jawa, adalah juga budaya akomodatif. Ketika islamisme timur-tengahan merasuk dan kemudian banyak berpengaruh dalam alam kejawaan, sekaligus juga islam timur-tengahan dijawakan oleh orang-orang Jawa. Muncullah kemudian sebagai output, Islam-Jawa. Muncul kemudian pula istilah Islam abangan. Sultan Agung adalah tokoh dalam hal ini. Dia tidak menentang islamisme. Melainkan menerimanya, sekaligus di-jawa-kan-nya. Hasil karya anthropolisnya adalah Tahun-jawa. Sistem kalendarium Jawa: Sura, Sapar, Mulud, Bakda Mulud, Jumadilawal, Jumadilakhir, Rejeb, Ruwah, Pasa, Dulkaidah, Besar.

Maka memang betul apa yang kerap dikatakan oleh orang-orang Sepuh. Para pini sepuh: 'Menang tanpa ngasorake'.

Belum lama, ada gerakan dari salah satu aliran agama mayoritas. Menghendaki agar Kraton Yogyakarta dijadikan semacam 'Islamic Center'. Sultan menolaknya. Dan menyebut wilayah 'Kotagede'. Jika mau ber-eksperimental dalam hal-hal seperti itu.

Seputar idul-fitrinan kemarin, memang ada spanduk di Pasar Kotagede, bertuliskan: 'Selamat datang di Islamic village'. Tak tahu, apa ada pengaruh. Ada umat, di dekat sana, hanya untuk misa lingkungan-pun lalu dilarang. Beberapa tahun lalu, sebuah kegiatan doa rosario, kaca si pemilik rumah, dilempar batu. Tapi umat tak terpengaruh.

Menang tanpa ngasorake. Menang tanpa ngasorake. Menang tanpa ngasorake.


Selamat menyambut tahun baru Muharam. Selamat Tahun Baru Saka.
Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.

Wasalam:
-agt agung pypm-

www.lelakuku.blogspot.com

Tidak ada komentar: