Sabtu, Juni 18, 2011

Paskah Terbaik

Masa Paskah sudah berlalu. Tinggallah kini masa-masa liturgi biasa. Di akhir masa paskah, diadakan acara evaluasi, di beberapa stasi. Dalam salah satu evaluasi, seorang umat amat senior Stasi Subah menyatakan, 'Perayaan Paskah tahun ini, adalah perayaan Paskah terbaik, yang saya alami. Selama puluhan tahun, saya di gereja ini, belum pernah saya mengalami, seperti tahun ini. Maka selamat untuk kita semua.....'.

  Keterangan seorang anggota umat senior, perihal frase 'Paskah Terbaik' di atas,  tak bermaksud mengatakan perayaan Paskah sebagai ajang kompetisi. Atau untuk dikompetisikan. Karena memang perayaan Paskah sebagai perayaan iman, tidak untuk dikompetisikan. Makna paskah bagi seseorang tak bisa diukur dari meriah atau tidaknya sebuah upacara liturgi. Namun, bagaimanapun,  tetap, upacara liturgi yang tertata-rapi, mendukung makna Paskah bisa terserap kembali bagi para umat yang mengikuti. Sang Makna Paskah, yang tidak lain, adalah Yesus Kristus yang mengorbankan diri demi keselamatan manusia, dengan peristiwa puncak 'kebangkitan-Nya'.

Tetapi mengapa, Umat senior, bisa mengatakan 'perayaan Paskah terbaik', tentulah di belakangnya ada sejarah yang tidak singkat dan tidak sederhana. Bisa dipastikan perayaan-perayaan paskah, tidak se-semarak, atau serapi perayaan paskah terakhir yang dialaminya. Pendek kata perayaan terakhir itulah yang paling mengesan bagi dirinya.

Mencoba meneliti, latar belakang perayaan paskah yang 'mengesan' bagi anggota umat senior itu, ada beberapa hal bisa dicatat:
1. Persiapan. Jauh-jauh hari perayaan disiapkan. Dirapatkan, dikerjabaktikan, di studikan.
2. Seorang aktifis-intelektual, meminjam sebuah buku tuntunan perayaan Paskah, yang diterbitkan oleh Dok-pen KWI, berupa kumpulan dokumen Gereja 'Spektrum', Volume 8.
Dipelajarinya pedoman itu, disampaikannya pada rekan-rekan petugas liturgi yang lain. Maka jadilah perayaan Paskah yang runtut, sebagaimana dipedomankan oleh Gereja.resmi. 
4. Dilatihkannya, sampai pada tahap jendral repetisi, apa yang sudah dipelajarinya. 

5. Dan lalu, bagi para umat, yang tak terlibat sebagai petugas, terasa bahwa perayaannya menjadi 'mengesan'.

Kesan yang tertangkap adalah kesan baik, indah, kusuk. Dan itu semua bisa didapat tidak sekali jadi. Melainkan berproses. Melewati proses, dari yang belum tertata, menjadi semakin tertata. Dari tahun ke tahun, dari waktu ke waktu.

Beriman, adalah juga sebuah proses. Tidak proses statis, namun dinamis. Makin lama, makin dekat dengan Sang Pusat Liturgi. Yakni Yesus Kristus sendiri, Sang Putra Sulung Kebangkitan.

Selamat beri-iman, selamat ber-proses.
Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Tidak ada komentar: