Minggu ini, tiga kali pengudud-'76 ke Stasi Wangon. Hampir empat kali, tetapi gagal, karena jalan pedesaan rusak seperti sungai, sehingga mobil jenis pickup, tak mampu melewati lubang-lubang dalam.Karena rapat frekwensi kedatangannya, maka tak sedikit kisah yang terdeteksi lewat indra-indra kemanusiaan-kemanusiawian.
Tiga hari lalu, sebuah Bus malam, trayek Jkt-Yogya berhenti di Klapagading-Wetan. Di seberang bengkel bubut Imron. Pukul jam menunjuk angka setengah lima pagi. Si sopir turun. Tidak untuk ngecek kendaraan, tetapi untuk buang air kecil. Dalam bahasa Banyumas-nya, pipis. Posisi bis, sebagian ada di bagian ber-aspal. Tidak sepenuhnya berada di badan jalan. Alias kata, bis itu banyak 'makan dalan'. Posisi begini, banyak merepotkan para pemakai jalan yang berada di jalur kiri.
Ketika sedang buang hajat kecil, bunyi 'braakkkk !' terdengar. Ternyata, bis itu tertabrak oleh sebuah motor sayur. Seorang pedagang sayur dari Ajibarang membawa muatan dengan keranjang di sepedamotornya, menuju pasar Jatilawang. Dalam kondisi penuh muatan, motor itu tak terkendali menabrak bis yang sedang berhenti. Berhenti karena sopirnya sedang pipis.
Bunyi brak, ternyata bukan bunyi nyaring. Namun bunyi kematian, seperti lonceng kematian. Karena dengan terdengarnya bunyi itu, si pedagang sayur, lalu jatuh terpental ke aspal. Tak berapa lama, Si tukang sayur, meninggal di tempat. Mungkin karena ngantuk. Mungkin karena capek. Mungkin karena agak gelap. Mungkin karena kaget. Dan mungkin, mungkin seribu mungkin. Yang jelas si pedagang sayur, pergi ke alam baka. Meninggal duni. Mengalami kematian. Dan itu, karena sebab. Sebabnya, adalah 'orang pipis sembarangan'.
Dimohon, jangan pipis sembarangan. Demikian pesan moral minggu ini.
Syalom. Wilujeng dalu. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung ypm-
Tiga hari lalu, sebuah Bus malam, trayek Jkt-Yogya berhenti di Klapagading-Wetan. Di seberang bengkel bubut Imron. Pukul jam menunjuk angka setengah lima pagi. Si sopir turun. Tidak untuk ngecek kendaraan, tetapi untuk buang air kecil. Dalam bahasa Banyumas-nya, pipis. Posisi bis, sebagian ada di bagian ber-aspal. Tidak sepenuhnya berada di badan jalan. Alias kata, bis itu banyak 'makan dalan'. Posisi begini, banyak merepotkan para pemakai jalan yang berada di jalur kiri.
Ketika sedang buang hajat kecil, bunyi 'braakkkk !' terdengar. Ternyata, bis itu tertabrak oleh sebuah motor sayur. Seorang pedagang sayur dari Ajibarang membawa muatan dengan keranjang di sepedamotornya, menuju pasar Jatilawang. Dalam kondisi penuh muatan, motor itu tak terkendali menabrak bis yang sedang berhenti. Berhenti karena sopirnya sedang pipis.
Bunyi brak, ternyata bukan bunyi nyaring. Namun bunyi kematian, seperti lonceng kematian. Karena dengan terdengarnya bunyi itu, si pedagang sayur, lalu jatuh terpental ke aspal. Tak berapa lama, Si tukang sayur, meninggal di tempat. Mungkin karena ngantuk. Mungkin karena capek. Mungkin karena agak gelap. Mungkin karena kaget. Dan mungkin, mungkin seribu mungkin. Yang jelas si pedagang sayur, pergi ke alam baka. Meninggal duni. Mengalami kematian. Dan itu, karena sebab. Sebabnya, adalah 'orang pipis sembarangan'.
Dimohon, jangan pipis sembarangan. Demikian pesan moral minggu ini.
Syalom. Wilujeng dalu. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung ypm-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar