1. Belajar analisa-sosial, bagi orang-orang biasa, bisa terasa sulit. Namun, dalam hidup harian, pelaksanaan analisa sosial kerap terjadi dengan sendirinya. Bentuknya, berupa refleksi-refleksi kecil tentang kehidupan. Jika dipolakan dalam bentuk urutan langkah berpikir, kuranglebih menjadi demikian: Pertama, fenomena, atau kejadian. Kedua, keprihatinan. Ketiga, analisa. Keempat, pikiran solusi.
Yang menarik, moralitas muncul ketika seseorang melihat atau menghadapi, dan men-sikapi sebuah tindakan kejahatan. Pengertian tentang hukum, tentang ajaran agama, tentang budi-pekerti, kelihatan dalam perbincangan.
2. Sebuah malam, jam 22.00. Dua orang remaja tanggung menjual barang. Barang yang dijual, bukan emas atau permata. Tetapi sekarung beras. Yang ditawari agar membeli, adalah seorang bakul beras. Rumahnya di pojok desa.
Karena waktunya yang tidak biasa, jual beras kok malam-malam, Si bakol beras jadi curiga. Dan waspada. Jangan-jangan ini hasil dari kejahatan. Maka tak berani beli beras yang ditawarkan murah, oleh kedua remaja tadi. Kewaspadaannya ternyata benar. Esok harinya, terdengar berita bahwa, sebuah rice-mill di desa tetangga, kebobolan maling. Dua karung beras raib, digondol pencuri.
3. Peristiwa kriminal kecil terungkap dalam sebuah pertemuan umat-umat, di mana peng-udud '76 ikut besertanya. Tanpa dipandu, tanpa dikomando, mereka mencoba melihat akar masalah. Masalah yang jadi biang keladi 'tindak kriminal para remaja'. Muncul dalam diskusi itu kata kunci 'gaya hidup'.
Gaya hidup remaja desa sekarang sudah amat konsumtif. Sehingga pengeluaran besar. Padahal pendapatan belum punya. Hanya mengandalkan uang saku dari orangtua. Gaya hidup konsumtif tersedot untuk hal-hal yang tak amat penting seperti: Pulsa, main PS, bensin, rokok, dan miras.
Para umat berusaha mendampingi anak-anak remajanya. A.l. dengan analisa sosial sederhana.
Mari kita galakkan analisa sosial, untuk bangun kehidupan.
Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam;
-agt agung pypm-
Yang menarik, moralitas muncul ketika seseorang melihat atau menghadapi, dan men-sikapi sebuah tindakan kejahatan. Pengertian tentang hukum, tentang ajaran agama, tentang budi-pekerti, kelihatan dalam perbincangan.
2. Sebuah malam, jam 22.00. Dua orang remaja tanggung menjual barang. Barang yang dijual, bukan emas atau permata. Tetapi sekarung beras. Yang ditawari agar membeli, adalah seorang bakul beras. Rumahnya di pojok desa.
Karena waktunya yang tidak biasa, jual beras kok malam-malam, Si bakol beras jadi curiga. Dan waspada. Jangan-jangan ini hasil dari kejahatan. Maka tak berani beli beras yang ditawarkan murah, oleh kedua remaja tadi. Kewaspadaannya ternyata benar. Esok harinya, terdengar berita bahwa, sebuah rice-mill di desa tetangga, kebobolan maling. Dua karung beras raib, digondol pencuri.
3. Peristiwa kriminal kecil terungkap dalam sebuah pertemuan umat-umat, di mana peng-udud '76 ikut besertanya. Tanpa dipandu, tanpa dikomando, mereka mencoba melihat akar masalah. Masalah yang jadi biang keladi 'tindak kriminal para remaja'. Muncul dalam diskusi itu kata kunci 'gaya hidup'.
Gaya hidup remaja desa sekarang sudah amat konsumtif. Sehingga pengeluaran besar. Padahal pendapatan belum punya. Hanya mengandalkan uang saku dari orangtua. Gaya hidup konsumtif tersedot untuk hal-hal yang tak amat penting seperti: Pulsa, main PS, bensin, rokok, dan miras.
Para umat berusaha mendampingi anak-anak remajanya. A.l. dengan analisa sosial sederhana.
Mari kita galakkan analisa sosial, untuk bangun kehidupan.
Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam;
-agt agung pypm-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar