Minggu, Januari 02, 2011

Pribadi Yang Rapuh

Sebuah malam, sekelompok anak-muda-remaja, bergaya artis rock-n-roll, bernyanyi-nyanyi di sebuah pinggir pasar. Nanyian-nya aneka warna, dangdut, campursari, Iwan-Fals-an. Kadang-kadang mengarah 'jorok'. Mereka ngobrol, bernyanyi, sambil makan kacang. Kacang itu ternyata sebagai penyeimbang minuman. Ya, mereka sedang menikmati minuman keras. 

Sekian lama, mereka bercengkerama. Tiba-tiba datang seorang perempuan, berkata keras, bertanya pada salah satu anak-muda. Wanita itu tanya tentang keberadaan Hp, milik kawannya. Anak muda yang ditanyai tersinggung, dengan pertanyaan itu. Dia merasa dituduh. Lalu mendebat, dan menolak tuduhan itu. Dibantingnya sebuah Hp. Dan lalu pecah berantakan.  Terjadilah keributan mendadak malam itu. Saling serang dengan kalimat keras dan kasar. Malah hampir terjadi baku hantam, antar mereka. Apalagi, si tertuduh sedang dalam kondisi setengah mabuk. Mabuk miras.

Keributan semakin kritis, mendekatlah seorang perempuan gemuk, dengan seorang bapak. Mereka mencoba menengahi. Satu-persatu, dipersilahkan siapa yang mau ngomong. Banyak yang lalu omong. Nada omongan, hampir semua mengarah kepada si-remaja tertuduh. Dalam hidup musikus jalanan itu, si remaja-tertuduh kerap bikin keonaran. Tak bawa kedamaian. Lalu marah-besarlah si remaja tertuduh.

Bekat perempuan gemuk si penengah, si remaja bisa sadar akan situasi dirinya. Diungkapkan sejarah asal-muasal si remaja tertuduh bisa bergabung. Disarankan kembali ke orang-tuanya, dan jangan hidup menggelandang tanpa tujuan. Dan digariskan bahwa rekan-rekannya, tak serta menuduh sebagai pencuri. Juga tak pernah menolak hidup bergaul dalam komunitasnya. Apa yang masih kurang, kata mereka.

Dari rapat malam, setengah-kegelapan, terungkaplah alasan dasar si anakmuda tertuduh tak mau pulang. Dia merasa tak disayangi oleh mamaknya. Hatinya 'kelara-lara'. Nalangsa. Apalagi, ketika dia ulang-tahun, mamaknya tidak memberi selamat-ulang-tahun. Tidak juga  membuatkannya makanan istimewa.

Meminjam pola bicara Alm. Gus Dur, 'Gitu aja, kok nelangsa......'

Syalom. Wilujeng dalu. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung ypm-

Tidak ada komentar: