Syalom. Wilujeng ndalu.. Rahayu-rahayu-rahayu.
Suatu hari, Sabtu, di sebuah stasi, perbatasan antara Kawunganten-Sidareja, diselenggarakan perayaan misa-kudus, ekaristi. Dari rumah, saya berbekal rencana, 'Mau tak ajak omong-omong tentang Misteri iman'. Modelnya, dialog. Ada tanya jawab. Aslinya dalam bhs Jawa. Pada bagian pembukaan, saya pancing dengan pertanyaan, 'Para sedulur, apakah panjenengan tahu, yang dimaksud 'Misteri'. Atas pertanyaan itu, umat terdiam. Lama tak ada yang jawab.
- Beberapa waktu kemudian, seorang pemuda tunjuk jari, seraya bicara keras, 'Tahu romo, saya tahu, misteri itu pilem.....!'.
+ Atas jawaban itu, saya jadi repot, 'Wah. Ini diluar skenario saya ini. Misteri itu pilem !.'
Lalu bahasan diteruskan, 'ya. filem apa ?'.
- 'Ya...itu romo, pilem misteri, seperti yang di TV itu lho.....'
+ Saya coba ingat-ingat. Memang masa itu sedang ada tayangan sinetron-sinetron yang berbau mistis, horor dan 'misteri-us'. Ada memang yang judulnya pakai kata misteri.
'Lha, cirinya pilem itu apa ?'.
- 'Bagus romo....!.. Tapi menakutkan. Itu sungguh apa ndak ya romo ?!'. Dia balas tanya.
Lama, jika dialog itu ditayangkan di tulisan ini. Hanya yang jelas, kemarin saya melayat Pak Agus Wahyudi di Pekalongan. Stefanus agus Wahyudi, S.Si, M.Kom. lengkapnya. Dalam sambutannya, Pranata adicara, mengkisahkan riwayatnya, perannya di masyarakat, gereja, pemerintahan, dunia pendidikan, serta situasi terkininya.
Di Gereja, dia dulu aktif di KKMK. Sekarang giat di ke-parokian.
Di masyarakat, terakhir menggerakkan peng-urug-an jalan lingkungan dengan sirtu agar tak banjir. Malah terakhir ber-ide mau beli aspal hot-mix bekas utk keperuan itu. Kata, Pak RT, tempat dia tinggal.
Di kampus, dia total berusaha membesarkan STIMIK yang dia ketuai-nya. 'Tanpa dia, STIMIK tdk akan sebesar ini', sambutan wakil kampus.
Di pemerintahan, ada relasi baik dengan Pak Walikota, guna memajukan Kota Pekalongan. Sebuah rangkaian bunga besar memang dari Walikota.
Di keluarga, dia bapak yang bertanggung-jawab. Sebagai seorang katolik, dia beristri satu. Tiga anak. Yang terbesar masih duduk di klas 5 SD.
Sebagai pribadi, dia orang yang betul ingin maju. SD, di Banyubiru. SMP, di Pangudiluhur Ambarawa.. STM, di Kristen Salatiga. Perguruantinggi, di Yogya. S2, di Un-neS, Semarang. S3, sedang ditempuh. Dia dapat beasiswa. Terkini, dari Men-dig-nas.
Pulang dari melayat, meluncur pulang naik motor trail ke Purwokerto. Menjelang masuk Pemalang, motor kena paku. Persis di depan pos-polisi. Bessss...... Angin ban belakang langsung habis. Motor masuk tukang tambal ban. Yang menambal seorang anak klas 5 SD. Belum trampil untuk nangani ban jenis tril. Jadi ora kena-kena lhe nyopot ban. Narik-nya, ketika usaha nyopot ban, hidungnya pilek. Jadi bola-bali mbenak-ke umbele. Sentrap & sentrup tiada henti. 30 menit tak berhasil lepas ban dalam. Hingga nunggu bapaknya pulang dari beli sekrop. Ditangani. Bapaknya biasa nambal ban-ban truk dan bus besar. Tapi untuk nambal ban trail, butuh waktu hampir 120 menit. Alias hampir rong jam.
Sambil nunggu ban ditambal, saya ingat agak syahdu, Pak Agus Wahyudi, dipanggil Tuhan: meninggalkan seorang anak klas 5 SD, seorang anak 3 tahun. Seorang anak 1 tahun. Tiga anak masih kecil-kecil. Masih butuh figur ayah. Butuh topangan ekonomi. Butuh ini. Butuh itu. Dsb-dsb.
STIMIK, juga masih butuh orang macam itu.
Gereja Pekalongan merasakan ketulusan ke-aktifannya di gereja. Di Keuskupan Purwokerto, --kalau tak salah-- juga aktif di komisi kerawam.
Almarhum Rm Setyawan Ghani SJ, pernah bilang, 'Allah itu misteri'.
Maksudnya, sebagian pribadi Allah bisa kita ketahui. Namun sebagian dari Allah, tidak bisa kita ketahui:
'Mengapa Dia memanggil Pak Agus Wahyudi, saat ini. Dan dalam situasi terkini-nya.'
Selamat jalan Pak Agus. "Gusti ingkang maringi. Gusti ingkang nimbali.'
Wasalam:
-agt agung pypm-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar