Rabu, Oktober 29, 2008

Kelur Masuk, Mesin harap dimatkan....!


Suatu sore, tak sengaja saya lihat situs-internet berjudul '80-an. Ternyata isinya berkisar apa saja yang menarik & populair di era tahun 1980-an. Ada di sana ttg mobil, musik, tren, gaya, dsb.

Berangkat dari hal itu melayanglah ingatan ke masa 80-an: Lagu-lagu agak berwarna melankolis, Penyanyi Dian Pieshesha, model celana panjang bogie. Terbayang pula peristiwa-peristiwa dan kawan-kawan era 80-an.

Di sekitar tahun-tahun itu, asrama masih merupakan tempat kediaman. Adalah seorang kawan yang serius hidupnya. Tegas, tapi agak kaku. Serius, tapi sedikit emosional. Tak apa. Itulah ciri khas masing-masing manusia. Suatu sore, sang kawan sedang belajar, mempersiapkan Iudisium, alias Ujian akhir. Saat-saat demikian adalah rawan. Pikiran kenceng. Hal kecil bisa jadi luar-biasa besar. Ketika itu, sang kawan sedang belajar serius. Dus membutuhkan ketenangan. Di saat sedang kondusif demikian, adalah kawan lain yang pulang ke asrama dari bebergian. Naik motor. Semestinya, motor diparkir di tempat parkir. Tapi ada kebiasaan khusus, beberapa diparkir di ruang cuci.

Jalan dari luar rumah ke ruang cuci, berupa gang kecil, melewati kamar-kamar. Semestinya, dan etika-nya pula motor yang lewat dituntun, dan tentu saja dimatikan mesinnya. Tetapi --mungkin cari praktis & enaknya-- kawan yang baru pulang bepergian, tetap menaiki sepeda motor itu, dengan mesin yang masih hidup, dan lalu lewat gang itu untuk masuk ke ruang cuci. Tentu geberan gas juga menggema, karena harus naik undhak-undhak-an kecil, dari tanah ke atas lantai. Hal demikian tentulah menimbulkan kegadhuhan. Dus mengusik orang belajar.

Apa yang kemudian terjadi. Si kawan yang sedang belajar, naik emosinya. Dengan tak banyak omong, dia keluar kamar, lalu langsung nulis dengan spidol besar, di tembok pintu masuk, yang ketika itu masih berwarna putih bersih. Dengan muka mucu-mucu, warna amarah, dia menyusun tulisan:
'KELUR MASUK, MESIN HARAP DIMATKAN....!' Habis nulis, tanpa kata apapun dia langsung masuk kamar lagi. Sambil menutup pintu, setengah agak dibanting.

Selesai peristiwa itu, beberapa kawan datang. Mengamati tulisan baru di dinding. Beberapa tersenyum. Yang lain lagi tertawa, terbahak-bahak. Ada yang mencoba meniru tindakan menulis, sambil mengucapkan, mengeja & berusaha menangkap pesan-artinya: KELUR MASUK, MESIN HARAP DIMATKAN...!'

Sesudah agak lama, tertangkaplah pesan imperatifnya: 'Keluar masuk, mesin harap dimatikan.....!'
Itu yang dimaksud. Dan, ha...ha....ha.... Tertawa & tertawa.
Jadi ternyata, kurang huruf 'A', untuk kata KELUAR. Dan kurang huruf 'i', untuk kata DIMATIKAN.
_____________________________
Yang terjadi, adalah tulisan: --Kelur masuk, mesin harap dimatken...!'--.
Padahal khan seharusnya, 'Keluar masuk, Mesin harap dimatikan...!'.
Mengapa bisa terjadi ?!
Penyebabnya adalah.........ditulis dlm kondisi, n e s u. Alias emosi.

Sebuah keputusan penting, bisa keliru.......,
jika diputuskan dalam suasana hati emosional,
jika hati sedang tidak consolatif. Hati yang tergesa-gesa.
Di sinilah diperlukan, pembedaan roh, discerment. Keheningan.


Syalom. Wilujeng ndalu. Rahayu-rahayu-rahayu.

Wasalam:

-agt agung pypm-
www.lelakuku.blogspot.com
www.biblestudiescommunity.com

Tidak ada komentar: