Selasa, Oktober 28, 2008

Kuda Lumping

Di dalam pertunjukkan musik, --baik itu organ-tunggal, campur-sari, ndhang-dhut--, yang lalu menjadi ciri khas adalah, selalu ada permintaan dari penonton, lagu yang berjudul 'Kuda Lumping'. Lagu itu dikarang oleh R.H. Oma Irama. Aslinya, dinyanyikan oleh Elvie Sukaesih.

Ada suatu permainan. Permainan unik sekali.
Orang naik kuda,
tapi kuda bohong, namanya, kuda Lumping.
Aneh-nya permainan ini, Orang-nya bisa lupa diri,
Dia makan rumput, Juga makan kacang, aduhai, ngeri sekali.

Itu kuda-lumping, kuda-lumping, kuda-lumping, kesurupan,
Itu kuda-lumping, kuda-lumping, kuda-lumping, loncat-loncatan.

Awas, jangan dekat-dekat, Melihat permainan ini,
Karena akibatnya, bisa berbahaya, Itulah, kuda-lumping.

Itu kuda-lumping, kuda-lumping, kuda-lumping, ......kesurupan,
Itu kuda-lumping, kuda-lumping, kuda-lumping, ......loncat-loncatan.
________________
Ada seorang umat, berprofesi sebagai pengajar di sebuah perguruan tinggi di Jawa Timur. Orangnya, cakap, kapable, inteligible. Yang jelas dia mumpuni untuk tugas dinasnya, pengajaran. Sayang, belum lama terkabarkan, bahwa dia harus keluar dari tempat kerjanya, gara-gara ......... Gara-gara kuda-lumping.

Ceritanya, --ibaratkan saja-- dia senang permainan kuda-lumping. Ketika di lingkup kerja, kerap terjadi omong-omong antar kawan. Tentang mereka sendiri dan juga kadang tentang 'Bos'-nya. Tak soal, omong-omong positif biasa terjadi. Agak nyrempet negatif --sbgmn diistilahkan 'ngrumpi'--, juga biasa. Sesuatu yang sebenarnya biasa.
Namun umat itu jatuh dalam -pola bicara- dan lalu biasa melihat orang lain, dari kacamata 'Kuda lumping'. Kawan-kawan-nya sudah ter-biasa, dan sudah tahu perihal kacamata Kuda-lumping itu. Mereka tak ambil pusing.

Namun sayang, kali itu yang terkena standarisasi kuda-lumping, adalah Bos-nya. Sekali, tak terjadi apa. Dua kali, tak apa juga. Namun, ketika pada peristiwa hitungan ke-tiga. Tergerak-lah boss-nya, untuk meng-usut perihal 'Kuda Lumping'. Bos-nya, tak rela, jika dilihat dan lalu disimpulkan negatif --atau jelek-- hanya karena tak suka permainan kuda lumping.

Tindakan praksis-apes terjadi. Si umat itu harus mundur dari tempat kerjanya. Hanya gara-gara 'Kuda Lumping'. Dia di-mundurkan. Karena 'ke-utama-an Kuda Lumping', yang terlalu kenceng.

____________________________
Memang, Tiap orang musti punya penghayatan 'kesalehan' pribadi.
Tapi, tak harus memaksa orang-lain, agar berpenghayatan yang sama.
Masih ada jenis permainan lain: dakon, petak-umpet, bekelan, jethungan, lompattali, dsb. Tak semua harus kuda-lumping.


Syalom. Wilujeng ndalu. Rahayu-rahayu-rahayu.

Wasalam:
-agt agung pypm-



Tidak ada komentar: