Syalom. Wilujeng ndalu. Rahayu-rahayu-rahayu.
Ibu Par, seorang pedagang nasi sayur di sebelah pasar hewan Ajibarang, berpenampilan biasa saja. Suatu siang, penampilannya agak istimewa. Baju bagus. Tas pesta. Jilbab baru. Disertai dandanan perempuan kebanyakan yang biasanya pergi pesta. Karena beda dengan hari biasanya, saya berkomentar bernada tanya: "Kok tumben cantik sekali....! Sekang pundi kiye...? Pesta ya..!" Bayangan saya, jawabannya, "Ya. Sekang pesta.!" --entah pesta ultah, entah sunatan, entah kawinan(red:)-- disertai wajah ceria berseri-seri bernuansakan kegembiraan pesta.. Itu tadi bayangan saya.
Tapi bayangan saya meleset. Mendengar komentar saya, mukanya jadi meradang, njaprut. Jawaban Bu Par: "Sekang tuku rai.....!" Ekspresi yang menyertai adalah ekspresi orang yang kesal, wegah, bosen, sengit.
Karena persepsi saya meleset, lalu saya tanya lagi: "Lho kok tuku rai. Raine ta cantik. Sing cantik ta rai-raine dhewek. Kok dikandhakna raine lhe tuku. Kuwi kepriwe larah-larahe....?"
Usut-punya-usut, Bu Par baru saja kondangan, dari njagong hajatan. Dia harus bawa beras 2 kg. Gula-teh. Dan uang sumbangan Rp 50.000,- Seorang kenalan baiknya baru saja menyupitkan anaknya. Pesta supitan dirayakan dengan nanggap organ tunggal.
Hajatan adalah pesta. Mestinya yang diundang datang juga dengan suasana hati pesta, gembira, kesukaan, consolasi, damai sejahtera. Namun realitas bicara lain. Bu Par diundang pesta. Datang. Tapi hatinya njaprut. Senyumnya, senyum formil. Disposisi batinnya, garing. Dia bilang, tuku rai. Artinya, kemudu-kudu datang atas suatu undangan. Karena kalau tidak datang malu, isin, tak punya muka. Muka harus diletakkan di mana. Maka cost: 2 kg beras, gula-teh, Rp 50 ribu, adalah beaya untuk tuku rai.
Tahun ini kita sedang bergelut dng soal formalisme agama. Di masyarakat ada banyak formalisme lain. A.l: formalisme pesta, formalisme senyum, formalisme jabat tangan, formalisme keg sosial dan formalitas-formalitas yang lain. Akibatnya, Bu Par, ya itu tadi: "Tuku rai..." Mari kita bergelut.
Wasalam:
- agt agung pr --
Tidak ada komentar:
Posting Komentar