Minggu, September 28, 2008

Antara telur & ayam. Antara koor & derigen . Mana yang lebih dulu ?

5 Syalom. Wilujeng ndalu. Rahayu-rahayu-rahayu.

1. Ada beberapa rekan, kirim surat-elektronik (E-Mail) pada saya. Tulisannya mbok terus..! Kata mereka. Tak bisa jawab spontan saya. Karena jari saya menulis berdasar gerak-hati, atau 'wangsit'. Dus bisa ada, bisa tidak. Bisa mutu, bisa tidak mutu. Bisa lurus, bisa kleru. Untuk itu minta maap.

2. Ada yang tanya pula, bagaimana perkembangan kesehatan  Rm Joko Pur pr. Kini kian membaik. Yang msh agak repot, per 15 menit mesti harus ke belakang. Kalau tak, gawat. Bisa nguompol. (maap, tambahan red. & maap pula krn rada saru).

3. Yang jelas, berdasarkan pertimbangan di alinea dua, Sabtu sore 27/09/'08 saya menggantikan beliau mimpin Misa Kudus di Gereja Katedral. Yang tugas koor, adalah SD St. Maria Susteran Purwokerto, klas 1 - 3. Rata-rata usia anak klas-klas tsb, berkisar 6 - 9 tahun.. Jadi warna suara koor anak-anak demikian mendominasinya. Suara macam itu menyenangkan. Polos. Lugu. Tulus. Agak lucu, Juga nek kleru.

Lagu pembukaan, lumayan bagus. Lagu Tuhan kasihanilah kami, jalan. Lagu Kemuliaan....? Mlaku dhewe.....!. Maksudnya,  ternyata per lagu - per derigen. Jadi satu lagu, satu derigen. Dus gonta-ganti komandan lagu. Mungkin maksud suster pendampingnya biar rata. Atau bermaksud mengoptimalkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki anak-anak.

Habis lagu Agnus-Dei, biasanya langsung dilanjutkan Kidung Kemuliaan. Pastor juga, biasanya yang ngangkat di bag awal.

Sabtu sore kemarin juga gitu.  Sehabis agnus-Dei, pastor  langsung ngangkat bag awal Kemuliaan. Umat, otomatis langsung menyambung bag lagu selanjutnya.  Karena per lagu, per-derigen tadi. Habis derigeni agnus dei, si anak  langsung turun dari mimbar.

Habis si derigen --agnus Dei-- turun, derigen Kemuliaan tak naik-naik. Namanya anak,mungkin blm pikir betul mekanisme ini. Walhasil, dinyanyikanlah lagu Kemuliaan tanpa derigen. Dan jalan. Lancar.

Sesudah lagu kemuliaan jalan, rupanya anak pen-derigen-lagu Kemuliaan  baru sadar bahwa itu bagian yang hrs dia pimpin. Maka si derigen cilik itupun segera lari bergegas naik ke mimbar untuk beri aba-aba. Tapi ya itu tadi: 'telat'. Dia ngabani, ketika koor sudah jalan dengan sendirinya. Dadi, rada wagu.

Mestinya derigen beri aba-aba, baru koor start.
Kemaren,  Koor start dulu, baru derigen beri aba-aba.
Jadi kuwalik.
Sadar akan hal itu, para orangtua di bag akhir misa pada ketawa, ha,ha,ha. Hi,hi,hi. Meng-ketawai anak-anak mereka sendiri, yang kuwalik.

Di tahun rohani Jangli, pada tiap angkatan bimbingannya, Alm. Rm Notosusilo pr. dulu juga sll cerita, ttg Alm. Rm Sanjaya, --yang dimakamkan di Kerkof Muntilan--, krn saking lugu & polosnya, dia kalau pakai sepatupun kerap kuwalik.

Di Kampung laut dulu, juga kurang lebih sama. Jika latihan koor. Mnrt teori musik, mestinya latihan not dulu, baru syair, kata-kata.

Kalau itu diterapkan, ora dadi-dadi koore. Maka, biar dadi,   yang dilatih syairnya dulu,  selancar mungkin, dicontone ramane. Habis itu baru not-nya. Dijamin paduan-suara dan paduan-nada jadi indah & lancar. Jadi harus diwalik. Dan memang kuwalik.
Anak-anak, pf atas usahamu memuji Bapa.

Bapa, terimalah kuwalik-kuwalik kami.......anak-anakMu.
Semoga, dunia-pun juga tidak kuwalik-walik.

Wasalam:
- agt agung pypm -

Tidak ada komentar: