Kamis, November 06, 2008

Warung Makan & Ngecap

Masih berkisar dengan soal Rumah makan. Ada menu yang enak. Ada pula yang tak enak. Ada yang pas di lidah, ada pula yang tak nyaman di rasa. Banyak sebab yang menentukannya.

Di dekat garasi Bus Tri-Sakti Magelang ada sebuah warung makan. Menunya, opor ayam, kikil, jangan tempe, saren, kerupuk, dsb-dsb. Suatu saat saya perjalanan dari Semarang. Pas perut lapar, mampir di warung makan tsb. Yang jual juga pemilik, adalah seorang Ibu, sudah agak tua. Berpenampilan pakaian model jarik-an.

Karena lapernya, makanlah mulut, lahp-lehp....., dengan lahapnya. Habis tuntas piring di nasi. Makan selesai, disambung udud rokok ''76 eceran sebatang. Sambil ngamati situasi, terasa ada yang tak nyaman di warung itu, yakni, banyak lalat-lalat. Beterbangan & mencok di sayur dan makanan warung itu. Sayang terkesan dibiarkan. Tak kelihatan ada upaya mengusirnya. Apa dengan nyalakan obat nyamuk bakar, apa dengan nyalakan lilin, apa dengan air dimasukkan dalam plastik lalu digandhul-gandhulke, apa pula dengan masang lem-tikus bin lem-lalat.

Tergerak hati, sayang akan warung itu, saya beri keterangan pada si Ibu, 'Waaah ! Eco sayure bu.... Mantep rasane.....!' Ning sayang siji. Upamane lalat-lalat laler niku di ilangke mesthi luwih siiip !'
Bayangan di pikiran, si ibu akan mengucapkan kata. 'Terimakasih, matur-nuwun' atas kalimat saya yang bersifat menyumbang dan menyaran untuk kemajuan warung. Tapi bayangan, hanyalah bayangan. Bayangan itu ternyata salah. Ibu pemilik warung, dengan mimik muka tak ramah, menanggapi 'Sejak dulu ya sudah gitu. Mau beli silahkan. Mau tak beli ya silahkan. Teserah.....' ( Seking riyin nggih pun ngaten niki. Arep tuku, ngono.....! Ora, ya, ngono.......! ).
Sejak itu, saya tak pernah lagi mampir ke warung dekat garasi Tri-Sakti.

Ada seorang umat di Yogya. Lulusan S2 UGm. Dia iseng buka rumah makan. Model saung. Lesehan. Materialnya dari bambu-bambu, kayu dan pohon pisang. Tikarnya, chethingnya, piringnya, enthongnya, menunya, dsb-dsb. Semuanya 'kembali ke alam'.

Sekali dua kali, dia sendiri, meski punya beberapa pegawai, turun langsung melayani pembelinya. Aneka pengalaman dia dapatkan. Pahit dan manis. Pengalaman pahit adalah terkadang di-unek-unek-ke. Di-complain. Mana yang antre-nya lama. Mana yang kurang ini, itu. Kata-kata pedas diterimanya. Namun semua itu diterimanya. Dia ucapkan kata 'Maaf' dan 'Terimakasih' atas kekurang-nyamanan pelayanan rumah-makan. Complain itu dia refleksikan, untuk diperbaiki. Di lain waktu ternyata, pembeli-pembeli yang komplain itu datang-datang lagi. Mereka tak kapok datang ke rumah-makan, meski pernah mengalami ketidak-enakan.

Satu. Sdh agak lama, saya dr Smg, lewat jalan dekat garasi Tri-Sakti. Warung makan tempat ampiran, telihat sepi.
Belum lama lagi, saya lewat jalan dekat garasi Bus Tri-Sakti, warung makan itu tidak buka lagi. Tutup.

Dua
. Belum lama juga saya mampir Yk. Dengar bahwa warung makan model 'kembali ke alam', tak macet, malah berkembang terus. Titik impas yang diperkirakan 3 tahun. Modal pokok, satu tahun sudah kembali.

Dalam dunia memang ada mekanisme, kritik & antikritik, Introspektif & keras-hati, rendah-hati & tinggi-hati, inklusif & eksklusif. Keterbukaan & ketertutupan. Mutungan & lapang-dada. Konfirmasi & konspirasi. Pengecut & Ksatria. Negatif & positif.
T e r n y a t a : Yang Positif yang bikin maju. Terimakasih ke-positif-an.

Syalom. Wilujeng ndalu. Rahayu-rahayu-rahayu.

Wasalam:
-agt agung pypm-

www.lelakuku.blogspot.com
www.biblestudiescommunity.com

Tidak ada komentar: