Senin, November 03, 2008

N g e c a p

Setiap kali lewat jalur Bumiayu - Tegal, saya berhenti di Prupuk. Sebuah tempat di tepi hutan, dekat dengan persilangan rel kereta api dengan jalan raya. Terdapatlah di sana sebuah rumah makan sederhana. Pemandangan amat indah. Banyak pohon jati enak dipandang mata. Hamparan gunung dan bukit tergelar di hadapan mata. Kareta api, sekali dua kali lewat. Juga kendaraan berlalu-lalang, menambah lengkapnya suasana alam.

Sesudah sekian kali beli makan-minum di warung itu, terketahuilah bahwa, Si pemilik seorang pria, setengah baya. Dulu pernah kerja di Cirebon. Ikut kerja di toko emas. Merasa hidupnya tak berkembang, dia pulang ke tempat asal. Lalu jadi penampung kayu jati sepenuh-nyolong. Alias penadah illegal loging. Jadi penadah, hatinya kerap tak enak. Malah lalu jantung-nya juga ada gangguan. Lalu beralih haluan-lah dia, mencoba buka usaha Rumah-makan. Dengan modal yang mepet, dia ambil alih sebuah warung makan yang bangkrut, alias tak laku. Menu spesialisasi yang dipilih, ayam goreng.

Kedatangan saya pertama ke warung itu, pertama kali naik jeep Jimny. Berpakaian kaos terkena oli. Bercelana gojag-gajeg. Beli minum Teh Botol, seharga Rp 1500. Plus sebungkus Rokok '76.
Mampir lagi ke Rumah makan itu, naik trail. Dengan pakaian lengkap, seperti orang touring-sepeda-motoran: Jaket rapat, helm standart, celana plastik, sepatu boot anti air dan dada penameng-angin. Gagah, seperti tukang ojeg bumi-ayunan.
Di lain kesempatan, sempat mampir lagi di warung itu. Beli teh botol plus rokok. Kendaraan tunggangan, Colt T-120 Mitsubhisi, eng-ing-eng, raja-jalanan. Cat sudah ngelupas-ngelupas, agak keropos tapi --kata orang-- tak bermesin, saking 'halusnya'.
Tiap kali melihat saya, pria pemilik warung nampak menyimpan tanda-tanya. Dan suatu kali memberanikan tanya, 'Mas, nyuwun sewu, nyong nyuwun pirsa ya ! Sampeyan kiye, kok kayane sok berpenampilan 'Nggembel', niku jane profesi-ne napa ta ?'

Spontan saya jawab, 'Kula ta ngode mawon....! Tumut juragan.' Namun pria itu tak percaya. Masih tanya lagi, tanya lagi. Dia meyakini, kalau saya --yang sok berpenampilan nggembel-- adalah seorang juragan. Ya sudah. Tak ada titik temu. Namun, saya tetap me-maklum-i persepsinya..
Karena keyakinannya, bahwa saya itu seorang juragan, dia lalu tanya apa resepnya, agar Rumah-makan-nya laku. 'Waaahhhh, mumet tenan saya !'. Piye lhe njawab....?. Pikir. Pikir. Pikir. Daripada berkelanjutan mumet mikir, lalu tak jawab sak-kena-ne. Tentu jawaban itu berdasarkan pengalaman, kalau saya makan.

  1. 1. Kunci pertama Warung makan, adalah wedang, atau minuman-nya. Teh harus mantep rasane. Jangan nggelani. Kopi harus pakai air mendidih 100' drjt Celcius. Jangan sekali-kali pakai jarang termos, apalagi di termos wis rong wengi. Sekali pembeli, minum rasa tak enak, tak akan dia mampir lagi.

  2. 2. Sega, atau nasi, buatlah seenak mungkin. Kalau nasi enak, lauk yang lain ikut enak. Jika nasi tak enak, menu yang lain-pun jadi tak enak.

  3. 3. Sayur & laup pauk, Tak usah masak banyak-banyak. Yang penting masak hari itu, habis hari itu. Jangan bersisa, lalu dinget, lalu dijual lagi. Lebih baik habis, lalu katakan habis.

  4. 4. Senyum-lah selalu. Jaga keramahan & kesupelan. Jangan mbesengut, cemberut. Atau bersikap ngapoki.

  5. 5. Kebersihan. Usahakan tak ada lalat. Ambil lauk jangan pakai tangan langsung. Pakailah alat bantu, bisa garpu bisa penjepit lauk. Enthong jangan dimasukkan dlm rice-cooker atau magic jar. Kaca usahakan, mengkilat. Juga ada air utk cuci-tangan.

  6. 6. Harga. Harga itu nomor dua. Kalau makanan & minuman terasa enak, konsumen puas, harga berapapun tak tak akn jadi soal. Pasanglah harga wajar. Yang penting tak ngapoki.

  7. 7. WC-Kamar mandi. Itu syarat mutlak. Banyak orang mampir dalam perjalanan jauh. Tentu butuh kebutuhan primer itu. Tak harus mewah. Yang penting bersih dan harus ada air.

  8. 8. Balai-balai tempat relaksasi, mengulur otot. Dlm perjalanan jauh pegal kerap terjadi. Orang butuh meregangkan otot-otot tubuhnya. Sediakan hal itu.

  9. 9. Doa, Sembahyang. Mohon laris pada Tuhan.
Di lain kesempatan, saya berkunjung ke Rumah-makan itu lagi. Si pemilik, pria separuh baya, menyambut saya. Dia membilangi saya, 'Mas warung makan saya sekarang lumayan. Laris...! Malah kemarin warung-warung wetan pada ke sini, tanya, kok bisa laris dhukun-nya siapa dan dari mana ?.

Dukun penglaris-nya dari mana ? Batin saya menjawab, dukunnya .............
Gusti Yesus Kristus adalah Dukun segala dukun( ning dlm batin )



Syalom. Wilujeng ndalu. Rahayu-rahayu-rahayu.

Wasalam:
-agt agung pypm-

www.lelakuku.blogspot.com
www.biblestudiescommunity.blogspot.com


NB: Warung-warung wetan = warung sekitar setasiun Kereta-api Prupuk.

Tidak ada komentar: