Di Sungai serayu, pada musim kemarau maupun musim hujan, banyak orang mancing. Macam-macam motif orang memancing. Ada karena hoby. Ada pula karena profesi. Ada pula yang sekedar rekreasi. Ada pula yang untuk relaksasi. Belum lama, di bagian sungai itu, dekat Banyumas, terpancing seekor ikan sebesar bayi. 1. Ahmad Tohari, mendapatkan ilham-ilham untuk menulis novel 'Ronggeng Dukuh Paruk', banyak dari ketika berkegiatan mancing. 2. Di sawangan Purwokerto, dekat pusat oleh-oleh, terdapat sebuah klub mancing. Jika mancing, urunan Rp 25.000,-. Jika dapat, hasilnya bisa dijual. 1 Kg, Rp 30.000,- Sudah ada rumah makan yang bersedia menampungnya. 3. Di tempat lain, ada seorang Ibu, bersungut-sungut, karena suaminya ber-hoby mancing. Kerap ada kegiatan-kegiatan penting ditinggalkannya untuk pergi mancing. 4. Ada sebuah keluarga, kerap berantem, antara suami istri. Jika sedang emosi, suami lalu pergi mancing. Tetapi selalu kembali lagi. Dengan mancing, emosinya lalu jadi terkendali. 5.. Seorang aktivis paroki, melamar jadi PNS. Pikirannya agak tegang. Untuk relaksasi, dia pergi mancing ke Jembatan Serayu. Ketemu orang lain yang sama berhoby mancing. Karena kesamaan hoby, omong-omong. Akhirnya saling kenal, saling tahu. Rekan mancing ternyata anggota panitia penerimaan calon PNS. Saling tukar cerita, saling bantu. Akhirnya, nomor lamaran bisa jadi nomor atas, alias nomor kecil, sehingga masuk nominasi untuk diterima. Si pemilik nomor kecil itu sekarang sudah berprofesi sebagai PNS. Berkat mancing. Mancing ikan, adalah sebuah kegiatan. Kadang dihayati pula sebagai hoby. Plus atau minus kegiatan itu, tergantung dari, siapa yang memandang, cara memandangnya, dan cakrawala pandangannya. Selamat mancing. Selamat ber-hoby. Syalom. Wilujeng ndalu.. Rahayu-rahayu-rahayu. Wasalam: -agt agung pypm- www.lelakuku.blogspot.com |
Rabu, November 19, 2008
M a n c i n g
Label:
Pastoralia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar