Kamis, November 20, 2008
Benfi tapi rindu
Setiap manusia punya kawan. Ada kawan pria. Ada kawan wanita. Ada kawan lama. Ada kawan baru. Semua menyatu dalam akumulasi perjalanan sejarah hidup. Belum lama seorang kawan-lama berjumpa di Rawalo. Namanya, Pak Pdt. Itung-itung lama memang tak ketemu dengan dia. Hampir 5 tahunan.
+ Sesudah jabat tangan, Pak Pdt langsung berujar, 'Kalau ketemu sampeyan, ada satu hal yang tak bisa terlupakan.'
- Apa itu ? tanya saya.
+ 'Itu lho waktu kita diskusi bersama. Ketika terjadi perbedaan pendapat yang tajam. Sampeyan lalu omong, beri catatan bagi kita-kita: Kita boleh beda pendapat. Tapi bagaimanapun tajamnya perbedaan itu, tidak boleh saling benci....!' Iya khan.... !'
- Pikir-pikir terus pikir. Ingat-ingat terus ingat, saya memang pernah mengatakan itu 5 tahun yang lalu. Malah diri sendiri yang omong sudah lupa. Baru ingat lagi, ketika ada yang mengingatkan.
Pancasila, menyatakan kandungan makna, Bhineka Tunggal Ika. Berbeda-beda tapi tetap satu.
Dalam kitab suci, tak ada perbedaan antara Yahudi & Yunani. Antara orang Israel & Samaria. Antara yang terkemuka dengan yang terbelakang.
Di sorga-pun, kata Yesus, nanti tak ada orang kawin dan dikawinkan. Semua sama, satu ciptaan. Setara dan semartabat, sebagai Citra Allah.
So, antar manusia sebagai sesama,
1. Pendapat bisa dan boleh beda, tapi tidak boleh saling benci.
2. Gaya & perilaku bisa beda, tetapi tak harus ada kedengkian.
3. Pluralisme memang ada tapi tak boleh jadi bahan perpecahan.
Demokrasi ala kristianitas adalah memberi ruang bagi orang lain. Memberi tempat bagi perbedaan. Di sana ada ke-unik-an, ke-khas-an, ke-talenta-an, & ke...ke.... yang lain.
Orang bijak bilang, perbedaan adalah kekayaan. Memang, tak harus sama.
Selamat menjalani 'beda pendapat', tanpa harus saling benci, tentunya.
Syalom. Wilujeng ndalu. Rahayu-rahayu-rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-
www.lelakuku.blogspot.com
Label:
Kerohanian
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar