Senin, November 17, 2008

nDhang-dhoet

Pak Parto, dulu sudah terceritakan di forum ini. Dia pernah dipilih untuk menjadi seorang bendahara pembangunan mushola. Padahal imannya Katolik. Malah sampai sekarang masih memangku tugas sebagai ketua stasi.

Pak Parto, memang cerdik. Dulu ketika sekolah, dia memilih STM. Sebagai anak desa, dipilihnya sekolah di kota. Biar maju maksudnya. Kalau bersekolah naik kereta api. Desanya, dekat stasion Kebasen. Berangkat pagi-pagi sekali. Sekolah bubaran jam 13.00. Kereta api untuk pulang dari Purwokerto ke stasion Kebasen, baru ada jam 17.00. Selesai sekolah, masih ada waktu luang 4 jam. Sambil menunggu kereta, dia mengisi waktu-luangnya, dengan ikut kursus. Dipilihnya dulu kursus elektronika. Kebetulan guru les-elektronik-nya seorang katolik. Karena gurunya itulah, maka Parto muda lalu ikut, jadi seorang katolik. Lulus STM, Parto muda dapat dua ijasah sekaligus. Satu, ijasah formal--STM. Satunya lagi, ijasah non-formal, Sertifikat Kursus Elektronik.

Selepas lulus, dia nyantrik kerja ke bengkel elektronika. Tak lama kemudian, dia mandiri, buka bengkel elektronik di desanya. Diterimanya, service alat-alat elektronik: radio, TV, setrika, kipas angin, tape recorder, pompa air, dsb-dsb. Sekarang dia sudah tua. Bengkel elektroniknya, diteruskan oleh salah seorang anak laki-lakinya. Sekarang dia lebih senang bertani di sawah dan aktif berkegiatan di masyarakat.

Pengalaman di masyarakat, menjadikan dia agak piawai meng-organisasi masa. Namun dia tak berminat mencalonkan diri, sebagai kades. Mencalonkan diri sebagai kades, butuh dana banyak. Di desa kerap ada orang punya gawe, atau hajatan. Kerap pula jika hajatan, yang punya gawe 'nanggap' orkes. Ada orkes, organ-tunggal. Ada pula orkes ndang-dut, lengkap. Tergantung dana yang tersedia.

*'Nanggap' orkes musik, baik ndang-dut ataupun 'Campur Sari', di mana-mana banyak resikonya. Tiap ada pertunjukkan, banyak orang nonton. Ketika nonton pada berjoget. Ketika berjoget, ada pula yang sambil minum 'minuman keras'. Akibatnya darahnya pada tinggi, alias mudah emosi, bin nesu. Dus banyak yang mabok. Senggolan sedikit saja ketika joget, bisa jadi tawuran. Repot pula kalau ada penonton yang nekat, naik joget ke atas panggung. Susah menanganinya. Aparat kepolisian memang diterjunkan. Namun kadang repot juga, karena jumlahnya yang tak sebanding.

Suatu hari, di desa Pak Parto ada pertunjukkan orkes ndang-dut. Si-kon-nya, memang seperti terceritakan di atas. Banyak penonton berjoget. Ada yang naik ke panggung, untuk berjoget bersama penyanyi. Satu disuruh turun, yang lain naik lagi. Lama-lama malah tambah banyak. Petugas polsek yang dikirim untuk menjaga keamanan hanya dua orang. Repot sudah. Pada titik paling genting, kerusuhan hampir terjadi. Ada penjoget di panggung yang tak mau turun. Padahal jumlahnya, tak hanya satu. Tergganggu suasananya.

Ketika terasa, bahwa Petugas Polsek hampir tak bisa mengendalikan masa, Pak Parto mendekati aparat yang tugas. Sambil bisik-bisik, dia menawari trik, cara mengendalikan penjoget ndang-dut yang lagi mabok.
+ Pak parto bilang, 'Pak Polisi, saya bantu cara ngatasi anak-anak penjoget itu....!'
- 'Caranya, gimana ?' Petugas polisi tanya.
+ 'Gini, tuan rumah yang punya hajat, diminta untuk pesan lagu pada pimpinan orkes. Lagu yang dipilih yang sulit, dan tidak digemari. Jenis langgam, itu yang cocok. Nanti khan, penjoget-penjoget itu pada mundur sendiri-sendiri'.
- 'O.... Gitu !'
+ 'Ya ! Coba !'
Akhirnya Petugas Polsek menghubungi tuan rumah yang punya hajat. Betul. Si tuan rumah lalu pesan lagu jenis langgam. Judulnya, 'Caping Gunung'. Dan pemesanan itu diumumkan lewat pengeras suara.

Rupanya, resep pak Parto manjur. Begitu lagu syahdu berwarna langgam didendangkan, para penjoget mulai mundur satu demi satu. Memang lagunya susah untuk berjoget karena bersifat 'slow', alias mendayu-ndayu. Akhirnya, acara hajatan-pun lancar sampai akhir. Tak terjadi kerusuhan. Petugas polsek berterimakasih. Dan itu semua berkat resep dari Pak Parto: Tehnik mengendalikan masa.

Kecerdikan kadang-kadang lebih kuat daripada kekerasan.
Injil berpesan, 'Hendaklah engkau mulus seperti merpati. Cerdik seperti ular !'
Maka Daud-pun, yang kecil, bisa mengalahkan Goliat yang raksasa.


Syalom. Wilujeng ndalu. Rahayu-rahayu-rahayu.

Wasalam:
-agt agung pypm-
www. lelakuku.blogspot.com
www.biblestudiescommunity.com


NB: *Rm Joko punya cerita

Tidak ada komentar: