1. Seorang Ibu, pemberi materi, pada kursus pastoral, di ST-Kat Yogyakarta, memberi cerita-kesan, ketika mendengar salah seorang bekas peserta kursus, terpaksa mundur dari imamat, karena tersandung perkara wanita. Ibu itu bilang begini: 'Saya pernah diundang oleh seorang bekas imam, yang melangsungkan pernikahan di gereja kristen, demi keabsahan ikatan perkawinannya. Satu-satunya, umat katolik yang diundang ketika itu hanya saya. Saya salut pada bekas imam itu. Dia jujur pada saya. Dia mengaku telah jatuh. Dan saya tetap menghargai dia sebagai sahabat. Saya tahu, selibat itu dipertahankan dengan jatuh-bangun. Dan itu merupakan suatu hal yang tak mudah. Saya menghargai perjuangan-nya.'
2. Beberapa tahun yang lalu, saya pernah diajak seorang kawan, untuk menghadiri seorang imam yang mengundurkan diri dari imamat, melangsungkan peresmian pernikahan-nya di Wonogiri, sebelah timur Wonosari. Acara, juga dilangsungkan di sebuah gereja Kristen, di hadapan seorang pendeta. Dari pihak pria, hanya ada satu anggota keluarga yang datang, yaitu 'Om-nya'. Terpaksa, upacara dilangsungkan secara demikian, untuk menghindari pandangan 'kumpul kebo' dari masyarakat.
3. Ketika di SMA, ada seorang kawan, yang setiap kali agak mengecam pada saya, dikatakan 'Omongannya, soal cewek melulu !'. Ketika kuliah semester II, di perguruan tinggi, rekan tersebut, meng-hamil-i seorang guru TK. Akhirnya, terpaksa menjalanai 'pernikahan dhini', dengan segala dinamikanya yang memelas.
4. Alm Rm Gilarso SJ, dalam sebuah ceramahnya mengatakan, 'Kita itu mahkluk biologis. Fungsi sexualitas kita itu jalan terus. Semen --cairan air mani-- diproduksi terus. Juga, sel-sel sperma. Jika kantong penampung penuh, badan di sekitar pinggang akan terasa penuh juga. Dan sedikit tegang.' Kita musti sadar akan hal itu.
5. Awal tahun '70-an, ada sebuah penelitian di kota YK. Ditemukan, salah satu yang menjadikan Gereja Katolik itu kuat, adalah adanya rohaniwan-rohaniwati yang selibater, tidak nikah, demi ..........
Selibat, bisa diibaratkan seperti mutiara-mutiara dalam Gereja Katolik. Demikian kata seorang teolog, dan iuris. Dan mutiara itu bukan sebuah paket-jadi. Melainkan buah dari perjuangan dari waktu ke waktu.
Selamat berjuang memelihara mutiara-Gereja.
Syalom. Wilujeng ndalu. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-
Selasa, Mei 05, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar