Minggu, Mei 10, 2009

Novel

Dalam sebuah iklan di koran, tertulis 'Berlian adalah abadi'. Tak mengherankan, karena berlian adalah semacam batu. Batu itu barang, kebetulan batu itu indah, berkilauan sedap dipandang mata, maka bernilai. Malah nilainya amat tinggi. Maka harganyapun bisa amat tinggi. Tapi, ya itu, sekali batu, tetap batu. Tak bisa omong, tak bisa gerak. Sifatnya, statis.

Siswa-siswi SMP & SMA diberi pelajaran tentang sastra Indonesia. Juga kadang sastra dunia. Dalam dunia kesusastraan, kita kenal bentuk novel. Novel, adalah tulisan model karangan, tentang kehidupan manusia. Novel yang terkenal, sekitar jaman kemerdekaan, berjudul 'Siti Nurbaja'. Ada pula, yang berjudul 'Cinta Tak Sampai', 'Layar Terkembang'.

Era tahun tujuhpuluhan, ada Novel cukup terkenal. Malah meledak sampai di-film-kan. Judulnya, "Cintaku Di Kampus Biru'. Belum lama juga, Novel laris ber-level internasional muncul di pasaran, berjudul "Hary Potterr". Yang tak kalah hebohnya, belum lama muncul film, yang dibuat berdasarkan novel, 'Laskar Pelangi'. Malah di Purwokerto & Cilacap, anak-anak SD diajak oleh gurunya, untuk nonton film itu di bioskop. Tak tanggung-tanggung, mereka dari jauh men-charter bis-telung-prapatan. Berbondong-bondong pergi ke bioskop.

Asyik memang, menikmati novel-novel itu. Sampai-sampai, anak-anakpun sekarang tertarik untuk menulis, mengarang, membuat novel. Apalagi, yang bagus bisa dijual. Bisa untuk nambah income-ekonomi.

Sastra novel, ada kekuatannya, dan ada pula titik-titik lemahnya. Salah satu titik lemah, adalah, 'sekali baca, selesailah sudah'. Orang sesudah tahu kisahnya, lalu kurang tertarik untuk membacanya lagi. Memang, novel bersifat temporal dan kontekstual. Juga ada unsur aktual-nya.

Novel, adalah tulisan. Ditulis oleh manusia, dibaca oleh manusia juga. Nilai kemanfaatannya, dirasakan oleh manusia. Bisa bersifat menghibur, bisa bersifat penguat dalam menjalani hidup ini. Ada yang bersifat 'sesaat', ada yang temporal agak lama.

Di antara tulisan novel-novel terkenal di dunia ini, ada satu Novel, yang tak pernah kuno. Tak pernah usang. Tak pernah ketinggalan jaman. Orang tak pernah bosan membacanya, lebih dari sekali. Malah, ribuan kalipun novel itu selalu berbicara. Tulisan yang tak pernah usang itu, adalah 'Injil'. Kitab-suci.

Setiap kali Injil, Kitab-suci dibaca, selalu saja ada makna-makna. Malah Injil, Kitab-suci, tak lagi sebagai bacaan, melainkan malah jadi santapan. Sebagai santapan rohani. Inilah kekuatan, nilai plus Injil, jika dibanding tulisan-tulisan yang lain. Selalu relevan, selalu aktual.

Mengapa bisa demikian. Karena Injil adalah tulisan 'Firman'. Tak sembarang firman, melainkan Firman Allah. Firman itu menjelma dalam sebuah pribadi, yakni Pribadi Yesus-Kristus. Hidup Yesus Kristus itulah, yang dituliskan dalam sebuah Injil. Dan Injil Yohanes, bacaan hari ini

barangkali bisa menjadi jawaban: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kamu akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan Dia. Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku(Yoh 14:23-24).

Dan mengapa juga, Injil tak pernah usang, ketinggalan jaman, karena dalam Injil, Allah sendiri berkarya, lewat Roh-Nya. Dituliskan,
'
Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu (Yoh 14:25-26)',

Injil, bisa dipandang seperti Novel. Novel kehidupan, novel iman. Di sana, Allah sendiri ber-karya.
Maka meski sudah hampir 2000 tahun, usia Novel itu, tak pernah usang. Selalu ada makna, yang bisa kita timba.

Selamat menikmati 'Novel abadi'. Tak pernah usang sepanjang jaman.

Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Tidak ada komentar: