I. Di lampu-lampu merah, penampilan para pengamen itu, nyentrik. Meniru para artis penyanyi rock. Rambut model punk, pakai sepatu hitam-hitam. Apa-apa, hitam. Celana jeans hitam, dibolongi. Kadang pula rambutnya, dicat warna-warni. Kelihatan flamboyan, seperti artis sungguhan. Pernah pula, ada pengamen, pakai kaos bergambar salib model seperti yang terpasang di perhentian Jalan salib Sendangsono.
Apa yang ada di hati para pengamen berpenampilan seperti itu, tak tahu pasti. Namun bahwa mereka mengamen, tentu ada soal fundamental yang dihadapi mereka. Hal itu adalah soal ekonomi. Himpitan ekonomi. Dus soal kemiskinan. Lalu mengapa mesti ber-penampilan bak artis bintang penyanyi, tentulah ada yang melatar-belakangi.
Para pengamen muda, kerap juga nonton TV. Melihat mas-media, majalah yang terpampang di mana-mana. Mereka lalu tahu, style penampilan para artis. Dan lalu. Lalu meniru, berpenampilan seperti itu. Khas, agak beda, terkesan berani. Mungkin di hati terdalam, ingin juga menjadi seperti artis sungguhan. Profesi itu tak kesampaian, jadilah artis di tengah jalan, di lampu-lampu lalu-lintas. Mereka mengamen, untuk nafkah, makan dan minum harian.
Dan dalam diri pengamen macam itu, ternyata terjadilah titik temu dua realita. Realita pertama, ingin hidup seperti artis. Realita kedua, kemiskinan. Ibarat, sekeping uang bermuka dua.
II. Dalam diri Tuhan Yesus Kristus, juga terjadi titik-temu. Titik temu dua kenyataan: Ilahi & insani. Yesus sungguh Allah, sungguh manusia. Dalam dirinyalah, terjadi peristiwa inkarnasi. Sabda menjadi manusia. Buah dari titik-temu dua realitas--dalam diri Yesus--, adalah manusia bisa kontak dengan Tuhan. Dua dunia yang amat jauh, jadi menyatu. Lalu bisa komunikasi. Maka Yesuspun, disebut pula sebagai Sang Komunikator agung. Pribadi Yesus Kristus, adalah sebuah komunikasi antara Allah dengan manusia.
III. Tak tahu harus dibagaimanakan para pengamen. Tiap kali di-tramtib, muncul lagi. Dan itulah fakta. Bagi orang tertentu mereka nampak garang menakutkan, namun sebenarnya masih punya hati. Dan kadang hati itu sungguh kecil. Jika mereka beli nasi goreng, tak berani duduk di meja seperti para pembeli nasi goreng pada umumnya. Minta dibungkus, lalu dimakan, di bawah pohon, atau perko. Kelihatan ada warna tak percaya diri.
Chevrolet Hijau lansiran Umar Basalamah, Toko besi Prapatan, modelnya pick-up. Jika berhenti karena lampu merah, kerap dimintai tolong para pengamen untuk diperbolehkan numpang. Dari satu lampu merah yang satu, ke lampu merah yang lain. Lama-lama, mereka ada pula yang kenal dengan pengemudi pick-up. Dan lalu bertegur sapa, di forum yang berbeda.
Bacaan Kitab-Suci, hari-hari ini, juga bicara seputar Yesus yang memper-kenal-kan siapa dirinya: 'Barangsiapa telah melihat Aku, telah melihat Bapa.' Di sinilah ternyata, Yesus menjadi jembatan komunikasi antara manusia dengan Bapa di Sorga.
Komunikasi, kadang terasa tak mudah, namun tiap orang berkewajiban meng-usaha-kannya.
Syalom. Wilujeng ndalu. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar