Rabu, Mei 06, 2009

Kecanduan & ketagihan

Wild Life

Countries collection
Dalam hidup madat, sering terdengar kata nyimeng, sabu-sabu, pil-koplo, narkotika, narkoba, psikotropika, mendem, nyandhu, inex, ekstasi, morphin, nyuntik, ketagihan, sakauw, sekarat, dsb. Kata orang, itulah istilah yang meng-ungkapan dunia 'nikmat', namun semu.

1. Beberapa umat Purwokerto, keluarganya kalangkabut, kacau balau, karena anaknya terjerat narkotika.
2. Tadi pagi seorang umat, mati mendadak, disemayamkan di Adiguna sebelum dimakamkan. Dan, dia mati mendadak karena, 'overdosis'.
3. Beberapa bulan yang lalu seorang preman senior, yang biasa mangkal dekat swalayan Rita, juga mati mendadak, gara-gara overdosis.
4. Dua minggu lalu ketika sedang ngopi di pasar dekat Kebondalem, seorang Ibu melaporkan pada saya. Tak jauh dari tempat saya duduk, seorang pengamen sedang meminum pil koplo.
5. Beberapa tahun yang lalu, saya di Sumatara. Jalan kereta api di pulau itu, beberapa bagian masih melewati hutan-hutan. Para pekerja perbaikan rel-kereta, jika bertugas memperbaiki rel, menginap di tepi-tepi rel dan tepi hutan. Jika mereka buat kopi, dicampuri tanaman liar yang tumbuh di hutan. Katanya enak sekali. Dan itu sejenis ganja.
6. Kemaren, Bruder juga cerita pengalamannya, berusaha membantu seorang gadis cantik kecanduan narkotika. Jebolan SMU Stalla Duce. Ketika dia dimasukkan asrama, setiap kali ada dua orang muda mengitari asrama, meng-amat-amati, mencari gadis tadi. Sesudah kecanduan narkotika, meski cantik, gadis itu lalu jadi tak tahu malu. Merokok terus dan selalu meminta rokok pada siapa saja. Jika tak terpenuhi keinginannya, apapun dibantingnya. Seolah-olah dunia ini miliknya sendiri.

Narkotika, apapun bentuknya selalu menimbulkan kecanduan & ketagihan.
(i). Kecanduan. Dari kata 'candu'. Candu itu enak, buat orang fly, nyaman, katanya. Orang selalu ingin kembali menikmati candu. Ketika hasrat ingin menikmati candu itu muncul, disebut 'ke-candu-an'.
(ii). Ketagihan. Dari kata 'tagih'. Yang nagih bukan debt-collektor, penagih hutang, melainkan tubuh manusia sendiri yang nagih. Nagih untuk dilunasi. Seorang kecanduan narkoba, struktur kimiawi tubuhnya sudah berubah. Tiap kali tubuh itu jadi tak imbang mekanisme kerjanya. Agar stabil, seimbang musti disuplai yang namanya 'narkoba'.

Bacaan Kitab-suci dua hari lalu bicara tentang domba yang baik. Domba yang baik, berciri pertama, mengenali gembalanya. Kedua, mendengarkan suara gembalanya. Ketiga, mengikuti gembalanya. Gembala itu adalah Yesus. Dombanya, kita manusia. Setiap kali Sang gembala, menyuarakan ajaran 'kasih', pengorbanan demi sesama, bela kehidupan, kendalikan diri, jangan rusak kehidupan, dan juga alam. Dsb-dsb.

Banyak orang jatuh dalam narkotika, karena 'style', gaya hidup. Trend, mode, banyak kawan.
Alasan lain pula,
berjuta-juta orang menjalani. Katanya, itu sudah umum. Jika tak ikut, ketinggalan jaman.
Atas alasan-alasan itu, lalu tak ndengarkan suara Sang Gembala.

Padahal,
Berapapun, Banyaknya kawan yang menggunakan narkoba, tetaplah akhirnya merusak. Dan merusak, adalah dosa.
Bagaimanapun, hidup madat, tak sesuai dengan Suara Gembala.

Yang masuk sorga, adalah 'yang dikenal' oleh Bapa, Sang Gembala.
Yang dikenal, adalah yang mendengarkan, & lalu meng-
ikut-iNya.

Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-

Tidak ada komentar: