Dalam hidup harian, memang kadang ditemukan orang kesurupan. Ada yang tak sengaja, ada yang sudah bisa diprediksi sebelumnya. Yang bisa diduga akan ada orang kesurupan adalah permainan Kuda Lumping.
1. Pada suatu hari, beberapa tahun yang lalu, Peng-udud '76 pernah melihat sebuah acara tanggapan Kuda-Lumping. Saat persiapan, dibunyikan gamelan bertalu-talu. Pemainnya belum tampil. Sedang bersiap-siap. Tetapi penontonnya sudah banyak. Banyak pula anak-anak. Ketika gamelan dilantunkan, tiba-tiba seorang anak berseragam pramuka, lari ke tengah arena, dan menari. Lalu 'ndadi'. Kesurupan. Dus, pemainnya belum kesurupan, penontonnya sudah kesurupan.
2. Suatu sore, Trail-mot-nas, sedang pulang dari olah raga, renang. Di sebuah rumah tepi jalan, sedang diadakan pertunjukan Kuda-Lumping. Karena tertarik, lalu mandheg, ikut jadi penonton. Beberapa pemainnya memang kesurupan.
Karena sudah sore, satu-demi satu disembuhkan. Namun ada satu pemain yang tak bisa disembuhkan. Tetap 'ndadi'. Bahkan ketika gamelan sudah dihentikan. Lalu oleh 'Pawang', dengan beberapa orang, segala permintaan pemain yang 'ndadi', atau kerasukan itu, dilayani. Ternyata, pemain yang kerasukan itu menarik-narik Sang-Pawang, menuju suatu tempat. Karena penasaran, Trail-mot-nas juga meng-ikuti. Meng-heran-kan, ternyata pemain yang kerasukan itu, mengajak pergi ke sebuah kuburan. Kuburan terletak di bawah sebuah pohon besar. Di kuburan, di antara banyak batu nisan--atau Kijing--, pemain yang kesurupan, mengarah ke salah-satu batu nisan. Pada batu nisan yang dituju, Sang Pawang menyentuhkan kepala pemain yang kesurupan, di bagian ujung batu nisan. Tepat di bagian dahi-nya. Posisinya, seperti orang sujud. Pas, ketika dahi, atau 'bathuk' menyentuh batu nisan. Dan diiringi dengan doa, tiba-tiba sadarlah pemain yang kesurupan itu. Jadi sembuh.
3. Kesurupan, ternyata adalah fenomena. Sebuah kejadian yang sungguh ada dalam realitas hidup manusia. Bagaimana mau disikapi. Bagaimana mau dipandang. Tiap orang, tiap agama punya sudut pandang sendiri-sendiri untuk melihat makna di baliknya. Namun, dalam peristiwa yang aneh itu, selalu ada satu hal yang dilakukan oleh manusia. Yakni, 'doa'. Sebagai penyembuhannya.
Selamat berdoa. Untuk tidak ke-surupan-an.
Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-
Kamis, Mei 28, 2009
Selasa, Mei 26, 2009
Siti(a)Isah
Sebagiamana terceritakan dalam kisah 'Jagading Lelembut' kemarin, Siti, gadis dusun yang lugu, dirinya kerasukan 'roh'. Sejauh Roh itu mengaku, namanya 'Isa'. Dua realitas yang berbeda, satu dari dunia fana. Satunya, dari dunia baka. Jika dua nama itu di-'gathuk'-kan, menjadi sebuah nama yang indah sebenarnya, yakni 'Siti -A- isa'.
Fenomena kerasukan 'Siti-A-isa', memunculkan rasa prihatin beberapa person. Salah satu person orang adalah seorang Ibu, yang pernah terlibat dalam usaha per-gudhangan, di tempat Siti pernah mengalami kesurupan. Keprihatinannya, dengan peristiwa itu, bagaimana nanti kelangsungan usaha pergudhangan. Bagaimana supaya tidak terjadi gangguan oleh roh-roh lagi. Karena jika itu terus berulang terjadi, bisa-bisa usaha jadi bangkrut. Bagaimana dengan nasib pelanggan, nasib karyawan, dsb-dsb. Image perusahaan, jadi taruhan.
Maka pergilah Si Ibu yang punya perhatian itu, ke pihak-pihak yang bisa diajak omong. Temanya sederhana, 'bagaimana langkah-baik selanjutnya ?'.
Peristiwa 'Siti-a-Isa' berkaitan dengan beberapa hal.
Hal pertama, tempat di mana, terjadi peristiwa kesurupan.
Hal kedua, orang yang kesurupan.
Hal ketiga, roh yang me-surup-i.
Maka penanganan, musti melingkupi, menyangkut, mengarah ke ketiga-tiganya.
Tempat,
Tempat usaha, agar dibuat senyaman mungkin untuk ber-usaha, bekerja, ber-aktif-itas, menjalankan produktivitas. Dengan harapan, orang di situ krasan bekerja. Kebersihan, kesehatan, sirkulasi udara, tata-ruang, termasuk dalam hal ini.
Tak hanya kondisi tempat dalam arti fisik, yang dibenahi. Yang lebih penting pula, adalah susana-kerja. Inilah kerohanian kerja. Suasana kerja, dibuat yang meng-krasankan. Itu bisa terjadi dengan dibangunnya semangat human. Semangat human, adalah semangat kemanusiaan. Artinya, ada penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Pendeknya, penghargaan atas sesama manusia. Di situ ada, keseriusan kerja, kejujuran, saling kasih-mengasihi, perlakuan yang adil, dsb-dsb. Tak ada manipulasi, tak ada perseteruan, persekongkolan, perselingkuhan, intrik, benci, iri, dan i, i, i yang lain.
Yang kesurupan.
Roh datang, menghampiri dan lalu meminjam raga seseorang, karena pas, cocok. Ibarat radio, frekwensinya cocok. Yang jadi masalah, yang punya raga itu yang lalu merasa diboncengi. Jadi beban yang amat berat. Jiwa si pemilik raga, jadi tak punya daya. Ada ruang, yang rasa-rasanya diserobot. Siti, ketika ditanya saat kesurupan, 'Apa yang dirasakan ?'. Jawabnya, 'Merasa sadar, tapi tak bisa berbuat apa-apa. Serasa tertindih sesuatu yang amat berat, lalu tak bisa berkutik sedikitpun'.
Maka, bagi si pemilik raga, yang penting adalah mengkonstruksi diri agar kuat. Agar pribadinya kokoh, sehingga tak ada ruang kosong dalam dirinya. Dengan demikian tak ada kesempatan bagi roh-roh nunut masuk dalam ruang pribadi yang kosong itu.
Penguatan pribadi, bisa ditempuh dengan kesehatan jasmani & rohani. Kesehatan fisik mendapat porsi. Kesehatan mental juga mesti mendapat porsi secukupnya. Maka penting kegiatan rohani. Doa, puasa, matiraga, bacaan rohani, iqtifar, hidup soleh, dsb. Tak boleh dilupakan pula, doa yang sungguh serius. Doa yang serius adalah yang dengan hati. Tak sekedar ucapan kata, ucapan mantra. Tak sekedar baca rangkaian huruf doa, ucapkan bismilah, nyebut, hapal rapalan. Tak sekedar melaksanakan rutinitas belaka. Doa serius, musti sampai cakap-cakap. Bercakap-cakap dengan Tuhan. Apa yang dimohon, apa yang mau disampaikan diucapkan. Komunikasi doa tak hanya di awang-awang. Jika perlu diucapkan dengan mulut. Ditulis dengan tangan. Contoh doa macam ini, adalah doa 'Kanjeng Rama', alias 'Bapa kami'. Sebuah rumusan doa yang amat riil. Malah juga otentik, asli dari Yesus.
Selamat berdoa, model 'Bapa-kami'.
Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-
Fenomena kerasukan 'Siti-A-isa', memunculkan rasa prihatin beberapa person. Salah satu person orang adalah seorang Ibu, yang pernah terlibat dalam usaha per-gudhangan, di tempat Siti pernah mengalami kesurupan. Keprihatinannya, dengan peristiwa itu, bagaimana nanti kelangsungan usaha pergudhangan. Bagaimana supaya tidak terjadi gangguan oleh roh-roh lagi. Karena jika itu terus berulang terjadi, bisa-bisa usaha jadi bangkrut. Bagaimana dengan nasib pelanggan, nasib karyawan, dsb-dsb. Image perusahaan, jadi taruhan.
Maka pergilah Si Ibu yang punya perhatian itu, ke pihak-pihak yang bisa diajak omong. Temanya sederhana, 'bagaimana langkah-baik selanjutnya ?'.
Peristiwa 'Siti-a-Isa' berkaitan dengan beberapa hal.
Hal pertama, tempat di mana, terjadi peristiwa kesurupan.
Hal kedua, orang yang kesurupan.
Hal ketiga, roh yang me-surup-i.
Maka penanganan, musti melingkupi, menyangkut, mengarah ke ketiga-tiganya.
Tempat,
Tempat usaha, agar dibuat senyaman mungkin untuk ber-usaha, bekerja, ber-aktif-itas, menjalankan produktivitas. Dengan harapan, orang di situ krasan bekerja. Kebersihan, kesehatan, sirkulasi udara, tata-ruang, termasuk dalam hal ini.
Tak hanya kondisi tempat dalam arti fisik, yang dibenahi. Yang lebih penting pula, adalah susana-kerja. Inilah kerohanian kerja. Suasana kerja, dibuat yang meng-krasankan. Itu bisa terjadi dengan dibangunnya semangat human. Semangat human, adalah semangat kemanusiaan. Artinya, ada penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Pendeknya, penghargaan atas sesama manusia. Di situ ada, keseriusan kerja, kejujuran, saling kasih-mengasihi, perlakuan yang adil, dsb-dsb. Tak ada manipulasi, tak ada perseteruan, persekongkolan, perselingkuhan, intrik, benci, iri, dan i, i, i yang lain.
Yang kesurupan.
Roh datang, menghampiri dan lalu meminjam raga seseorang, karena pas, cocok. Ibarat radio, frekwensinya cocok. Yang jadi masalah, yang punya raga itu yang lalu merasa diboncengi. Jadi beban yang amat berat. Jiwa si pemilik raga, jadi tak punya daya. Ada ruang, yang rasa-rasanya diserobot. Siti, ketika ditanya saat kesurupan, 'Apa yang dirasakan ?'. Jawabnya, 'Merasa sadar, tapi tak bisa berbuat apa-apa. Serasa tertindih sesuatu yang amat berat, lalu tak bisa berkutik sedikitpun'.
Maka, bagi si pemilik raga, yang penting adalah mengkonstruksi diri agar kuat. Agar pribadinya kokoh, sehingga tak ada ruang kosong dalam dirinya. Dengan demikian tak ada kesempatan bagi roh-roh nunut masuk dalam ruang pribadi yang kosong itu.
Penguatan pribadi, bisa ditempuh dengan kesehatan jasmani & rohani. Kesehatan fisik mendapat porsi. Kesehatan mental juga mesti mendapat porsi secukupnya. Maka penting kegiatan rohani. Doa, puasa, matiraga, bacaan rohani, iqtifar, hidup soleh, dsb. Tak boleh dilupakan pula, doa yang sungguh serius. Doa yang serius adalah yang dengan hati. Tak sekedar ucapan kata, ucapan mantra. Tak sekedar baca rangkaian huruf doa, ucapkan bismilah, nyebut, hapal rapalan. Tak sekedar melaksanakan rutinitas belaka. Doa serius, musti sampai cakap-cakap. Bercakap-cakap dengan Tuhan. Apa yang dimohon, apa yang mau disampaikan diucapkan. Komunikasi doa tak hanya di awang-awang. Jika perlu diucapkan dengan mulut. Ditulis dengan tangan. Contoh doa macam ini, adalah doa 'Kanjeng Rama', alias 'Bapa kami'. Sebuah rumusan doa yang amat riil. Malah juga otentik, asli dari Yesus.
- "Rama kawula ing swarga.
- Asma Dalem kaluhurna.
- Kraton Dalem mugi rawuha.
- Karsa Dalem kalampahana, wonten ing donya kados ing swarga.
- Kawula nyuwun rejeki kangge sapunika.
- Sakathing lepat nyuwun pangapunten Dalem, kados dene anggen kawula ugi ngapunten dhateng sesami.
- Kawula nyuwun tinebihna saking panggodha,( saking roh-roh ),
- Saha linuwarna saking piawon. Amin."
Selamat berdoa, model 'Bapa-kami'.
Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-
Label:
Kemasyarakatan
Senin, Mei 25, 2009
Jagading Lelembut( kapindho )
Tiga hari lalu, seorang umat dengan karyawatinya, mencari romo ke pastoran. Maksud-tujuannya, mohon tolong, di gudhang tempat usahanya, ada orang kerasukan roh. Beberapa orang mengatakan 'kerasukan setan'.
Tanpa pikir terlalu panjang, kijang-dinas-hijau berangkat. Mendatangi gudang tempat orang ke-surup-an roh itu. Betul. Begitu masuk ruangan, sudah disambut seorang auditor keuangan. Seorang wanita. Wanita itu memegang salib kecil. Tangannya gemetar. Katanya, dia sedang ber-adu, perang dengan roh yang merasuki ex-karyawati gudang. Dari mulutnya muncul pertanyaan, bagaimana ini rm ? Bagaimana...!?
Dari pintu muka, pembawa kijang-hijau-dinas, yang juga peng-udud '76 terus diajak masuk gudang bagian belakang. Ternyata di ruangan pojok, beberapa karyawan sedang memegangi seorang wanita yang sedang meronta-ronta, kesurupan. Suasananya panik. Gemrubug. Wanita itu, dulu bekas karyawan. Siang itu datang, untuk pamitan. Ternyata malah kesurupan.
Peng-udud '76, bukan seorang dukun, bukan orang ampuh. Yang dipunyai hanya, iman. Kemantapan & kepercayaan. Kepercayaan bahwa Yesus adalah Tuhan. Aneh, begitu peng-udud '76 mendekati orang yang kesurupan, tiba-tiba ronta-rontanya, jadi tenang.
Setelah tenang, posisi orang kesurupan & para karyawan penolong, diajak ambil sikap doa. Ketika si-kesurupan dikelilingi banyak saudara, dalam suasana khidmat, dan lalu pengudud '76 tanya, 'rumahmu di mana ?' Dijawabnya oleh si wanita, tak dengan bahasa Jawa, atau Indonesia, melainkan dengan bahasa mandarin. Lalu ketika ditanya, dulu matinya kena apa ? Dijawab pula denga bahasa mandarin. Dus, tak tertangkap. Karena pengudud '76 tak kuasai bahasa itu.
Aneh kedua. Si wanita kesurupan, kok tiba-tiba bisa berbahasa mandarin. Padahal dia adalah orang desa Karangananas, yang belum pernah sekalipun belajar bahasa mandarin. Namun ketika kesurupan, dia lancar bahasa itu. Dan ketika ditanya, namanya siapa, si wanita ex-karyawati itu jawab, namanya 'Isa". Padahal nama aslinya Siti. Siti anak Karangnanas, Kecamatan Sokaraja.
Aneh & misteri. Ternyata, dalam hidup ada fenomena, ada-ada saja. Angel dipercaya, ning ana.
Sesudah kondisi tenang, Siti, yang raganya disusupi roh 'Isa', dihantar ke rumahnya. Dengan digotong beberapa rekannya, diangkut dengan Kijang hijau, ke rumahnya, karangnanas. Di kijang hijau, belakangan selalu bawa kaset lagu-lagu Gregorian. Ketika di jalan, lagu itu terputar dengan sendirinya, ketika mesin dinyalakan. Dan ketika lagu itu tetap tak dimatikan sebagai pengiring perjalanan, ternyata 'Siti'-pun juga bisa ikut nyanyi lagu Gregorian. Padahal, wanita ini bukan seorang Katolik.
Sesampai di rumahnya, Karangnanas, banyak orang menyambut. Ibu, saudara, tetangga, besar, kecil, dsb. Ada yang mencoba menolong. Namun ada pula yang meratapi, yakni ibunya, 'Mau mangkat waras, siki mulih kok kayak kiye.... Priwe ta kiyi....!?'
Di rumah, Siti ditidurkan di tikar. Peng-udud '76 mengajak semua saudara untuk tenang, tak panik. Diajak mereka duduk melingkar, lalu bersama berdoa dengan keyakinan masing-masing. Kebetulan, di Kijang hijau ada buku doa bhs Jawa, 'Padupan Kencana'. Dalam buku doa itu, ada doa 'Katur Tyas Dalem'. Lalu dipimpinlah banyak orang siang itu dengan berdoa 'Katur Tyas Dalem'. Mereka semua bukan orang katolik. Lalu tetap bisa ikut jawab 'amin',' amin'. Habis doa, tenanglah suasana. Tak berapa lama, rombongan Kijang hijau, mohon pamit.
Sekitar dua jam habis ditinggalkan, ada SMS, Siti meronta-ronta lagi. Si pengirim minta tanya 'bagaimana lagi ini....?' SMS jawaban, 'Dibuat suasana tenang, rileks dan didoakan...!'. Jawaban sementara demikian, karena Kijang hijau harus ke Stasi, untuk sebuah acara sore itu.
Esok paginya, ada laporan. Siti sudah sembuh. Sore kemarinnya juga dibantu oleh seorang tetangga yang bisa berbahasa mandarin. Semakin memulihkan kesehatannya.
Kini, Siti, wanita karangnanas sudah hidup normal. Kijang hijau, Sabtu siang sempat menjenguk rumahnya. Ditemuai Siti, Ibunya, dan beberapa saudaranya. Pertanyaan yang disampaikan mereka, 'Mbenjang malih, supaya boten kesurupan terus pripun.......?!'
Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-
Tanpa pikir terlalu panjang, kijang-dinas-hijau berangkat. Mendatangi gudang tempat orang ke-surup-an roh itu. Betul. Begitu masuk ruangan, sudah disambut seorang auditor keuangan. Seorang wanita. Wanita itu memegang salib kecil. Tangannya gemetar. Katanya, dia sedang ber-adu, perang dengan roh yang merasuki ex-karyawati gudang. Dari mulutnya muncul pertanyaan, bagaimana ini rm ? Bagaimana...!?
Dari pintu muka, pembawa kijang-hijau-dinas, yang juga peng-udud '76 terus diajak masuk gudang bagian belakang. Ternyata di ruangan pojok, beberapa karyawan sedang memegangi seorang wanita yang sedang meronta-ronta, kesurupan. Suasananya panik. Gemrubug. Wanita itu, dulu bekas karyawan. Siang itu datang, untuk pamitan. Ternyata malah kesurupan.
Peng-udud '76, bukan seorang dukun, bukan orang ampuh. Yang dipunyai hanya, iman. Kemantapan & kepercayaan. Kepercayaan bahwa Yesus adalah Tuhan. Aneh, begitu peng-udud '76 mendekati orang yang kesurupan, tiba-tiba ronta-rontanya, jadi tenang.
Setelah tenang, posisi orang kesurupan & para karyawan penolong, diajak ambil sikap doa. Ketika si-kesurupan dikelilingi banyak saudara, dalam suasana khidmat, dan lalu pengudud '76 tanya, 'rumahmu di mana ?' Dijawabnya oleh si wanita, tak dengan bahasa Jawa, atau Indonesia, melainkan dengan bahasa mandarin. Lalu ketika ditanya, dulu matinya kena apa ? Dijawab pula denga bahasa mandarin. Dus, tak tertangkap. Karena pengudud '76 tak kuasai bahasa itu.
Aneh kedua. Si wanita kesurupan, kok tiba-tiba bisa berbahasa mandarin. Padahal dia adalah orang desa Karangananas, yang belum pernah sekalipun belajar bahasa mandarin. Namun ketika kesurupan, dia lancar bahasa itu. Dan ketika ditanya, namanya siapa, si wanita ex-karyawati itu jawab, namanya 'Isa". Padahal nama aslinya Siti. Siti anak Karangnanas, Kecamatan Sokaraja.
Aneh & misteri. Ternyata, dalam hidup ada fenomena, ada-ada saja. Angel dipercaya, ning ana.
Sesudah kondisi tenang, Siti, yang raganya disusupi roh 'Isa', dihantar ke rumahnya. Dengan digotong beberapa rekannya, diangkut dengan Kijang hijau, ke rumahnya, karangnanas. Di kijang hijau, belakangan selalu bawa kaset lagu-lagu Gregorian. Ketika di jalan, lagu itu terputar dengan sendirinya, ketika mesin dinyalakan. Dan ketika lagu itu tetap tak dimatikan sebagai pengiring perjalanan, ternyata 'Siti'-pun juga bisa ikut nyanyi lagu Gregorian. Padahal, wanita ini bukan seorang Katolik.
Sesampai di rumahnya, Karangnanas, banyak orang menyambut. Ibu, saudara, tetangga, besar, kecil, dsb. Ada yang mencoba menolong. Namun ada pula yang meratapi, yakni ibunya, 'Mau mangkat waras, siki mulih kok kayak kiye.... Priwe ta kiyi....!?'
Di rumah, Siti ditidurkan di tikar. Peng-udud '76 mengajak semua saudara untuk tenang, tak panik. Diajak mereka duduk melingkar, lalu bersama berdoa dengan keyakinan masing-masing. Kebetulan, di Kijang hijau ada buku doa bhs Jawa, 'Padupan Kencana'. Dalam buku doa itu, ada doa 'Katur Tyas Dalem'. Lalu dipimpinlah banyak orang siang itu dengan berdoa 'Katur Tyas Dalem'. Mereka semua bukan orang katolik. Lalu tetap bisa ikut jawab 'amin',' amin'. Habis doa, tenanglah suasana. Tak berapa lama, rombongan Kijang hijau, mohon pamit.
Sekitar dua jam habis ditinggalkan, ada SMS, Siti meronta-ronta lagi. Si pengirim minta tanya 'bagaimana lagi ini....?' SMS jawaban, 'Dibuat suasana tenang, rileks dan didoakan...!'. Jawaban sementara demikian, karena Kijang hijau harus ke Stasi, untuk sebuah acara sore itu.
Esok paginya, ada laporan. Siti sudah sembuh. Sore kemarinnya juga dibantu oleh seorang tetangga yang bisa berbahasa mandarin. Semakin memulihkan kesehatannya.
Kini, Siti, wanita karangnanas sudah hidup normal. Kijang hijau, Sabtu siang sempat menjenguk rumahnya. Ditemuai Siti, Ibunya, dan beberapa saudaranya. Pertanyaan yang disampaikan mereka, 'Mbenjang malih, supaya boten kesurupan terus pripun.......?!'
Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-
Label:
Kemasyarakatan
Jumat, Mei 22, 2009
Menghadapi Kegelapan
Mana yang benar ?
1. Yesus mendatangi orang berdosa !
Atau,
2. Orang-berdosa mendatangi Yesus !?
Mana pula yang kerap terjadi.
1. Manusia mendatangi kegelapan ?
Atau,
2. Kegelapan mendatangi manusia ?
Yang kerap terjadi,
1. Manusia mendatangi kegelapan, Dan lalu,
2. Manusia juga menjadi gelap.
3. Jadi manusia digelapi. Manusia tdk jadi terang bagi dunia, tapi malah digelapi oleh dunia.
Namun yang jelas,
a. Manusia, menghadapi 'dunia-beraroma kegelapan' hampir tiap saat. Dalam arti, dunia, sebagai kekuatan sementara, yang bersifat merusak. Di Hp, internet, ada gambar-gambar berpotensi merusak. Di jalan ke arah Baturaden, ada 'bidadari-bidadari', losmen, tempat-hiburan, yang juga ada potensi goda, bersifat destruktif. Di lingkup pertemanan, banyak umat muda terjerembab pada narkoba, dan pergaulan-bebas.
Jika manusia tak kuat, atau semata menekankan kesenangan, hawa & nafsu belaka, manusia bisa 'terbawa arus'. 'Kenter', 'kendhang'. Masuk dlm kuasa setan, kuasa dosa, kuasa gelap, kuasa destruktif, merusak.
c. Agar tak kenter, patutlah mencontoh Yesus. Yakni, orang harus punya pegangan kuat. Pegangan kuat itu berupa hubungan-dekat. Dekat dengan Allah. Yesus adalah teladan orang yang dekat dengan Allah. Maka, dia sebut Allah, dengan 'Bapa', Abba. Dengan kedekatanNya itu, Dia jadi kuat. Kuat menghadapi cobaan, tantangan, derita. Malah, Derita salib.
Mengapa dipakai kata 'bapa'. Istilah 'bapa', diambil dari dunia pergaulan keluarga, yang meng-ungkap-kan kedekatan a.l: Bapak, ramak, Kaki, papi, Bapa. Ibu, mamak, simbok, biyung, mama, mami.
Yesus tahu, bahwa kita, umatnya, selalu dalam terpaan godaan. Spt kawanan domba, yang diincar serigala. Dia tahu itu. Maka, dia pun, menjaga, merawat, kawanan itu. Itu kelihatan dalam ajaran Yesus, terutama dalam Injil Yohanes.
Ada pesan-pesan, yang diberikan oleh Yesus, agar domba kuat menghadapi serigala. Pesan itu, yakni, Kasih. Kasih, adalah ungkapan kedekatan dua pribadi. Di situ ada saling. Saling paham. Saling memahami. Satu sama lain. Ada saling terima. Terima satu sama lain.
Ada penerimaan. Menerima kekurangan orang lain. Tak hanya kelebihan saja yang diterima, dipahami. Melainkan juga kekurangan-kelemahannya. Tanpa menerima kelemahan, orang sulit menerima orang lain. Sulit pula untuk mengasihinya.
Kasih, pada diri membuahkan rasa bangga-diri. Buah lebih lanjut adalah syukur.
Kasih, pada sesama, pada keluarga, membuahkan setia. Kesetiaan.
Kasih kepada Tuhan, 'Bapa yang dirasa dekat',
memunculkan, kata ketabahan, kepasrahan.
Kasih pada Tuhan, "yang rela mati disalib',
memunculkan, kata 'iman yang tahan uji'. 'Berkorban Sampai titik darah penghabisan'.
Menjelang naik ke surga, Yesus memberi tugas bagi para muridnya untuk mewartakan Injil. Injil adalah kabar gembira. Kegembiraan itu ber-ujud, semakin dekatnya manusia dengan Allahnya. Maka seperti Yesus, para muridnya, kita-pun lalu diharapkan menjadi semakin dekat dengan Allah. Dan akhirnya menyebutNya 'Bapa'.
Pendek kata, setiap pewartaan Injil, mestinya mengarah, semakin mendekatkan manusia dengan AllahNya.
Upaya mendekatkan diri pada Allah, bisa beraneka ragam bentuknya. Tiap usaha memperjuangkan martabat manusia, selalu ber-arti mendekatkan manusia dengan Tuhan. Demikian pula tiap usaha perbuatan baik, selalu ber-arti begitu: Menjadi menghantar, mendekatkan orang pada Allah.
1. Dalam peristiwa jatuhnya pesawat Hercules TNI-AU, terdapat seorang guru yang membawa pakaian seragam bekas dari Bekasi. Seragam bekas itu dikumpulkan, dikirim, untuk dibagikan pada anak-anak di Papua. Sebuah usaha kemanusiaan, pendidikan, .....
2. Sebuah Yayasan Sekolah Katolik di Sumatra, melarang murid-muridnya mencoret-coret pakaian seragam ketika lulusan. Seragam itu dikumpulkan untuk dikirimkan ke daerah transmigrasi. Agar anak-anak sekolah di daerah trans, bisa juga berseragam.
3. Seorang usahawan yang berhasil, memberikan gaji di atas UMR, pada karyawan-karyawannya. Sebuah usaha mendekatkan diri pada Allah dengan kebaikan, dengan men-sejahterakan.
Selamat mengusahakan 'kedekatan dengan Allah'. Dengan bentuk apapun.
Syalom. Wilujeng Wengi. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-
1. Yesus mendatangi orang berdosa !
Atau,
2. Orang-berdosa mendatangi Yesus !?
Mana pula yang kerap terjadi.
1. Manusia mendatangi kegelapan ?
Atau,
2. Kegelapan mendatangi manusia ?
Yang kerap terjadi,
1. Manusia mendatangi kegelapan, Dan lalu,
2. Manusia juga menjadi gelap.
3. Jadi manusia digelapi. Manusia tdk jadi terang bagi dunia, tapi malah digelapi oleh dunia.
Namun yang jelas,
a. Manusia, menghadapi 'dunia-beraroma kegelapan' hampir tiap saat. Dalam arti, dunia, sebagai kekuatan sementara, yang bersifat merusak. Di Hp, internet, ada gambar-gambar berpotensi merusak. Di jalan ke arah Baturaden, ada 'bidadari-bidadari', losmen, tempat-hiburan, yang juga ada potensi goda, bersifat destruktif. Di lingkup pertemanan, banyak umat muda terjerembab pada narkoba, dan pergaulan-bebas.
Jika manusia tak kuat, atau semata menekankan kesenangan, hawa & nafsu belaka, manusia bisa 'terbawa arus'. 'Kenter', 'kendhang'. Masuk dlm kuasa setan, kuasa dosa, kuasa gelap, kuasa destruktif, merusak.
c. Agar tak kenter, patutlah mencontoh Yesus. Yakni, orang harus punya pegangan kuat. Pegangan kuat itu berupa hubungan-dekat. Dekat dengan Allah. Yesus adalah teladan orang yang dekat dengan Allah. Maka, dia sebut Allah, dengan 'Bapa', Abba. Dengan kedekatanNya itu, Dia jadi kuat. Kuat menghadapi cobaan, tantangan, derita. Malah, Derita salib.
Mengapa dipakai kata 'bapa'. Istilah 'bapa', diambil dari dunia pergaulan keluarga, yang meng-ungkap-kan kedekatan a.l: Bapak, ramak, Kaki, papi, Bapa. Ibu, mamak, simbok, biyung, mama, mami.
Yesus tahu, bahwa kita, umatnya, selalu dalam terpaan godaan. Spt kawanan domba, yang diincar serigala. Dia tahu itu. Maka, dia pun, menjaga, merawat, kawanan itu. Itu kelihatan dalam ajaran Yesus, terutama dalam Injil Yohanes.
Ada pesan-pesan, yang diberikan oleh Yesus, agar domba kuat menghadapi serigala. Pesan itu, yakni, Kasih. Kasih, adalah ungkapan kedekatan dua pribadi. Di situ ada saling. Saling paham. Saling memahami. Satu sama lain. Ada saling terima. Terima satu sama lain.
Ada penerimaan. Menerima kekurangan orang lain. Tak hanya kelebihan saja yang diterima, dipahami. Melainkan juga kekurangan-kelemahannya. Tanpa menerima kelemahan, orang sulit menerima orang lain. Sulit pula untuk mengasihinya.
Kasih, pada diri membuahkan rasa bangga-diri. Buah lebih lanjut adalah syukur.
Kasih, pada sesama, pada keluarga, membuahkan setia. Kesetiaan.
Kasih kepada Tuhan, 'Bapa yang dirasa dekat',
memunculkan, kata ketabahan, kepasrahan.
Kasih pada Tuhan, "yang rela mati disalib',
memunculkan, kata 'iman yang tahan uji'. 'Berkorban Sampai titik darah penghabisan'.
Menjelang naik ke surga, Yesus memberi tugas bagi para muridnya untuk mewartakan Injil. Injil adalah kabar gembira. Kegembiraan itu ber-ujud, semakin dekatnya manusia dengan Allahnya. Maka seperti Yesus, para muridnya, kita-pun lalu diharapkan menjadi semakin dekat dengan Allah. Dan akhirnya menyebutNya 'Bapa'.
Pendek kata, setiap pewartaan Injil, mestinya mengarah, semakin mendekatkan manusia dengan AllahNya.
Upaya mendekatkan diri pada Allah, bisa beraneka ragam bentuknya. Tiap usaha memperjuangkan martabat manusia, selalu ber-arti mendekatkan manusia dengan Tuhan. Demikian pula tiap usaha perbuatan baik, selalu ber-arti begitu: Menjadi menghantar, mendekatkan orang pada Allah.
1. Dalam peristiwa jatuhnya pesawat Hercules TNI-AU, terdapat seorang guru yang membawa pakaian seragam bekas dari Bekasi. Seragam bekas itu dikumpulkan, dikirim, untuk dibagikan pada anak-anak di Papua. Sebuah usaha kemanusiaan, pendidikan, .....
2. Sebuah Yayasan Sekolah Katolik di Sumatra, melarang murid-muridnya mencoret-coret pakaian seragam ketika lulusan. Seragam itu dikumpulkan untuk dikirimkan ke daerah transmigrasi. Agar anak-anak sekolah di daerah trans, bisa juga berseragam.
3. Seorang usahawan yang berhasil, memberikan gaji di atas UMR, pada karyawan-karyawannya. Sebuah usaha mendekatkan diri pada Allah dengan kebaikan, dengan men-sejahterakan.
Selamat mengusahakan 'kedekatan dengan Allah'. Dengan bentuk apapun.
Syalom. Wilujeng Wengi. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-
Label:
Katolisitas
Rabu, Mei 20, 2009
Relevansi Roh-Kudus
SMS Pertanyaan.
Beberapa hari yang lalu, ada SMS dari seorang umat, masuk ke HP. SMS itu tertulis begini: 'Rm apa yang dimaksud dengan dosa melawan Roh Kudus ?. Katanya dosa itu, yang terbesar ?'.
Kebetulan, minggu ini banyak umat mengadakan doa novena roh kudus. Kiranya menjadi tepat pertanyaan, di atas tadi. Dan tepat pula penggunaan tehnologi komunikasi(HP) untuk sesuatu yang positif. Pas pula dengan tema Minggu 24 Mei, sebagai Hari Komunikasi.
Realitas - Idealits
1. Dosa, adalah menggunakan atau melakukan, sesuatu yang tidak tepat, tidak pas, melenceng, meleset, menyimpang. Hubungan atau relasi dengan Allah yang semestinya harmonis, menjadi tidak harmonis. Manusia yang mestinya menghormati Hak-hak Allah, malah 'menyepelekan' Allah, dsb.
2. Semestinya, kerapkali berbeda dengan kenyataannya. Idealitas, kadang tak sesuai dengan realitas. Terjadi bengkok-bengkokan kehidupan. Untuk itulah Yesus sesudah naik ke Surga, kembali kepada Bapa, lalu mengutus Roh Kudus, untuk ..........
Peran/fungsi Roh Kudus, menghantar ke Idealitas
Yesus pergi kepada Bapa. Dia kemudian mengutus Roh kudus. Peran Roh-kudus, sebagaimana dalam bacaan kitab Suci Sabtu yang lalu, adalah untuk menyadarkan manusia.
Menyadarkan ttg dosa.
Menyadarkan ttg kebenaran.
Menyadarkan ttg penghakiman.
Dosa, sudah memisahkan relasi manusia dengan Allah. Dosa, sebuah bentuk pengingkaran atas kebenaran. Kebenaran, adalah 'Yesus pergi kepada Bapanya'. Karena Dia sendiri bermartabat Allah. Sehakekat dengan Allah. Yesus adalah Allah yang menjadi manusia, karena 'kasih'-nya pada manusia. Dosa, berbentuk perlawanan terhadap kasih. Ketidak-taatan terhadap nilai kasih. Tak cocok dengan ajaran 'kasih'. Manusia, kita sudah banyak mengerti tentang hal ini. Sadar akan pengertian iman ini.
Masalahnya adalah, manusia kerap-kali meng-abai-kan kesadaran itu. Di sini terletak duduk persoalannya. Roh Kudus, ber-aktif-itas dalam ruang-ruang kesadaran ini. Manusia ada dalam dua pilihan, mau menuruti kesadaran, atau mengabaikannya. Roh Kudus berperan 'menyadarkan'. Tidak mau sadar, berarti tak taat pada Roh Kudus. Malah secara jelas, bahasa Kitab Suci menegaskan 'melawan Roh Kudus'.
3.1. Orang sudah tahu, bahwa sebuah perilaku dilarang, namun toh, tetap nekat melanggar larangan.
2. Orang sudah tahu bahwa ada aturan, agar hidup tertib-baik, toh, tetap nekat tak mau diatur.
3. Orang sudah tahu, bahwa sebuah perilaku bersifat dosa, namun toh, tetap nekat melakukan.
4. Orang sudah sadar, bahwa sebuah perilaku akan mengganggu, malah mengacaukan hidup banyak orang, toh nekat mengacaukan.
5. Orang sudah tahu, bahwa sebuah perilaku bisa membahayakan orang lain dan dirinya sendiri, toh, tetap nekat dilakukan.
6. Orang sudah tahu, akibatnya akan masuk neraka, jauh dari Tuhan, toh tetap tak menghiraukan.
Daya Roh Kudus,
adalah daya dorong, daya bisik, menuju ke "Yang ideal". Meninggalkan realitas yang tak ideal.
Sadar, adalah titik-temu, antara dua realitas, dari 'yang-tak-ideal', ke "Yang-ideal".
Selamat mengusahakan 'Yang ideal'.
Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-
Label:
Katolisitas
Selasa, Mei 19, 2009
Untuk apa, Yesus Pergi
Seperti apa situasinya, seandainya Yesus tetap di dunia, sampai sekarang ini. Tak mudah untuk ber-andai-andai. Namun seandainya begitu, situasinya mungkin seperti yang digambarkan dalam Kitab Suci, pada kisah pengemis Lazarus & Orang kaya, yang sudah dipanggil Tuhan. Di antara mereka berdua terletak jurang yang amat dalam. Melihat situasi mulia Lazarus, Si kaya ingin hidup saudara-saudaranya yang masih hidup tak senasib dengan dirinya dalam alam neraka. Maka ia memohon agar yang masih hidup diingatkan-nya.
Namun peng-ingat-an itu tak relevan, dan tak akan mempan. Penulis Kitab Suci, menggambarkan bahwa 'meski seandainya ada orang bangkit dari kubur, mereka-pun tak akan percaya'. Itu ber-arti, seandainya Yesus tetap ada di dunia, orangpun tak akan mudah percaya padaNya. Sikapnya persis para parisi dahulu. Maka keberadaan Yesus di dunia dalam bentuk fisik, lalu tak ada maknanya. Tak ada relevansinya.
Maka betul dan tepatlah bacaan hari ini. Dalam teks bacaan hari ini, diberikan alasan, 'Mengapa Yesus Kristus pergi kepada Bapanya'. Kepergiannya, untuk--kemudian-- mengutus Roh Kudus, yang tak lain Roh Allah, dan juga Rohnya sendiri. Roh Allah-lah yang kemudian akan menjalankan fungsinya.
Fungsi dan peran Roh, adalah menyadarkan manusia.
Pertama, membuat sadar akan kedosaan.
Kedua, sadar akan kebenaran-sejati.
Ketiga, sadar akan penghakiman terakhir.
Dosa, telah menjauhkan, merusak relasi manusia dengan Allah. Relasi antara dua pihak, jadi tak harmonis, kacau-balau, rusak-sak. Dan itu terjadi karena relasi manusia dengan ciptaan lain yang juga tak harmonis.
Yesus pergi, kemudian mengutus Roh Kudus.
Roh Kudus, hadir membisiki, dalam bentuk segala hal yang bersifat positif:
Ajaran, keteladanan, usaha membuat segala sesuatu jadi baik, menjaga mutu kehidupan, dsb.
Mari meng-usahakan mutu kehidupan. Terus-menerus.
Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-
Namun peng-ingat-an itu tak relevan, dan tak akan mempan. Penulis Kitab Suci, menggambarkan bahwa 'meski seandainya ada orang bangkit dari kubur, mereka-pun tak akan percaya'. Itu ber-arti, seandainya Yesus tetap ada di dunia, orangpun tak akan mudah percaya padaNya. Sikapnya persis para parisi dahulu. Maka keberadaan Yesus di dunia dalam bentuk fisik, lalu tak ada maknanya. Tak ada relevansinya.
Maka betul dan tepatlah bacaan hari ini. Dalam teks bacaan hari ini, diberikan alasan, 'Mengapa Yesus Kristus pergi kepada Bapanya'. Kepergiannya, untuk--kemudian-- mengutus Roh Kudus, yang tak lain Roh Allah, dan juga Rohnya sendiri. Roh Allah-lah yang kemudian akan menjalankan fungsinya.
Fungsi dan peran Roh, adalah menyadarkan manusia.
Pertama, membuat sadar akan kedosaan.
Kedua, sadar akan kebenaran-sejati.
Ketiga, sadar akan penghakiman terakhir.
Dosa, telah menjauhkan, merusak relasi manusia dengan Allah. Relasi antara dua pihak, jadi tak harmonis, kacau-balau, rusak-sak. Dan itu terjadi karena relasi manusia dengan ciptaan lain yang juga tak harmonis.
- (1). Dengan sesama, relasi tak beres.
- Tak saling menghargai, diskriminasi, benci, iri, konspirasi, curiga, fitnah, egois, dsb.
- (2). Relasi dengan alam, juga tak harmonis.
- Alam bukannya dikelola dengan baik, dengan santun, melainkan dieksploitasi, diperas habis-habisan, demi kepentingan sesaat. Illegal-loging, penggundhulan hutan, pertanian tak berwawasan lingkungan, pengelolaan lahan serampangan, pertambangan asal-asalan, tanggul larangan, malah ditanami, dsb.
- (3). Relasi dengan Tuhan, apalagi.
- Ajaran Tuhan, di-enyak-enyak sak-geleme-dhewe. Sepuluh perintah Allah, tak digubris. Lima perintah gereja, tak didengarkan. Suara hati, diabaikan begitu saja. Suara agama-wan, dianggap angin lalu. Ma-lima, meraja lela. Dinikmati seenaknya. Tak pikir sesama, tak pikir keluarga, tak pikir anak-putu. Juga tak pikir urusan masyarakat & negara.
Yesus pergi, kemudian mengutus Roh Kudus.
Roh Kudus, hadir membisiki, dalam bentuk segala hal yang bersifat positif:
Ajaran, keteladanan, usaha membuat segala sesuatu jadi baik, menjaga mutu kehidupan, dsb.
Mari meng-usahakan mutu kehidupan. Terus-menerus.
Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-
Label:
Katolisitas
Senin, Mei 18, 2009
Ke mana, Yesus Pergi ?
Sesudah didoakan, tak berapa lama Sr Magda menghembuskan nafas yang ter-akhir. Suasana kematian yang biasanya mencekam, menakutkan, malam itu berbeda. Bedanya, Sr Magda menghembuskan nafas ter-akhirnya dengan iringan lagu 'Ratu Surga'. Sebuah kematian yang lalu terasa indah. Para suster menyanyikan lagu itu dengan nada khidmat & riang:
Ratu Surga.
Bersukacilah, aleluia.
Sebab Kristus yang telah kaukandung, aleluia.
Telah bangkit, seperti diramalkannya, aleluia
Doakanlah kami pada Allah, alleluia.
Kemanakah Sr Magda pergi ? Tak tahu kemana dia pergi. Dan tak ada orang yang bisa menjawabnya secara meyakinkan. Namun pertanyaan itu bisa dijawab secara iman. Atau dalam perspektif iman. Tentu saja iman katolik, karena Sr Magda OP, seorang biarawati katolik.
Kebetulan, bacaan Kitab Suci hari esoknya, adalah Yoh 16:5-11: 'Tetapi sekarang, Aku pergi kepada Dia, yang telah mengutus Aku...'.
Kepada Bapa, ternyata Yesus pergi. Dan ternyata, ini merupakan sebuah perwahyuan 'kebenaran'. Persoalan-nya kemudian, 'Apakah kebenaran itu ?'.
Dari ayat 10, ditegaskan bahwa kebenaran berarti, 'Yesus pergi kepada Bapa.' Inilah kebenaran iman, yang tertinggi, Yesus kembali kepada Allah Bapa.
Dan itu, tak mustahil, karena Dia sendiri adalah Allah(--yang menjelma menjadi manusia). Sebuah peristiwa inkarnasi, Sabda menjadi daging. Firman menjadi Manusia. Gusti man-jalma. Manjing ing jalma.
Iman Sr Magda, adalah iman akan Yesus.
Yesus yang mana, tak lain Yesus yang pernah hidup,
lalu sengsara,
lalu wafat,
dan akhirnya Bangkit.
Dari sisi ke allahan Yesus, bangkit berarti 'kembali kepada Bapa'. Maka kesimpulannya, sebagaimana pernah diutarakan dan dijanjikan oleh Yesus sendiri, Sr Magda juga ikut Yesus, mengalami kebangkitan. Dan itu ber-arti, Sr Magda, juga kembali kepada Bapa. Dalam kemuliaan, tentunya.
Kebangkitan, mengandung dimensi dua.
Dari sisi kemanusiaan, kebangkitan = berarti penyerahan kpd Bapa.
Dari sisi keallahan, kebangkitan = kembali kpd Bapa.
Selamat jalan Sr Magda OP, 'Kembali kepada Bapa'.
Syalom. wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung ypm-
Label:
Katolisitas
Sabtu, Mei 16, 2009
Kapokmu, kapan.........
- Suatu saat, Trail-mot-nas berjalan pelan dari arah Wangon ke Ajibarang. Di tengah perjalanan, terlihat sebuah sepedamotor berjalan agak terseok karena beratnya muatan. Motor itu membawa dua buah kandi, tergantung di kanan & kiri boncengan. Isinya bulat besar. Karena mencurigakan, motor over muatan itupun diikuti sambil diamati. Ternyata isinya, besi. Bukan sembarang besi, melainkan besi colongan. Besi itu berbentuk gulungan kawat baja, biasa dipakai di tiang-tiang listrik milik PLN. Fungsinya sebagai arde, penyalur arus negatif listrik, agar tenaga listrik stabil.
Belum begitu lama, di hutan jati, selatan Pemalang, ditemukan pula seorang bersepeda tewas di semak-semak. Selidik-punya selidik, di kegelapan malam, dia coba nyolong kabel PLN, dan lalu kesetrum. Ternyata, korban adalah penduduk setempat, yang kewanen nyolong kabel listrik. Padahal, kabel negatif, sudah dipasang di sela-sela kabel ber-arus positif & bertegangan amat tinggi. Disusun demikian, sebenarnya, agar pencuri kabel tak berani lagi nyolong. Orang-orang yang melihat, berkomentar, 'Pancen nekattttttttt tenan, !'
Dalam bahasa jawa, ada rangkain-kata, frase, atau pepatah berbunyi: 'Kapok-mu, kapan........!'
Di belakang rangkaian kata itu terdapat pesan-pesan mendasar soal perilaku kehidupan, berangkat dari sifat negatif tindakan seseorang. Kenegatifan sudah tak kuasa diperbaiki lagi. 'Wis.....pol !'. Dan itu sudah melewati dinamika-proses penyadaran dan kesadaran:
- 1. Orang sudah tahu, bahwa sebuah perilaku dilarang, namun toooooh, tetap nekat melanggar larangan.
- 2. Orang sudah tahu bahwa ada aturan, agar hidup tertib-baik, toooooh, tetap nekat tak mau diatur.
- 3. Orang sudah tahu, bahwa sebuah perilaku bersifat dosa, namun tooooh, tetap nekat melakukan.
- 4. Orang sudah sadar, bahwa sebuah perilaku akan mengganggu, malah mengacaukan hidup banyak orang, toooooh nekat mengacaukan.
- 5. Orang sudah tahu, bahwa sebuah perilaku bisa membahayakan orang lain dan dirinya sendiri, toooooh, tetap nekat dilakukan.
- 6. Orang sudah tahu, akibatnya akan masuk neraka, jauh dari Tuhan, tooooh tetap tak menghiraukan.
'Kapokmu kapan.......!' adalah sebuah peringatan. Dari sana orang diharap eling lan waspada. Ber-perhitung-an, mana yang boleh & mana yang tak boleh. Mana yang boleh terus dilakukan, & mana yang tak boleh terus.
Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-
Label:
Kemasyarakatan
Senin, Mei 11, 2009
Lelaki Dasar atau Dasar-lelaki
Seorang perempuan bernama Imah. Ketika gadis muda, mrantasi sepak-terjangnya. Pintar ping-pong, pintar voly. Aktivis masyarakat, Rt-Rw. Lulusan SMEA, pendidikan ter-akhirnya. Badannya, tinggi semampai, wajah menarik untuk dilirik. Tapi, itu dulu. Dulu begitu.
Kini, perempuan itu agak berantakan hidupnya. Gara-gara. Gara-gara laki-laki. Ada dua lelaki, yang mengukir memori membekas di batinnya. Memang, Ketika gadis. wajahnya cantik-menarik, maka banyak pemuda menaksirnya. Berangkat dari kepiawaiannya main volly, kenallah dia dengan seorang pemuda, yang juga pemain bola volly. Suatu saatpun, mereka menikah. Sampai akhirnya punya anak, malah sampai tiga orang.
Guna menghidupi keluarga, Si pemuda bekerja mencari nafkah. Apapun dijalani, sampai harus pergi ke kota besar. Profesi tukang batu dilakoninya, karena sebagai pemuda desa, memang pintar memasang batu-bata, meniru bapaknya. Sampailah juga di kota besar Metropolitan.
Ketika itu sedang dibangun Mall Taman Anggrek. Dia jadi pekerja, tiap hari memanjat bangunan bertingkat-tingkat.
Apes. Ketika tengah bekerja di calon gedhung tingkat tinggi, dia terpeleset. Jatuh menghujam ke tanah. Tewas seketika. Jasadnya dikirim ke desa asal, tak jauh dari kota Purbalingga. Buyarlah kebahagiaan Si Imah, sebagai ibu rumah tangga. Terpaksa status sebagai janda, disandangnya.
Atas kecelakaan itu, istrinya--Si Imah--, dapat santunan. Ada bantuan dana untuk pemakaman, dan sekedar uang untuk kelangsungan hidup sementara waktu. Ditabungnya uang itu oleh istri setia.
Perempuan yang kini janda ini, rajin berdoa, rajin peng-kaji-an. Suatu saat, dalam sebuah acara peng-kaji-an agama, kenallah dengan seorang pemuda. Pandang bertemu pandang, gayung bersambut air. Jadilah kedua insan itu menikah. Berangkat dari acara agama, disahkan dng upacara agama, di KUA.
Uang santunan yang masih utuh, diputarnya, untuk menambah income keluarga. Dibuatnya, sebuah warung kecil. Juga dibelinya sebuah sepedamotor, dimaksudkan untuk meng-ojek. Pengemudi-nya adalah suami-barunya. Dua, tiga-minggu skenario indah ini jalan mulus. Tiap hari ada dana masuk dari usaha ojek & warungnya.
Tapi apa yang kemudian terjadi. Suami barunya ternyata main mata. Main mata dengan perempuan lain. Tak tanggung-tanggung, sampai wanita-idaman-lain itu hamil. Jadi kasus sedesa. Ribut. Pak Lurah sampai harus turun tangan. Ini kasus yang pertama. Tak terlalu lama terselesaikan.
Tapik rupanya, kasus berlanjut kasus. Yang selanjutnya, suami barunya tak kapok bermain mata. Juga dengan wanita tapi yang kini berbeda. Ribut lagi, ribut lagi. Juga sampai hamil, dan lantas punya anak. Dus, jadi satu pria, tiga wanita.
Meski demikian, si pria, suami kedua Imah, masih pulang ke rumah. Namun kini tak pernah setor uang hasil ngojek-nya. Uang bablas tak tahu rimbanya. Tak hanya itu, jika pulang terus mau pergi, selalu ambil rokok Jizamzu sebungkus. Padahal itu barang dagangan. Lama-lama, warung kecil-pun bangkrut.
Perkembangan, rupanya tak membaik, melainkan kian buruk. Suaminya mulai jarang pulang. Itupun lalu juga tak soal. Yang jadi soal adalah, motor-ojek yang terbeli dengan uang santunan suami pertama, juga tak pulang. Dicari kesana-kemari, akhirnya ketemu, namun sudah dijual.
Hanya satu kata yang bisa diucapkan, 'Keterlaluan, dasar laki-laki..........!'
Saking mumetnya, perempuan bernama Imah rupanya jadi tak tahan, dia ber-usaha jualan jamu. Jualannya tak di pasar modern, atau pasar tradisional, melain kan di pasar hewan. Pembelinya, para penjual & pembeli hewan. Juga para blantik sapi dan wedus. Dan katanya, dari jualan jamu itu, pendapatannya tak seberapa. Dan katanya pula, dia lalu nyambi, nyandang status, sebagai 'Wanita Jalang'. 'Luweeeeeeeeh......', katanya.
Group Band musik, Koes Plus, pernah menyanyikan lagu berjudul, 'Liku-liku laki-laki'.
Jika para ibu berkumpul, pernah terdengar kalimat, 'Dasarrrrr laki-laki !'
Kota Purwokerto, Slogan-nya, 'Kota Satria'. Lelaki ideal, --menurut wayang-- adalah yang berwatak S a t r i a.
Menjadi laki-laki, adalah sebuah pilihan,
Mau jadi 'Lelaki dasar', atau 'Dasarrrrrrr laki-laki'.
Selanjutnya terserah...................
Selamat menjadi laki-laki.
Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-
Kini, perempuan itu agak berantakan hidupnya. Gara-gara. Gara-gara laki-laki. Ada dua lelaki, yang mengukir memori membekas di batinnya. Memang, Ketika gadis. wajahnya cantik-menarik, maka banyak pemuda menaksirnya. Berangkat dari kepiawaiannya main volly, kenallah dia dengan seorang pemuda, yang juga pemain bola volly. Suatu saatpun, mereka menikah. Sampai akhirnya punya anak, malah sampai tiga orang.
Guna menghidupi keluarga, Si pemuda bekerja mencari nafkah. Apapun dijalani, sampai harus pergi ke kota besar. Profesi tukang batu dilakoninya, karena sebagai pemuda desa, memang pintar memasang batu-bata, meniru bapaknya. Sampailah juga di kota besar Metropolitan.
Ketika itu sedang dibangun Mall Taman Anggrek. Dia jadi pekerja, tiap hari memanjat bangunan bertingkat-tingkat.
Apes. Ketika tengah bekerja di calon gedhung tingkat tinggi, dia terpeleset. Jatuh menghujam ke tanah. Tewas seketika. Jasadnya dikirim ke desa asal, tak jauh dari kota Purbalingga. Buyarlah kebahagiaan Si Imah, sebagai ibu rumah tangga. Terpaksa status sebagai janda, disandangnya.
Atas kecelakaan itu, istrinya--Si Imah--, dapat santunan. Ada bantuan dana untuk pemakaman, dan sekedar uang untuk kelangsungan hidup sementara waktu. Ditabungnya uang itu oleh istri setia.
Perempuan yang kini janda ini, rajin berdoa, rajin peng-kaji-an. Suatu saat, dalam sebuah acara peng-kaji-an agama, kenallah dengan seorang pemuda. Pandang bertemu pandang, gayung bersambut air. Jadilah kedua insan itu menikah. Berangkat dari acara agama, disahkan dng upacara agama, di KUA.
Uang santunan yang masih utuh, diputarnya, untuk menambah income keluarga. Dibuatnya, sebuah warung kecil. Juga dibelinya sebuah sepedamotor, dimaksudkan untuk meng-ojek. Pengemudi-nya adalah suami-barunya. Dua, tiga-minggu skenario indah ini jalan mulus. Tiap hari ada dana masuk dari usaha ojek & warungnya.
Tapi apa yang kemudian terjadi. Suami barunya ternyata main mata. Main mata dengan perempuan lain. Tak tanggung-tanggung, sampai wanita-idaman-lain itu hamil. Jadi kasus sedesa. Ribut. Pak Lurah sampai harus turun tangan. Ini kasus yang pertama. Tak terlalu lama terselesaikan.
Tapik rupanya, kasus berlanjut kasus. Yang selanjutnya, suami barunya tak kapok bermain mata. Juga dengan wanita tapi yang kini berbeda. Ribut lagi, ribut lagi. Juga sampai hamil, dan lantas punya anak. Dus, jadi satu pria, tiga wanita.
Meski demikian, si pria, suami kedua Imah, masih pulang ke rumah. Namun kini tak pernah setor uang hasil ngojek-nya. Uang bablas tak tahu rimbanya. Tak hanya itu, jika pulang terus mau pergi, selalu ambil rokok Jizamzu sebungkus. Padahal itu barang dagangan. Lama-lama, warung kecil-pun bangkrut.
Perkembangan, rupanya tak membaik, melainkan kian buruk. Suaminya mulai jarang pulang. Itupun lalu juga tak soal. Yang jadi soal adalah, motor-ojek yang terbeli dengan uang santunan suami pertama, juga tak pulang. Dicari kesana-kemari, akhirnya ketemu, namun sudah dijual.
Hanya satu kata yang bisa diucapkan, 'Keterlaluan, dasar laki-laki..........!'
Saking mumetnya, perempuan bernama Imah rupanya jadi tak tahan, dia ber-usaha jualan jamu. Jualannya tak di pasar modern, atau pasar tradisional, melain kan di pasar hewan. Pembelinya, para penjual & pembeli hewan. Juga para blantik sapi dan wedus. Dan katanya, dari jualan jamu itu, pendapatannya tak seberapa. Dan katanya pula, dia lalu nyambi, nyandang status, sebagai 'Wanita Jalang'. 'Luweeeeeeeeh......', katanya.
Group Band musik, Koes Plus, pernah menyanyikan lagu berjudul, 'Liku-liku laki-laki'.
Jika para ibu berkumpul, pernah terdengar kalimat, 'Dasarrrrr laki-laki !'
Kota Purwokerto, Slogan-nya, 'Kota Satria'. Lelaki ideal, --menurut wayang-- adalah yang berwatak S a t r i a.
Menjadi laki-laki, adalah sebuah pilihan,
Mau jadi 'Lelaki dasar', atau 'Dasarrrrrrr laki-laki'.
Selanjutnya terserah...................
Selamat menjadi laki-laki.
Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-
Label:
Kemasyarakatan
Injil & Novel
Dalam sebuah iklan di koran, tertulis 'Berlian adalah abadi'. Tak mengherankan, karena berlian adalah semacam batu. Batu itu barang, kebetulan batu itu indah, berkilauan sedap dipandang mata, maka bernilai. Malah nilainya amat tinggi. Maka harganyapun bisa amat tinggi. Tapi, ya itu, sekali batu, tetap batu. Tak bisa omong, tak bisa gerak. Sifatnya, statis.
Siswa-siswi SMP & SMA diberi pelajaran tentang sastra Indonesia. Juga kadang sastra dunia. Dalam dunia kesusastraan, kita kenal bentuk novel. Novel, adalah tulisan model karangan, tentang kehidupan manusia. Novel yang terkenal, sekitar jaman kemerdekaan, berjudul 'Siti Nurbaja'. Ada pula, yang berjudul 'Cinta Tak Sampai', 'Layar Terkembang'.
Era tahun tujuhpuluhan, ada Novel cukup terkenal. Malah meledak sampai di-film-kan. Judulnya, "Cintaku Di Kampus Biru'. Belum lama juga, Novel laris ber-level internasional muncul di pasaran, berjudul "Hary Potterr". Yang tak kalah hebohnya, belum lama muncul film, yang dibuat berdasarkan novel, 'Laskar Pelangi'. Malah di Purwokerto & Cilacap, anak-anak SD diajak oleh gurunya, untuk nonton film itu di bioskop. Tak tanggung-tanggung, mereka dari jauh men-charter bis-telung-prapatan. Berbondong-bondong pergi ke bioskop.
Asyik memang, menikmati novel-novel itu. Sampai-sampai, anak-anakpun sekarang tertarik untuk menulis, mengarang, membuat novel. Apalagi, yang bagus bisa dijual. Bisa untuk nambah income-ekonomi.
Sastra novel, ada kekuatannya, dan ada pula titik-titik lemahnya. Salah satu titik lemah, adalah, 'sekali baca, selesailah sudah'. Orang sesudah tahu kisahnya, lalu kurang tertarik untuk membacanya lagi. Memang, novel bersifat temporal, kontekstual. Juga aktual.
Novel, adalah sebuah model tulisan, di antara banyak model yang lain( Puisi, cerpen, cer-ber, legenda, gurindam, dsb-dsb). Dan itu-itu semua, ditulis oleh manusia, dibaca oleh manusia juga. Nilai kemanfaatannya, dirasakan oleh manusia. Bisa bersifat menghibur, bisa bersifat penguat dalam menjalani hidup ini. Bisa bersifat 'sesaat', bisa pula secara temporal, agak lama populernya.
Di antara buah-karya, produk berbagai model-model tulisan terkenal di dunia ini, ada satu model-tulisan, yang tak pernah kuno. Tak pernah usang. Tak pernah ketinggalan jaman. Orang tak pernah bosan membacanya, lebih dari sekali. Malah, ribuan kalipun model tulisan itu selalu berbicara. Tulisan yang tak pernah usang itu, adalah 'Injil'. Kitab-suci.
Setiap kali Injil, Kitab-suci dibaca, selalu saja ada makna-makna. Malah Injil, Kitab-suci, tak lagi sebagai bacaan, melainkan malah jadi santapan. Sebagai santapan rohani. Inilah kekuatan, nilai plus Injil, jika dibanding tulisan-tulisan yang lain. Selalu relevan, selalu aktual.
Mengapa bisa demikian. Karena Injil adalah tulisan 'Firman'. Tak sembarang firman, melainkan Firman Allah. Firman itu menjelma dalam sebuah pribadi, yakni Pribadi Yesus-Kristus. Hidup Yesus Kristus itulah, yang dituliskan dalam sebuah Injil.
Dan Injil Yohanes, hari ini meng-ungkap-kan demikian: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kamu akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan Dia. Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku(Yoh 14:23-24).
Dan mengapa juga, Injil tak pernah usang, ketinggalan jaman, karena dalam Injil, Allah sendiri berkarya, lewat Roh-Nya. Dituliskan,
' Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu (Yoh 14:25-26)',
Injil, bisa dipandang sebagai sebuah model tulisan. Tulisan sebuah makna kehidupan. Makna itu, adalah kesaksian iman. Di sana, Allah sendiri ber-karya.
Maka meski sudah hampir 2000 tahun, usia tulisan itu, tak pernah usang. Selalu ada makna, yang bisa kita timba.
Selamat menikmati 'Tulisan- abadi'. Tak pernah usang sepanjang jaman.
Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-
Siswa-siswi SMP & SMA diberi pelajaran tentang sastra Indonesia. Juga kadang sastra dunia. Dalam dunia kesusastraan, kita kenal bentuk novel. Novel, adalah tulisan model karangan, tentang kehidupan manusia. Novel yang terkenal, sekitar jaman kemerdekaan, berjudul 'Siti Nurbaja'. Ada pula, yang berjudul 'Cinta Tak Sampai', 'Layar Terkembang'.
Era tahun tujuhpuluhan, ada Novel cukup terkenal. Malah meledak sampai di-film-kan. Judulnya, "Cintaku Di Kampus Biru'. Belum lama juga, Novel laris ber-level internasional muncul di pasaran, berjudul "Hary Potterr". Yang tak kalah hebohnya, belum lama muncul film, yang dibuat berdasarkan novel, 'Laskar Pelangi'. Malah di Purwokerto & Cilacap, anak-anak SD diajak oleh gurunya, untuk nonton film itu di bioskop. Tak tanggung-tanggung, mereka dari jauh men-charter bis-telung-prapatan. Berbondong-bondong pergi ke bioskop.
Asyik memang, menikmati novel-novel itu. Sampai-sampai, anak-anakpun sekarang tertarik untuk menulis, mengarang, membuat novel. Apalagi, yang bagus bisa dijual. Bisa untuk nambah income-ekonomi.
Sastra novel, ada kekuatannya, dan ada pula titik-titik lemahnya. Salah satu titik lemah, adalah, 'sekali baca, selesailah sudah'. Orang sesudah tahu kisahnya, lalu kurang tertarik untuk membacanya lagi. Memang, novel bersifat temporal, kontekstual. Juga aktual.
Novel, adalah sebuah model tulisan, di antara banyak model yang lain( Puisi, cerpen, cer-ber, legenda, gurindam, dsb-dsb). Dan itu-itu semua, ditulis oleh manusia, dibaca oleh manusia juga. Nilai kemanfaatannya, dirasakan oleh manusia. Bisa bersifat menghibur, bisa bersifat penguat dalam menjalani hidup ini. Bisa bersifat 'sesaat', bisa pula secara temporal, agak lama populernya.
Di antara buah-karya, produk berbagai model-model tulisan terkenal di dunia ini, ada satu model-tulisan, yang tak pernah kuno. Tak pernah usang. Tak pernah ketinggalan jaman. Orang tak pernah bosan membacanya, lebih dari sekali. Malah, ribuan kalipun model tulisan itu selalu berbicara. Tulisan yang tak pernah usang itu, adalah 'Injil'. Kitab-suci.
Setiap kali Injil, Kitab-suci dibaca, selalu saja ada makna-makna. Malah Injil, Kitab-suci, tak lagi sebagai bacaan, melainkan malah jadi santapan. Sebagai santapan rohani. Inilah kekuatan, nilai plus Injil, jika dibanding tulisan-tulisan yang lain. Selalu relevan, selalu aktual.
Mengapa bisa demikian. Karena Injil adalah tulisan 'Firman'. Tak sembarang firman, melainkan Firman Allah. Firman itu menjelma dalam sebuah pribadi, yakni Pribadi Yesus-Kristus. Hidup Yesus Kristus itulah, yang dituliskan dalam sebuah Injil.
Dan Injil Yohanes, hari ini meng-ungkap-kan demikian: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kamu akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan Dia. Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku(Yoh 14:23-24).
Dan mengapa juga, Injil tak pernah usang, ketinggalan jaman, karena dalam Injil, Allah sendiri berkarya, lewat Roh-Nya. Dituliskan,
' Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu (Yoh 14:25-26)',
Injil, bisa dipandang sebagai sebuah model tulisan. Tulisan sebuah makna kehidupan. Makna itu, adalah kesaksian iman. Di sana, Allah sendiri ber-karya.
Maka meski sudah hampir 2000 tahun, usia tulisan itu, tak pernah usang. Selalu ada makna, yang bisa kita timba.
Selamat menikmati 'Tulisan- abadi'. Tak pernah usang sepanjang jaman.
Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-
Langganan:
Postingan (Atom)