Jumat, Februari 13, 2009

Rm Mangunwijaya pr

Betul. Hari kemarin, genap sepuluh tahun, Rm Mangunwijaya pr. dipanggil Yang Maha Kuasa. Banyak kenangan indah, baik monumental maupun kejadian real, yang ditinggalkan oleh dirinya.

Beberapa tahun yang lalu, diadakan sebuah study club di Wisma Salam, Magelang Jawa-Tengah. Pada saat makan malam, sempat antri makan bersamanya. Berderetan dengan peserta lain. Ada yang rohaniwan. Ada yang tokoh awam.

Ruang makan Wisma Salam, adalah rancang-bangun alm. Rm Mangun. Baik tata-ruangnya, maupun perabotannya. Meja makan, terbuat dari bambu, semacam kursi 'lincak', namun tinggi dan besar. Demikian pula, kursi-kursinya. Plafon, tak terbuat dari eternit, ataupun asbes. Plafon-nya juga terbuat dari bambu. Bambu-bambu dibuat lempengan-lempengan, selebar & sepanjang eternit. Dari itu terasa lebih sejuk, artistik dan terlihat asri.

Ketika makan bersama, seorang romo medior bertanya pada Rm Mangun, 'Romo, kenapa plafon-nya tidak pakai yang eternit saja. Yang kelihatan bersih & bagus ?'. Atas pertanyaan itu, Rm Mangun menjawab, 'Plafon yang dipakai di sini bukan eternit, melainkan bambu. Pertimbangannya, di sekitar Wisma ini banyak tanaman bambu. Eternit, dibuat oleh pabrik. Pabrik-nya sudah besar. Untung yang didapat juga sudah besar. Dengan pakai bambu, kita melibatkan masyarakat sekitar, tetangga-tetangga. Plafon ini, bambunya diambil dari tetangga sebelah. Tukang-tukangnya, juga orang-orang desa dekat sini. Jadi biar, mereka juga dapat untung. Juga dapat nafkah'.

Mendengar jawaban dari Rm Mangun, Romo Medior itu, kelihatan tertegun. Tak punya pra-bayangan, jawabannya akan demikian. Jawaban yang pro-rakyat. Pro-masyarakat. Masyarakat sekitar. Dari itu, kelihatanlah bahwa Rm Mangunwijaya, sungguh memperhatikan dan memperjuangkan Gereja yang 'ber-wawasan lingkungan'. Lingkungan sekitar: Budayanya, nafkahnya, alamnya, sosialitasnya, religiositasnya. srawung-nya. Dan, .......nya-nya yang lain.

Seorang teolog-ekologi pernah menyebut-nyebut begini, 'Gereja akan diterima masyarakat, jika memperhatikan masyarakat di sekitarnya'. Terutama, ke-budayaan-nya.

Selamat jalan Rm Mangun. Terimakasih atas 'teologi-berwawasan-lingkungan', yang Kau tinggalkan.

Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu-rahayu-rahayu.

Wasalam:
-agt agung pypm-

www.lelakuku.blogspot.com

Tidak ada komentar: