Suatu kali, Pertamina Depo Maos membangun gedung pertemuan yang baru. Banyak karyawan, ikut senang atas hal itu. Ketika bangunan belum 100% rampung, mereka sudah keburu untuk memakainya, karena kepentingan yang sungguh mendesak.
Yang belum rampung hanyalah pemasangan plafon-nya. Itu tak soal. Sesudah menggunakan untuk yang pertamakalinya, kesan mereka, puas. Memadai, representatif, kondusif. Siiip......
Tak lama kemudian, plafon dipasang. Kelihatan bagus, terang, cemerlang. Enak dipandang mata. Namun, pasca plafon dipasang, apa yang terjadi...? Ternyata, jika untuk pertemuan, dan memakai pengeras suara, terjadilah 'Gema'. Suaranya, menggema-menggema. Tiap-kali pertemuan, lalu banyak orang kecewa. Tak puas. Kini, bangunan megah itu, tak diminati untuk pertemuan.
Seorang Romo amat senior, suatu ketika ditanyai oleh umatnya, perihal bangunan, 'Apa yang amat penting dalam pembangunan gedung gereja ?'. Dia menjawab, 'Yang harus amat diperhatikan, Sarana komunikasinya...!'. Maka, pengeras suara amat penting. Tata akustik, musti diperhatikan'.
Ternyata, betul-lah saran dari Romo amat senior itu. Bentuk bangunan boleh indah dipandang mata. Namun keindahan suara, ternyata tak boleh di-abai-kan. Pengalaman, mem-bukti-kan.
Teolog, Rm Tom Jacob SJ, mengatakan berulang-kali, 'Gereja adalah komunikasi iman....!'.
Ternyata betul Rm Tom, pendapat Rm memang relevan untuk aplikasi-real-nya.
Selamat, membangun gedung gereja. Ya, arsitekturnya. Ya, tata akustiknya. Tata-suaranya.
Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu-rahayu-rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-
www.lelakuku.blogspot.com
Rabu, Februari 11, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar