Senin, Februari 09, 2009

Makan Handuk

Kita kenal, ada makanan yang disebut 'Arum Manis'. Makanan tersebut, biasanya berwarna, pink. Bentuknya, seperti serabut. Atau malah lebih seperti kristal. Atau pula grass wool. Terbuat dari gula pasir. Diputar pakai alat pemutar. Kemudian dibungkus pakai plastik, ditiup spt balon. Tampilannya menarik. Rasanya manis. Dan disukai oleh anak-anak. Hampir tiap ada pasar malem, makanan tsb pasti ada.

Handuk. Kita kenal, adalah selembar kain tebal, bersifat menyerap cairan. Biasa dipakai sesudah mandi. Untuk mengelap, agar badan segera kering dari butiran-butiran air. Juga kadang dipakai untuk mengelap keringat, ketika olah raga, atau menyopir, atau mem-becak.

Arum-manis, enak dimakan. Tapi kain handuk, ............... jika dimakan. Yang jelas, belum pernah terdengar, ada orang makan handuk. Tapi, Minggu siang 8 Feb 2009, terjadi, ada orang makan handuk. Lho... kok aneh. Gimana.

Gini. Minggu siang, tanggal tsb. Sekitar jam 10 siang, Ibu-ibu WK, Monika, Putri Maria, Paroki Katedral, berombongan-ria, naik dua buah bis mikro pergi ke Kaliori. Anjangsana maksudnya. Meng-anjangsanai Ibu-ibu sepuh, jompo, lasia di Wisma Catur Nugraha. Karena waktu yang me-mungkinkan, Trail-mot-nas-pun meluncur ke sana.

Acara pertama, sambutan. Acara kedua, ramah-tamah. Ketiga, makan snak berat, dengan arem-arem, di wadahi dos. Acara keempat, pemberian bingkisan. Dan ter-akhir, sayonara.

Situasi orang amat tua, kadang menarik. Apalagi jumlahnya puluhan, berkumpul jadi satu lagi. Suasananya -maap- mirip seperti taman kanak-kanak. Acara-acara bagian awal, berlangsung biasa. Yang tak biasa di urutan bagi bingkisan. Sebelum acara bingkisan, semua makan snak berat, dengan roti dan dengan arem-arem. Makannya lahap-lahap, meski ada yang makan terpaksa dengan satu tangan karena lumpuh.

Bingkisan dibagikan satu-satu. Masing-masing dapat. Bentuk bingkisan, ukurannya sedang, sebesar roti tawar. Dibungkus rapi dengan kertas warna coklat. Ketika semua sudah pegang bingkisan, ada yang mulai membukanya. Selotip, dilepas. Kertas dirobek. Kelihatanlah isinya.

Adalah seorang ibu lansia, Ibu Mira namanya. Juga membuka bingkisan itu. Dibukanya pelan-pelan, sesuai dengan ciri khas keorang-tuaan-lansia. Begitu terbuka sebagian, lalu dimakanlah isi bingkisan itu, dimasukkan ke mulut. Lalu dikunyah. Ketika mengunyah, banyak orang lalu bertanya, 'Lho.... Ibu Mira, kok dimakan, itu bukan makanan..........!?'. Ibu Mira menjawab. 'Ini khan Arum manis....!?'

Atas jawaban Ibu Mira, meledaklah tawa banyak orang di sekitarnya, 'Ha......ha......ha...... Ha....ha.....ha.........' Le ngguyu ra uwis-uwis. Tiga Ibu WK, lalu memberi tahu dengan sabarnya, bahwa bingkisan itu bukan makanan, melainkan kain handuk. Untuk mandi. Dan ketika, ditanya mengapa Ibu Mira memakannya, dia mengatakan.' Saya kira itu Arum-manis. '

Ibu-ibu pengasuh lansia, lalu menjelaskan, Ibu Mira memang gemar makan. Handuk tadi langsung dia makan, karena dikira Arum manis, makanan anak-anak. Itu terjadi karena handuk yang dia terima adalah berwarna 'Pink....'. Dus persis seperti Arum-manis. Makanan yang harum & manis.

Hidup manusia, suatu saat akan sampai pada salah-satu tahapnya. Tahap itu, adalah menjadi tua. Tua lansia. Inilah kodrat. Kodrat manusia. Ciptaan Yang Maha Kuasa.
Selamat menjadi tua..........
Sebuah masa, yang bisa ber-rasa & ber-aroma, harum & manis.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.

Wasalam:
-agt agung pypm-

www.lelakuku.blogspot.com

Tidak ada komentar: