Sabtu, September 25, 2010

Terus NgapaK..........


Kitab Suci minggu ini mengkisahkan secara kiasan, dua nasib orang yang berbeda.  Pertama orang kaya. Kedua, Lazarus, orang miskin. Kedua-duanya, adalah keturunan Abraham, namun akhir cerita beda nasib. Apa penyebabnya. Kekayaan, bukan. Kemiskinan, juga bukan. Keduanya tak otomatis jamin, orang masuk sorga. Orang kaya masuk sorga, bisa. Orang miskin, tak bisa masuk sorga, kiranya juga banyak.  Apalagi jika kejahatannya, bertumpuk-tumpuk.

1.       Apakah orang tak boleh kaya, siapa bilang. Seyogyanya kita semua jadi orang mampu. Mampu juga dalam hal financial, ekonomi. Karena dengan begitu kita dapat menolong banyak orang.
Sebisa mungkin,kita tidak  miskin. Suasana miskin, memang repot sekali. Miskin dalam arti ekonomi. Jika kita miskin, susah untuk bisa menolong orang. 

Terkadang miskin, adalah sebuah fakta yang tak ter-elakkan.  Oleh karena itu, manusia musti bijak berhadapan dengan situasi miskin. Dan tentu bijak pula dengan kekayaan. Karena jika tak hati-hati, kita bisa hancur oleh yang namanya kekayaan itu sendiri.

2.       Ada sebuah truk-angkut ayam. Di kacanya, bertuliskan ‘titipan ilahi’. Apa maknanya. Tentu, usaha  itu, dengan asset-aset ayam yang ribuan jumlahnya, dipandang oleh si pengusaha sebagai anugerah Tuhan. Maka tak boleh sembarangan mengelolanya. Peran Tuhan dirasakannya. Aset, adalah 'titipan' dari Tuhan, pikirnya.
Sebuah truk pengangkut krosok, di kaca depan bertuliskan ‘Kidung Adi’. Tentu ada maksudnya. Usaha krosok, barangkali dihayati seperti kidung, seperti lagu. Lagu yang adi, yang baik. Baik di mata Tuhan. Konsekwensinya, dijalankan usaha itu secara indah.Tidak asal-asalan. Apalagi asal senang.

3.       Harta benda, adalah perlu. Namun ada catatan, jangan sampai jadi gelap mata. Karenanya, bisa jadi, lalu orang-orang lain, selalu dinilai dengan harta. Ada istilah ‘mata-duiten’. ‘Mata bandanen’. 

Dalam kisah kiasan di Injil, Lazarus berkenan di hadapan Tuhan, karena dia berkeyakinan bahwa orang lain, orang kaya, punya hati kasih pada sesama, terutama yang amat kekurangan.  Meski keyakinannya itu ternyata Keliru. Si kaya dalam KS, ternyata pelit.

Si kaya, dalam KS, tak berkenan di hadapan Allah, karena. Pertama, dia kurang dalam hal kepekaan terhadap sesamanya, terutama yang menderita. Kedua, dia tak yakin, atau kurang percaya bahwa seseorang itu bisa bertobat.  Ketika dia sudah mati, ingin ke dunia lagi. Untuk meng-ingatkan saudara-saudarinya, agar percaya. Agar bertobat pada Tuhan. Dia ingin turuntangan dengan memohon agar diutus seseorang,untuk tugas peng-ingat-an itu. Ia terbelenggu ketidakyakinan akan potensi orang, bahwa bisa berubah jadi baik.   

4.       Seorang imam senior, yang kini sudah meninggal, dalam nasehatnya kerap memberikan kalimat-kalimat untuk mengkritisi sesuatu: ‘Untuk apa ? Dan 'Terus ngapa ?’  Barangkali, ini baik sebagai bahan refleksi. 

Kita berusaha punya gaji gedhe. Untuk beli  ini, itu. Kalau punya ya, terus ngapa.
Kita tidak minder, karena dipandang orang berpunya. Ya terus ngapa ?
Kita berhias ini,itu. Biar indah. Nek indah ya terus ngapa. Dikagumi orang. Nek dikagumi, ya terus ngapa. 
Kita bisa naik montor banter. Nek banter ya terus ngapa. Ngebut, nek ngebut ya terus ngapa. 
Cepet tekan. Nek cepet ya, terus ngapa. 
Dsb. Dsb.

Syalom. Wilujeng. Rahayu.

Wasalam: 
-agung pypm-

Tidak ada komentar: