Bulan Mei, resmi dicanangkan sebagai awal tahun pertanian. Sebuah ekaristi, dan seminar tentang pertanian & hidup sehat diselenggarakan di Paroki Purbalingga. Musik, yang ditampilkan baik di acara liturgis maupun acara seminar, adalah musik gejog, dari lesung.
1. Minggu jam sepuluhan, kijang-hijau-dinas menyusul rombongan umat Stasi Wangon, yang jadi utusan Paroki Katedral, ke Purbalingga. Menghadiri pencanangan 'Tahun Pertanian' dekenat tengah. Meski tak kebagian sesi ekaristi, namun sempat ikut seminarnya. Ada beberapa pembicara, dalam acara itu. Pihak Gereja, pihak pemerintah, dan pihak pelaku pertanian sehat. Pak Gatot, yang rumahnya dekat dekat bandar udara, sebagai pelaku pertanian sehat, memberikan orasinya.
2. Orasi Pak Gatot, relevan, karena cocog, dan berdasarkan fakta, berdasarkan pengalaman. Butir yang antara lain dikemukakan olehnya, adalah bahwa manusia jaman kini, sebenarnya setiap kali meracuni diri. Makanan-makanan yang dikonsumsi, termasuk beras, juga sudah mengandung racun sejak di sawah. Itu terjadi, karena terlalu banyaknya, zat kimiawi yang dipakai. Pupuknya, banyak pakai pupuk kimiawi. Obat pengusir hama, sudah selalu pakai insektisida. Dan disadarkan bahwa bagaimanapun insektisida, adalah racun. Racun insektisida yang disemprotkan ke tanaman, akhirnya terbawa terus. Dan jika dimakan, racun itu masuk dalam tubuh. Maka munculah penyakit-penyakit masa kini, kolesterol, kanker, darah-tinggi,( termasuk tumor, gangguan lever & ginjal. ). Untuk mengurangi proses peracunan ini, tepatlah manusia kembali ke alam. Makanan & pertanian organik, adalah solusinya.
3. Ada banyak potensi alam yang alamiah, bisa digalakkan kembali. Rebung, mujarab untuk menetralkan lemak. Pohon pisang kluthuk, efektif untuk mengurangi kolesterol. Sebagai contoh, jika daging ayam lehor, digodhog dengan pelepah pisang kluthuk, daging itu akan amat menyusut. Penyusutan itu disebabkan kadar lemaknya, yang dinetralkan oleh tumbuhan pisang kluthuk.
4. Selesai seminar, dilanjutkan makan siang. Semuanya organik. Sebagai tindakan nyata peduli pangan, maka semua peserta, makan nasinya sampai habis, bis. Tak ada sebutir nasipun yang tersisa. Sebagai maksud menghargai pangan, dan si penanam tanaman-pangan. Rombongan Wangon pulang membawa bibit tanaman-bermanfaat gratis. Juga diberi lele-lele, juga gratis.
4.a. Sebagai tindak lanjut gerakan pertanian sehat, Malem Slasa Kliwonan, umat Genthawangi memulainya dengan sarasehan rutin. Sarasehan, kali ini diiisi dengan membaca bersama 'Surat Gembala Uskup Purwokerto' tentang tahun pertanian. Surat itu difotokopi, lalu dibaca bergantian per alinea. Yang baca anak-anak remaja. Yang dengarkan orang-orang tua.
4.b. Sesudahnya, diutarakan cerita-cerita dari umat seputar pengalaman tentang kearifan-lokal, manfaat-manfaat alam. Seorang umat cerita, anaknya belum lama sakit tipus. Panas badan tinggi, tak turun-turun. Lalu dicarikanlah cacing tanah. Sesudah didapat, cacing itu dimakan mentah-mentah. Tak lama kemudian, panasnya turun drastis.
4.c. Umat lain cerita, saudaranya juga kena tipus. Lalu dicarikan cacing pula, digoreng. Lalu dimakan. Berangsur-angsur tipusnya sembuh. Yang lain menyambung, ada pula yang mengobatinya dengan meminum kunir. Kunir yang digerus tiap hari, diminum, jadi obat sakit tipus.
Sedikit, dua dikit isu gerakan tahun pertanian di-sosialisasi-kan, dalam berbagai kesempatan. Buahnya, kearifan-kearifan lokal-pun lalu bermunculan. Namun yang lebih penting adalah munculnya kesadaran, bahwa kerapkali, posisi kaum tani hanyalah sebagai obyek produk. Bukan sebagai subyek. Bukankah mereka sendiri yang mestinya, menentukan jenis bibit, harga bahan pangan, pemasaran. Gerakan tahun pertanian, menghantar orang, terutama kaum tani, agar punya posisi subyek. Bukan sebagai obyek melulu, dari pihak yang cari keuntungan.
Mari meng-gelut-i kearifan lokal. Pola makanan sehat. Yang berasal dari pertanian sehat.
Selamat meng-usaha-kan sehat.
Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pyp
1. Minggu jam sepuluhan, kijang-hijau-dinas menyusul rombongan umat Stasi Wangon, yang jadi utusan Paroki Katedral, ke Purbalingga. Menghadiri pencanangan 'Tahun Pertanian' dekenat tengah. Meski tak kebagian sesi ekaristi, namun sempat ikut seminarnya. Ada beberapa pembicara, dalam acara itu. Pihak Gereja, pihak pemerintah, dan pihak pelaku pertanian sehat. Pak Gatot, yang rumahnya dekat dekat bandar udara, sebagai pelaku pertanian sehat, memberikan orasinya.
2. Orasi Pak Gatot, relevan, karena cocog, dan berdasarkan fakta, berdasarkan pengalaman. Butir yang antara lain dikemukakan olehnya, adalah bahwa manusia jaman kini, sebenarnya setiap kali meracuni diri. Makanan-makanan yang dikonsumsi, termasuk beras, juga sudah mengandung racun sejak di sawah. Itu terjadi, karena terlalu banyaknya, zat kimiawi yang dipakai. Pupuknya, banyak pakai pupuk kimiawi. Obat pengusir hama, sudah selalu pakai insektisida. Dan disadarkan bahwa bagaimanapun insektisida, adalah racun. Racun insektisida yang disemprotkan ke tanaman, akhirnya terbawa terus. Dan jika dimakan, racun itu masuk dalam tubuh. Maka munculah penyakit-penyakit masa kini, kolesterol, kanker, darah-tinggi,( termasuk tumor, gangguan lever & ginjal. ). Untuk mengurangi proses peracunan ini, tepatlah manusia kembali ke alam. Makanan & pertanian organik, adalah solusinya.
3. Ada banyak potensi alam yang alamiah, bisa digalakkan kembali. Rebung, mujarab untuk menetralkan lemak. Pohon pisang kluthuk, efektif untuk mengurangi kolesterol. Sebagai contoh, jika daging ayam lehor, digodhog dengan pelepah pisang kluthuk, daging itu akan amat menyusut. Penyusutan itu disebabkan kadar lemaknya, yang dinetralkan oleh tumbuhan pisang kluthuk.
4. Selesai seminar, dilanjutkan makan siang. Semuanya organik. Sebagai tindakan nyata peduli pangan, maka semua peserta, makan nasinya sampai habis, bis. Tak ada sebutir nasipun yang tersisa. Sebagai maksud menghargai pangan, dan si penanam tanaman-pangan. Rombongan Wangon pulang membawa bibit tanaman-bermanfaat gratis. Juga diberi lele-lele, juga gratis.
4.a. Sebagai tindak lanjut gerakan pertanian sehat, Malem Slasa Kliwonan, umat Genthawangi memulainya dengan sarasehan rutin. Sarasehan, kali ini diiisi dengan membaca bersama 'Surat Gembala Uskup Purwokerto' tentang tahun pertanian. Surat itu difotokopi, lalu dibaca bergantian per alinea. Yang baca anak-anak remaja. Yang dengarkan orang-orang tua.
4.b. Sesudahnya, diutarakan cerita-cerita dari umat seputar pengalaman tentang kearifan-lokal, manfaat-manfaat alam. Seorang umat cerita, anaknya belum lama sakit tipus. Panas badan tinggi, tak turun-turun. Lalu dicarikanlah cacing tanah. Sesudah didapat, cacing itu dimakan mentah-mentah. Tak lama kemudian, panasnya turun drastis.
4.c. Umat lain cerita, saudaranya juga kena tipus. Lalu dicarikan cacing pula, digoreng. Lalu dimakan. Berangsur-angsur tipusnya sembuh. Yang lain menyambung, ada pula yang mengobatinya dengan meminum kunir. Kunir yang digerus tiap hari, diminum, jadi obat sakit tipus.
Sedikit, dua dikit isu gerakan tahun pertanian di-sosialisasi-kan, dalam berbagai kesempatan. Buahnya, kearifan-kearifan lokal-pun lalu bermunculan. Namun yang lebih penting adalah munculnya kesadaran, bahwa kerapkali, posisi kaum tani hanyalah sebagai obyek produk. Bukan sebagai subyek. Bukankah mereka sendiri yang mestinya, menentukan jenis bibit, harga bahan pangan, pemasaran. Gerakan tahun pertanian, menghantar orang, terutama kaum tani, agar punya posisi subyek. Bukan sebagai obyek melulu, dari pihak yang cari keuntungan.
Mari meng-gelut-i kearifan lokal. Pola makanan sehat. Yang berasal dari pertanian sehat.
Selamat meng-usaha-kan sehat.
Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pyp