Minggu lalu unio dekenat tengah mengadakan rekreasi. Rekreasinya antar pulau. Menyeberang ke Pulau Nusakambangan. Sebuah pulau tempat para napi. Sebuah pulau yang tak lama lagi akan menyatu dengan pulau Jawa, akibat dari sedimentasi. Dan akibat dari penyodetan Kali Citandui yang tidak jadi. Tak jadi, akibat dari provokasi. Provokasi yang dilandaasi kepentingan ekonomi.... Kepentingan seseorang yang mengatasnamakan kepentingan masyarakat. Akibatnya, Cilacap bagian barat selalu mengalami banjir setiap kali.
Ke kawasan itulah, unio dekenat tengah, berekreasi dengan isi yang penuh arti. Rekreasi dibagi secara paket-paket temporal.
Paket Senin.
Jam 08.00 menyeberang ke Nusakambangan dengan naik kapal ferry, 'Pengayoman'. Dari dermaga Sodong, rombongan diringkas dalam satu mobil L-300. Berdesakan sebentar untuk kemudian dibagi. 6 orang turun di Lapas Batu. 6 orang lagi, menuju ke Lapas 'Maximum Security', Lapas Pasir Putih.
Di lapas Batu, diselenggarakan ekaristi bersama para Napi. Mereka terhukum, tapi tak terfonis hukuman mati.
Di lapas Pasir Putih, diselenggarakan pula ekaristi. Pesertanya, adalah para narapidana yang kebanyakan terfonis hukuman mati. Beberapa di antaranya, adalah orang-orang Nigeria, yang tersandung kasus Narkoba. Yang lain beberapa terfonis hukuman berat. Di antaranya, saudara Gs, yag terpidana karena pembunuhan direktur pt asaba.
Di bantu oleh pdt Yani, dan Pak Yose, serta Ibu Marcel, kegiatan per-napi-an ini bisa terselenggara. Mengharukan, men-trenyuh-kan, berjumpa dengan orang-orang yang sudah pasti akan kematiannya.
Paket Selasa.
Diisi dengan mengunjungi, silaturahmi ke Sts Ujungalang, Rmh Bu Tatik, Sts Ujunggagak. Seharian suntuk, perjalanan ditempuh. Menyusuri laut-laut dangkal yang kian jadi darat. Cilacap - Ujungalang naik perahu selama 90 menit. Ketemu umat, yang berciri khas. Ciri khasnya, jika air pasang, ekaristi sambil dibanjiri air. Jadi ekaristi di atas air. Lumayan, tempat ini tiap minggu ada kegiatan rohani.
Ujungalang - Ujung gagak, ditempuh dalam waktu 60 menit. Menuju rumah Pak Guru Peno yang ramah. Makan & cerita dilanjutkan ramah-tamah di gedung Paud. Lalu melihat kapel. Kapel sudah miring, karena ambles ke dalam lumpur. Kegiatan rohani, di sini sebulan dua kali.
Dari ujung alang, dilanjutkan pulang kembali naik perahu. Menyusuri aliran endapan. Perahupun yang semula melaju, terhenti karena kandas. Menjelang petang, sampai dermaga Sleko Cilacap. Total jendral, di atas perahun, 6 jam. Duasetengah jam berangkat. Tigajaman, pulang. Setengah jam, kandas.
Paket Rabu.
Paket Hari Rabu, menyusuri stasi-stasi pinggiran pantai selatan, melalui darat. Berangkat setengah delapan. Dua kendaraan dititipkan di Kapel Kawunganten. Dua kendaraan melaju, menuju kapel Solokdungun, Cisumur. Jalannya, ampun ya ampun, menurut Mbah Surip. Seperti sawah kering. Dan memang dulunya persawahan dari lumpur. Lalu dibuat jalan. Mampir warungnya Mbah Bibi, Sidaurip. Mampir pula sebelahan SMP Yos Sudarso. Ketemu Bu Endah, guru aktivis gereja, yang dua anaknya sekolah di SMA Van Lith.
Sesudah Cisumur, rombongan menuju Kapel Bugel. Terusan dari Ujung gagak. Jalannya, jangan ditanya. Jarak 7 km, ditempuh 90 menit. L-300 melaju tanpa banyak sulit. Panther, agak repot, karena bodynya rendah. Sering nggadhuk-nggadhuk tanah bin batu. Stasi ini umatnya paling miskin di kawasan Cilacap.
Dari Bugel, diteruskan perjalanan ke Kawunganten. Ambil kendaraan sambil anjangsana dengan aktivis umat berumah sebelah. Disuguh kolak. Diceritai macem-macem. Terutama dua romo muda, yang belum lama hilang. Diangkat kepanjangan kata Kawunganten = 'tekane, suwung. Lungane, wonten'.
Perjalanan dilanjut ke Sts Sawangan. Sebuah paguyuban umat belum punya kapel, umatnya hampir limapuluhan. Jalannya, sami mawon. Seperti sungai kering. Harus pelan. Butuh energi ekstra untuk pelayanan ke sana. Hampir tidak ketemu, namun kemudian jadi semarak, banyak umat bermunculan, menyambut dengan hati gembira. Gembira karena ada kunjungan tak ternyana.
Dari Sawangan, terus ke Wangon. Lihat bangunan kapel yang tengah dibangun. Say hello dengan Sr Koes BKK. Disuguh kopi, diceritai pengalaman. Pengalaman, jambanisasi masyarakat. Semula saban hari bau kotoran manusia. Juga tak sehat. Diceritakan bagaimana soal itu ditanggulangi. Juga diupayakan kini lele-nisasi. Bukan dumbo, tapi lokal. Lebih sehat, lebih gurih. Ibarat ayam kampung, vs broiler.
Sudah gelap, usai acara Wangon. Rombongan hendak pulang, hendak makan. Pengurus, pikir, bingung bagaimana makannya, karena........ Karena duit untuk makan malam sudah habis menurut hitungan............. Hitung lagi, hitung lagi..... Akhirnya, jadi makan malam dengan penuh perhitungan.
Rekreasi, adalah relaks-sasi. Bikin relaks, bikin sehat. Rohani-jasmani.
Buah relaks, adalah 're-kreatif' lagi.
Apalagi, merasakan sendiri lahan pastoral yang .....naik perahu 6 jam.
Apalagi, mayoritas...........jalannya amat jelek.
Apalagi, dua anggota......... yang 'ka-wung-nga-nten'.
Apalagi, .................
Selamat segar lagi. Selamat kreatif lagi.
Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung ypm-
2 komentar:
seger buger.kendati tiada ke kalimatan ato pulau dewata. tapi sungguh mengena, mengesan, dan menggerakan hidup. profisiat om.
Dear Romo Agung,
Akan terasa lengkap dan indah kisahnya jika dilengkapi dengan laporan gambar alias foto-foto, biar pikiran dan mata gathuk dan solidaritas makin terpupuk.
Salam, selamat berkarya
Posting Komentar