Rabu, Mei 12, 2010

Ngecap

Dalam hidup harian, sering terdengar kata-kata sbb:  'Jere, Jarene, katanya, kata-orang.'
Juga, kata-kata yang berkaitan dengan itu. Yang mengandung warna ketidak-percayaan: 'Gosip, ngecap, om-bes, ndobos, fitnah, ngrumpi, merekayasa.'

Di belakang kata-kata itu, ada satu hal yang berkaitan, yang menjadi dasar masalah, yakni kebenaran.  Orang nggosip, biasanya dipertanyakan kebenarannya. Ngecap, sama saja. Biasanya asal bicara, tapi kurang, atau tanpa fakta. Ndobos, sama juga. Dekat dengankata itu, kalimat, ‘omong doang’. Fitnah, dan rekayasa, lebih berat lagi kadar menjauhnya  dari kebenaran.Sebuah iklan rokok berbunyi begini: Talk less, Do more.Singkat kata, orang omong, tapi kian jauh dari kebenaran.

Bacaaan hari ini, bicara berkaitan dengan soal kebenaran. Yesus dalam Injil Yohanes, mengatakan: ‘…. Tetapi segala yang didengarnya, itulah yang akan dikatakanNya………….’ Jadi tidak ada lain. Yang tidak Ia dengar tidak ia katakan. Antara input dan outputnya, pas. Seimbang. Tak ada penambahan. Tak ada pengurangan. Jika sebuah informasi ditambah, atau dikurang, lalu disebarkan, ini namanya sudah direkayasa. Sudah mulai ada yang tidak imbang, tidak sesuai. Jadi tidak benar.

Yesus tidak menambah, atau mengurangi hal-hal tentang Bapa, yang mengutusnya. Dia katakan itu, dia beri kesaksian itu.  Tak memasukkan unsur kepentingan pribadi. Sehingga hal tentang Bapa, diubah olehnya. Yesus setia pada perutusan Bapanya. Misinya, adalah memperkenalkan siapa Bapa itu, lewat diriNya.

Beberapa filsuf bicara soal kebenaran. Antara lain, Heideger. Dia berpendapat, kebenaran adalah soal kesesuaian. Soal kecocokan. Sesuai antara yang seharusnya, yang semestinya, dengan realitanya.  Semestinya, kita orang katolik, wajib mencintai semua orang tanpa pandang bulu. Realitanya, bagaimana……………… Kita mengasihi orang lain masih pilih-pilih. 

Seharusnya, martabat orang Kristen adalah ‘Citra Allah’, yang mesti menjunjung tinggi hak asazi, menghargai nyawa manusia. Realitanya, bagaimana, masih banyak orang Kristen pada menggugurkan kandungan. Atau kurang menghargai hak-hak orang lain. Semena-mena.

Kita bergerak antara idealitas dan realitas macam itu. Hidup kita setiap kali menuju ideal.  Realnya, masih bopeng-bopeng. Untuk itulah, Yesus dalam Injil Yohanes mengatakan: ‘Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran’.
Kebenaran yang kita kejar, adalah kebenaran iman. Bukan kebenaran ilmiah, kebenaran hitung angka-angka. Kebenaran iman, isinya adalah bahwa “Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya….”. Bapa punya apa. Bapa punya berita tentang ”hal-hal yang akan datang”. Kebenaran sejati, menghantar kita mendapatkan hidup yang tak bisa binasa, yakni hidup yang akan datang. 

Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung ypm-

Tidak ada komentar: