Pada hari Rabu 13 Agustus 2008 lalu. Imam-imam praja KAS regio Kulon Progo wisata bersama di sekitar Keuskupan Purwokerto. Mereka menginap 2 malam di Heninggriya. Tempat yang disinggahi, Owabong, Pantai Jethis, Bendung gerak Serayu dan Srandil. Saya sempat mengantar mereka ke pantai dan ke Gunung Srandil--tempat orang mencari kekayaan--.
Sampai di Gunung Srandil sudah cukup malam, sekitar jam 6. Acaranya mengelilingi gunung srandil, tempat semedi dan melihat padepokan Cahya Buana 1610. Kebetulan di padepokan itu sedang ada acara besar. Saat itu sedang dirayakan turunnya wahyu kyai semar. Diadakan pula kemudian acara wisuda dan penerimaan anggota.
Acara dipimpin oleh Kyai Sarwo. Sebagaimana kita tahu, --sejauh saya dengar dari beberapa sumber-- bapak ini adalah mantan frater karmel. Asli dari weleri. Romo Rudi yang kebetulan ikut rekreasi dan sekarang bertugas di Paroki Wates dulu TOP di paroki Weleri. Ketika ia ada di sana, Pak Sarwo ini juga pernah menjadi semacam imam di klentheng sana.
Kyai sarwo, meskipun beretnis tionghoa memakai pakaian jawa lengkap dengan blangkon dan bebetan. Demikian juga para peziarah, meskipun banyak yang beretnis tionghoa juga memakai pakaian jawa lengkap dengan kerisnya. Mereka datang dari berbagai tempat: Jakarta, Semarang, Pekalongan, Tegal, Surabaya, dsb. Tak ketinggalan warga sekitar.
Dalam acara itu Kyai Sarwo yang mengaku diri sebagai titisannya Kyai Semar melakukan wirid. Orang-orang pada mendengarkan. Lengkapnya wiridan kami tidak ikut secara utuh, karena keburu pulang. Namun yang terdengar ada frase, "Pitik-pitik padha ngendhog...."
Lucunya, di antara mobil yang ikut acara itu, di bag spionnya ada yang digantungi rosario katolilk.
Sekian. Terimakasih.
Wasalam:
-agt. agung pr. -
1 komentar:
lucunya dimana?? Rosario digantung kok lucu.. Aneh...
klo golok yg digantung itu baru lucu...
Posting Komentar