Jumat, Agustus 15, 2008

Haruskah orang katolik juga tidak jujur ?

Ketika di biara trapist Rowoseneng, berbagai kalangan orang saya jumpai. Mereka berasal dari berbagai pelosok bagian Republik Indonesia ini. Suatu kali ada seorang petinggi perusahaan yang menenangkan diri di tempat itu selama tiga hari. Produk dari perusahaan itu meliputi makanan ternak, bibit ayam, bibit jagung hibrida, dan beberapa hal yang masih berkaitan dengan peternakan dan pertanian. Sesudah dari Rowoseneng, dia harus ke Kota Semarang untuk urusan bisnis, rapat dengan staff cabang Jawa Tengah. Perusahaan dia termasuk besar, kantornya ada di berbagai negara: Thailand, Hongkong, Indonesia. Inisial perusahaan itu PT Ch. Ph.tbk. (maaf agak disembunjyikan).

Posisi orang itu di bagian marketing. Selama puluhan tahun dia memegang urusan pemasaran. Banyak asam garam soal bisnis dialaminya, pahit dan manis. Yang amat pahit adalah ketika dia sebagai seorang katolik harus memperjuangkan nilai-nilai injili di ranah dunia bisnis.

Sesudah dua hari kenal saya, di ruang makan dia bercerita banyak hal. Di bagian akhir cerita,  salah satu yang diungkapkannya demikian: " Pastor, di dunia bisnis itu persaingan amat ketat. Bahkan kadang jadi tidak sehat. Ada rekan yang iri hati, ada pesaing yang main kayu dsb-dsb,

Ada beberapa hal yang di lingkup bisnis bisa jadi terbalik-balik. Suatu kali saya pernah dipanggil oleh Boss saya, sesudah rapat laporan kinerja perusahaan. Saya berusaha kerja profesional, jujur sebagai seorang beriman. Tetap ketika itu, Boss saya mengatakan, kejujuranmu itu menghancurkan saya. Padahal Boss saya seorang kristen protestan. Bagaimana pastor, haruskah saya juga tidak jujur ?!". 

Wasalam:

- agt. agung pr. -

Tidak ada komentar: