Jumat, Agustus 29, 2008

Kopi Kapal Api

Syalom. Wilujeng enjing. Rahayu-rahayu-rahayu.

1600_085 Terimakasih atas tanggapan dari rekan-rekan thd tulisan-tulisan saya. Kini saya nulis lagi.

Rabu-kamis(27-28 agustus) lalu, kelompok imam-imam regio Kodya Yogya,  KAS liburan bersama, di kawasan Keuskupan Purwokerto. Salah satu di antara mereka adalah Rm YMT. Sekitar hampir 18 tahun yang lalu, saya punya pengalaman dengan Romo ini.

Di suatu sore, kami berdua berbelanja di Mirota Kampus. Selesai belanja, keluar dari supermarket itu. Di lorong jalan keluar, berjajar beberapa SPG( Sales promotion girl ) dari Kopi Kapal Api. Waktu itu Kopi Kapal Api, sedang dilaunching untuk pertama kalinya. Setiap pengunjung yang belanja ditawari gratis secangkir kopi siap minum. Kami berduapun tidak menyia-nyiakan kesempatan gratis tsb.

Kawan saya --Rm YMT-- senang bercanda, ketika menghirup kopi dia  berkomentar, "Enak ya mbak ya Kopi Kapal Kopi....!" Mendengar kalimat itu, si SPG mengkoreksinya, "Bukan Kopi Kapal Kopi mas ! Yang benar Kopi Kapal Api..!". Kawan saya menanggapinya, "Ya mbak, ya mbak." Lalu dia nyruput lagi cangkir kopi sambil mulutnya bunyi, "Ck, ck,ck...", terus komentar utk kedua kalinya, "Wah enak ya mbak Kopi Kapal Kopi....?!" Untuk yang kedua ini, si SPG berusaha ngoreksi lagi, dia agak berteriak, "Bukan Kopi Kapal Kopi mas. Tapi Kopi Kapal Api..!". Kawan saya jawab, "Ya terimakasih mbak." Berikut dia nyruput lagi cangkir kopi sambil bibirnya bunyi,"Ck, ck, ck, sssst, sssst, wah enak ya mbak Kopi Kapal Kopi....!" Untuk yang ketiga ini, si SPG mengoreksi lagi komentar kawan saya, "Bukan Kopi Kapal Kopi Mas...! Kopi Kapal Api !" Untuk koreksi yang ketiga ini, si SPG tidak ramah lagi. Melainkan wajahnya merah merona karena amarah. Mungkin merasa dipermainkan. Sambil kemudian dia pergi ke pojok counter, kelihatan bahwa menahan amarah besar.

Sesudah di boncengan sepeda motor, dia bilang pada saya, "Uwong dodolan kok nesu...". Sebenarnya tadi ada kata yang bisa ditambahkan, "Bukan kopi kapal Kopi, tapi Kopi Kapal Api, budheg...................!" Tapi si SPG tidak melakukannya. Barangkali pikirannya tidak sampai pada taktik menghadapi lawan, dengan menambah kata, "Budheg........!"

Orang kecil memang mudah dipermainkan oleh orang besar. Karena si besar punya daya dan kadang kuasa. Si kecil tak bisa berbuat apa-apa, karena kadang memang sudah tak punya apa-apa. Pertama, pesan orang tua, "Aja ngece wong ra nduwe. Uwong ora nduwe kuwi malati !"  Kedua, pesan Kitab suci kurang lebih, "Yang besar akan dituntut sesuai kebesarannya. Yang kecil akan dituntut sesuai kekecilannya." Ketiga, ajaran Gereja katolik, ada nilai solidaritas, belarasa, teologi compasion yang harus diperjuangkan.

Dus perbuatan kami berdua, masih menyimpang dari ajaran orang bijak dan pesan Kitab Suci, serta ajaran Gereja. Kami tidak mengulangi.

Wasalam:

- agt. agung pr. -

Tidak ada komentar: