Kamis, Agustus 21, 2008

Siapa mau beli bayi ?

Syalom. Wilujeng enjang.

2876369-md Sebagaimana ketika di Cilacap dan Kroya, sekali dua kali saya masih kadang-kadang beli kopi dan gorengan di warung-warung kecil. Pertama-tama bukan kopi atau gorengannya yang penting. Melainkan di sana ada dan terbentuk sosialitas yang khas. Kontak dengan orang beragama lain bisa terjadi. Demikian pula, isu-isu sosial kemasyarakatan bisa terdengar.

Suatu kali, ketika kopi sedang disiapkan di sebuah warung, datang seorang anak perempuan kecil, seusia balita. Digendong oleh ibu muda. Didampingi seorang bapak tua. Selisih antara mereka nampak amat jauh.  Anak kecil itu lari kesana-kemari, jondal-jondil, ketawa-ketiwi, omong ini-itu dengan lidahnya yang masih cedal. Hampir segala gerak-geriknya memunculkan gelak tawa. Pendek kata, anak itu lucu sekali, menggemaskan.

Sesudah perempuan kecil itu dibawa pergi oleh kedua orang yang berbeda jauh umurnya , saya bertanya kpd si pemilik warung, siapa orang-orang itu. Apakah mereka suami istri ? Kalau iya, apakah anak kecil itu memang anaknya ? Rumah mereka di mana ? Dsb-dsb. Ternyata, jawabannya mengagetkan. Mereka memang suami istri kendati beda jauh usia. Anak kecil itu memang anaknya, tetapi bukan asli, melainkan beli. Mereka membelinya ketika masih bayi amat kecil.    Karena penasaran, saya tanya lebih lanjut, belinya di mana ? Di Purwokerto. Harganya berapa ? Tidak tahu, kata si pemilik warung. Tetapi yang jelas bayi itu dulu beli.

Sekitar seminggu yang lalu, di dekat rumah Pak Eka, penjual koran di depan RS Elisabet, ditemukan seorang bayi di depan pintu sebuah rumah. Ditemukan pada pagi hari, esuk umun-umun. Diperkirakan bayi itu berumur empat hari. Ditaruh di depan pintu sekitar jam 4 pagi. Sampai-sampai bayi itu dirubung semut.

Untung bayi itu belum meninggal. Sesudah dirawat oleh bidan, bayi deserahkan ke polisi. Memang membutuhkan penanganan dan perawatan. Sesudah sekian waktu beberapa orang ingin ngepek anak itu, alias mengadopsinya. Semua boleh mengambilnya asalkan bawa uang tebusan Rp 2.500.000,-

Jadi, seorang bayi yang menurut kita adalah Citra Allah, bisa dibeli. Di Purwokerto lagi. Faham Citra Allah, bagi orang-orang tertentu bergeser. Malah manusiapun diperlakukan sebagai komodiltas. Tentu komoditas ekonomi.  Siapa mau beli bayi ? Bayi....! Bayi...! Bayi....!

Wasalam:

- agt. agung pr. -

Tidak ada komentar: