Sudah kesekian kali tiap malem Slasa Kliwon, umat Stasi Genthawangi berkumpul. Kumpulan bisa berupa ekaristi, bisa juga berbentuk sarasehan. Sarasehan, sekali-dua kali dengan model bedah-buku. Buku-buku yang dianggap bermutu, bisa mendukung hidup ke-iman-an, dibaca bersama, diperdalam bersama. Yang baca giliran. A.l oleh anak-anak SD-SMP.
Malam kemaren, yang dibahas a.l. soal iman. Ada asal-usul iman. Ada sejarah iman. Ada aneka iman. Orang beriman, ada di mana-mana.
1. Iman Israel.
Iman Israel adalah cikal-bakal iman Kristiani. Mereka meng-imani, Yahwe satu-satunya Allah yang benar. Allah-Yahwe, dialami sebagai yang terlibat dalam sejarah manusia. Atau Allah yang menyejarah.
Allah yang menyejarah, adalah tunggal. Ini merupakan monoteisme Yahudi yang tak bisa ditawar. Tak bisa diganggu-gugat. Dalam Ul 6:4, termaktub pengakuan iman mereka: "Dengarlah, hai orang Israel. Yahwe itu Allah kita. Tuhan itu esa. Kasihanilah Yahwe, Allahmu. Dengan segenap hatimu, dan dengan segenap kekuatanmu." Keesaan Tuhan macam ini, yang dibela mati-matian oleh orang Yahudi. Maka, kehadiran Yesus, sebagai mesias, 'Anak Allah', manusia inkarnasi, dianggap menghojat Allah. So mereka menolak Yesus.
2. Nilai Plus Iman Kristiani.
Iman Israel, terhenti pada pengakuan Allah itu Esa. Allah yang esa itu adil. Menghukum yang salah. Beri ganjaran pada yang buat baik. Allah, yang iuridis.
Iman kristiani lebih maju daripada itu. Allah tak sekedar beri ganjaran atau hukuman. Allah bagi orang kristen, bukanlah yang peng-hukum. Melainkan Allah yang mahakasih. Dia begini atau begitu pada manusia, karena satu alasannya. Yakni kasih. Kehadiran Yesus Kristus, adalah proses perwahyuan, bahwa Allah itu Sang Pengasih. Hyang maha kuasa. Hyang maha pengasih.
3. Iman agama asli.
Orang Banyumas, sebelum kedatangan agama Islam, sudah punya agama sendiri. Sudah ada kepercayaan tentang adanya Tuhan. Sekurang-kurangnya, masyarakat waktu itu, mempercayai, adanya kekuatan-kekuatan gaib, ada kuasa, di luar diri manusia. Allah sebagai Sang penguasa, sebagai pencipta, dijuluki dengan sebutan Hyang. Aktivitas mencipta, disebu titah. Mentitahkan, berarti menciptakan. Manusia, adalah buah dari karya titah itu. Maka manusia disebut tiyang. Berasal dari titah ing Hyang.
Sesudah saresehan, dua orang mengatakan merasa lebih jelas tentang iman kristen Katolik. Mereka jadi makin mantap. Termasuk ketua stasi. Namun dalam kemantapan iman yang kian bertambah, ketua stasi tetap bertanya-tanya, 'Mengapa kok orang yang berhutang uang padaku, tak melunasi kewajibannya. Malah ngemplang. Padahal, uang yang saya pinjamkan itu, uang koperasi. Sudah jatuh tertimpa tangga. Harus kembalikan uang pokok. Juga ngembalikan bunganya. Dampak dari si 'penglempang''. Wah, duh, jadi orang beriman.
Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu-rahayu-rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-
Selasa, Agustus 25, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar