Di Jatilawang, dulu ada sebuah perusahaan otobus. Namanya, sebut saja PO 'TJ'. Namun kini, PO itu sudah almarhum. Alias bangkrut. Tutup. Tutupnya, a.l. karena keliru kelola. Maksud si pemilik, adalah baik. Direkrutnya, pegawai-pegawai--Sopir, kernet, kondektur, dsb. Pegawai-pegawai itu diambil dari kalangan orang-orang, yang masih ada hubungan kekerabatannya dengan dia. Maksudnya, agar pada punya pekerjaan. Guna mencari nafkah. Idep bantu sesama saudara.
Namun dinamika usaha ternyata tak jadi bagus. Setiap-kali-setiap-kali, setoran ke juragan selalu berkurang. Tak nyampai target. Ini yang jadi masalah. Ketika tertib administrasi mau ditegakkan, muncul suatu pertimbangan, 'Masih saudara'. Jadi nagihnya, lalu tak enak. Mau keras, masih saudara. Mau tegas, mesakake. Padahal, tak jarang kecilnya setoran, karena 'Juragane' memang dilomboni. Diwenehi ati, menehi geni.
a. Sebuah Yayasan Pendidikan di Kota SMG & Kota YK, jika ada sepasang suami-istri jadi pegawainya, salah satu harus mengundurkan diri.
b. Di sebuah perusahaan swasta di Jkt, dalam satu unit-kerjanya, dilarang adanya hubungan kekerabatan, persaudaraan. Demi, kondusif & sehatnya mekanisme kerja.
c. Di sebuah Yayasan Pendidikan di sebuah kota kecil Sumatra, membolehkan suami istri kerja dalam satu atap. Alasannya, jika tidak demikian, pegawai-pegawai, guru-guru yang berkwalitas pada mundur pulang ke daerah asal.
Gereja, dalam pesan-pesannya mengajak umatnya, untuk meng-usahakan persaudaraan sejati.
Persaudaraan sejati, adalah yang bersifat injili. Dan tentu saja tidak ada unsur 'nglomboni'.
Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-
NB: nglomboni=ngapusi.
Selasa, Agustus 11, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar