Minggu, April 05, 2009
Doa Spontan
Beberapa waktu yang lalu, saya ikut meng-ajar agama untuk katekumen dewasa Paroki Kristus Raja Pwkt. Mayoritas sudah pada menikah. Ketika diminta untuk doa spontan, satupun tak ada yang muncul. Diam semua. Ketika, setengah agak dipaksa, salah seorang memang berdoa, tapi tiba-tiba doanya dengan bahasa Inggris. Ketika direfleksi bersama, ternyata, mereka bilang, 'Kesulitan untuk buat doa. Harus ngomong apa.'
Di Kroya, saya pernah ikut mendampingi latihan kepemimpinan muda-mudi selama tiga hari. Juga ketika diminta doa spontan, satupun orang muda tak ada yang unjuk gigi. Dalam evaluasi bersama, mereka mengaku doa itu sulit. Maksudnya berkata-kata doa itu tak mudah.
Di sebuah lingkungan pernah ada misa. Salah seorang tokoh umat, berani-percaya diri berdoa spontan. Tapi apa yang terjadi, doa spontannya lebih dari sepuluh menit. Setelah selesai, beberapa orang beri kesan. Si pendoa mengaku, 'Ketika berdoa sulit berhenti. Angel le mandheg'.
Dari dan dalam tiga pengalaman doa itu, mau-ndak-mau, saya memberi cara membuat kalimat doa. Begini:
'MemBuat doa itu bayangkan, seperti membuat surat. Dalam surat, ada beberapa bagian:
1. Sebutan,
2. Salam,
3. Laporan
3.a Ada, Laporan positif
3.b Ada, Laporan negatif.
3.a.a Jika pengalaman hidup positif, maka ucapkan Syukur.
3.b.a Jika pengalaman hidup negatif, maka haturkan permohonan kepada Tuhan.
4. Penutup.
Bisa kata 'Amin'.
Bisa pula berupa rangkaian kata, frase 'Demi Kristus Tuhan kami.'
'Bisa, khan..........!?' Sesudah itu, selalu mulai ada yang berani doa spontan.
Memang ber-doa itu tak mudah.
Doa, adalah ber-relasi, cakap-cakap dengan Tuhan.
Juga tak gampang, karena Tuhan juga tak kelihatan.
St Ignatius saja menyebut kehidupan doa, dengan sebutan 'Latihan Rohani'. Harus dilatih terus-menerus.
Selamat ber-doa. Men-jumpa-i Tuhan.
Syalom. Wilujeng wengi. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-
Label:
Katolisitas
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar