Men-jahit di Kamar Mandi
Adalah sekolah Pangudiluhur di Yogyakarta. Ketika itu posisinya, di Jl Panembahan Senopati. Belakang 'Kantor Bank Indonesia'. Bersebelahan dengan Kantor Pos. Sekitar tahun 80'an, masih satu kompleks TK, SD, SMP & SPG.
Tahun-tahun itu saya menjadi siswa di sana. Salah satu pengasuh SMP Pangudi-Luhur ketika itu, ber-nama Br Herman FIC. Kata kawan-kawan, galak-nya setengah mati. Memang, ketika itu terasa & terkesan galak. Namun, ketika dilihat dari masa kini, terasa, nilai kedisiplinan & ketertiban-lah yang mau ditanamkan kepada siswa-siswinya.
Kadang-kadang ada operasi, memeriksa kondisi siswa-siswi. Kegiatan itu meliputi, keterlambatan, perlengkapan, pem-bolosan, kenakalan. Salah satu yang bagus, adalah begitu jam 07.00 berdentang, pintu gerbang ditutup, 'krekep.........'. Siapa yang saja yang terlambat setengah menit saja, kena tutup. Tak boleh masuk kompleks sekolah.
Kadang-kadang pula ada peng-chek-kan perlengkapan: Seragam, sabuk, sepatu, badge, identitas. Suatu kali ada pengechekan perlengkapan seragam. Banyak siswa yang tak lengkap seragam identitas sekolahnya. Kebetulan saya hari itu hanya memakai pakaian putih polos, tanba badge, lambang sekolah yang ditempelkan di dada. Pas bagian saku. Warna-warni logo sekolah itu biru, kuning, putih, bergariskan segi-lima. Maklum, musim hujan. Pakaian seragam putih berlogo dua potong basah semua. Terpaksalah pakai baju darurat.
Apes, ada operasi tram-tib. Bruder yang mengkomandaninya. Beberapa siswa ketangkep, tak pasang badge-logo sekolah di dadanya. Para pelanggar ini dikumpulkan. Diceramahi, 'Sebelum seragam lengkap, tak boleh masuk kelas !'. Lalu diberi gratis badge-logo lambang sekolah. Harus dipasang pagi itu juga. Masalahnya kemudian, 'pasangnya pakai apa....?'.
Badge, biasa dipasang pakai benang. Dijahit dengan mesin. Atau dijahit dengan tangan. Pulang ke rumah, untuk jahit badge, tentulah tak masuk akal. Jarak sampai rumah plus-minus 7 km. Maka cari akal, jahit sendiri. Lalu pergilah ke toko kecil sebelah, dekat pintu masuk ke sekolah, sebelah timr SPG ketika itu. Jika lurus dari arah selatan, di gang mepet gapura alun-alun utara, jalan masuk sebelah timur. Jahitnya, di mana. Di tempat umum, malu. Anak SMP, pagi-pagi jahit bed-logo-sekolah.
Untuk menghilangkan kemaluan, maka masuklah ke kamar mandi, sebelahnya kamar Pak Pono. Ngapa di dalam kamar mandi ? Njahit bed-bergambar logo SLTP Pangudi Luhur. Jadi njahit, ternyata tak harus di pabrik garmen. Atau di rumah modiste, atau penjahit 'Necis'. Tapi di kamar mandi. Dua puluh menit terpasanglah bed-logo-sekolah. Baru sesudah itu boleh masuk kelas ikut pelajaran.
Njahit badge-logo-sekolah di kamar mandi. Bisa terjadi berkat, Br. Herman. Yang maap, kata kawan-kawan 'galak', tapi mau menanamkan semangat kedisiplinan pada anak-anak didiknya.
Memang, sekolah-sekolah katolik dulu, terkenal karena ke-disiplin-an-nya.
Terimakasih Br Herman FIC. Yang amat disiplin.
Selamat jadi 'disiplin'.
Syalom. Wilujeng. Rahayu.
Wasalam:
-agt agung pypm-
Jumat, April 03, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar